dc.description.abstract | Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman penting
yang merupakan salah satu komoditi perkebunan terbesar di Indonesia.
Pengembangan tanaman kelapa sawit telah dilakukan melalui program pemuliaan
dan bioteknologi hingga saat ini. Akan tetapi, siklus pemuliaan tanaman kelapa
sawit yang panjang serta keterbatasan sifat-sifat unggul yang ada pada tanaman
kelapa sawit menjadi hambatan yang perlu diatasi. Rekayasa genetika dapat
digunakan untuk introduksi karakter-karakter baru ke varietas-varietas kelapa
sawit yang sudah ada dan dapat mempersingkat waktu yang dibutuhkan untuk
meningkatkan potensi genetik kelapa sawit. Metode transformasi yang umum
digunakan, seperti biolistic dan transformasi menggunakan bakteri Agrobacterium
tumefaciens, masih memiliki efisiensi yang rendah untuk kelapa sawit. Pengujian
terhadap teknik transformasi lain seperti elektroporasi perlu untuk dilakukan
sebagai metode transformasi alternatif yang mungkin memiliki efisiensi lebih
baik. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan protokol elektroporasi yang
optimal untuk memasukkan gen spesifik ke dalam kalus kelapa sawit.
Sebelum proses elektroporasi, pengujian dosis letal antibiotik hygromycin
dilakukan pada konsentrasi 5-35 ppm untuk mendapatkan konsentrasi yang tepat
untuk seleksi. Clump kalus embriogenik kelapa sawit dengan ukuran 1-2 mm
digunakan untuk elektroporasi. Kalus dimasukkan ke dalam buffer elektroporasi
yang mengandung plasmid pCAMBIA 1303 lalu dielektroporasi dengan kekuatan
medan listrik sebesar 250, 500, 750, 1,000, dan 1,250 V/cm. Kalus mulai diseleksi
satu bulan setelah elektroporasi. Seleksi dilakukan secara bertahap dari
konsentrasi hygromycin 15 hingga 25 ppm. Pengamatan dilakukan terhadap daya
proliferasi dan persentase kalus hidup 4 bulan setelah perlakuan. Analisis
molekuler dilakukan pada kalus-kalus yang dapat bertahan hidup. Konsentrasi
letal antibiotik hygromycin (LD100) terhadap kalus embriogenik sesuai dengan
analisis regresi adalah 36.8 ppm. Uji transien gen gusA tidak dapat digunakan
pada kalus kelapa sawit karena terdapat ekspresi gen endogenus dengan aktivitas
mirip gen gusA. Analisis dengan nested PCR dan sekuensing pada kalus secara
komposit menunjukkan bahwa gen hptII dapat ditemukan pada seluruh kalus hasil
perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode elektroporasi dapat
digunakan untuk memasukkan gen spesifik ke dalam kalus embriogenik kelapa
sawit dan kekuatan medan listrik paling optimal adalah 250 V/cm. Metode
elektroporasi dengan menggunakan bakteri A. tumefaciens tidak berhasil
dilakukan dikarenakan kalus mati setelah elektroporasi. Metode elektroporasi
merupakan metode transformasi yang mudah dilakukan dan relatif lebih ekonomis
serta dapat dikembangkan lebih lanjut lagi untuk mendapatkan protokol yang
lebih baik | id |