Show simple item record

dc.contributor.advisorPurwito, Agus
dc.contributor.advisorHusni, Ali
dc.contributor.advisorDinarti, Diny
dc.contributor.authorRahmi, Atika Fathur
dc.date.accessioned2017-05-15T02:47:26Z
dc.date.available2017-05-15T02:47:26Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/85240
dc.description.abstractJeruk merupakan salah satu komoditas buah unggulan karena banyak digemari masyarakat dan sangat berpotensi untuk dikembangkan. Tahun 2000 Kementerian Pertanian telah menetapkan jeruk sebagai salah satu dari 10 komoditas utama hortikultura. Jeruk Keprok Batu 55 (Citrus reticulata Blanco.) merupakan salah satu jeruk lokal unggulan nasional yang memiliki potensi untuk dikembangkan dan ditingkatkan karakternya menjadi seedless, berproduksi tinggi serta tahan serangan hama dan penyakit, agar dapat memenuhi selera konsumen sehingga mampu bersaing di pasar global. Keberhasilan peningkatan karakter dan kualitas jeruk melalui bioteknologi in vitro sangat tergantung pada penguasaan sistem regenerasi, khususnya jalur emriogenesis somatik. Proses regenerasi jeruk melalui embriogenesis somatik telah dapat dicapai, namun masih terdapat beberapa permasalahan seperti rendahnya jumlah bibit somatik yang dihasilkan dan tingginya abnormalitas pada proses regenerasinya menjadi planlet. Perlakuan pengeringan (desikasi) dapat meningkatkan perkecambahan. Efek cekaman kekeringan yang secara tidak langsung diterima embrio ketika proses desikasi, dapat meningkatkan pertumbuhan awal pada embrio. Sel yang sedikit tercekam saat desikasi akan terpacu untuk meningkatkan proses metabolisme ketika disubkultur ke media perkecambahan yang optimal. Perendaman benih somatik menggunakan desikan poly-ethylene-glikol (PEG) 8000 dilakukan pada penelitian ini untuk meningkatkan frekuensi perkecambahan. PEG dilaporkan tidak mempunyai efek toksik pada tanaman, larut sempurna dalam air dan menurunkan potensial air secara homogen, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai osmotikum. Keberadaan PEG sebagai osmotikum menghambat eksplan untuk dapat menyerap air dan nutrisi yang terlarut di dalam media. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan metode embriogenesis somatik pada tanaman jeruk. Penelitian disusun atas 4 tahap percobaan paralel yang saling berhubungan untuk mencapai tujuan tersebut, yaitu 1) Proliferasi kalus embriogenik, jeruk FS6, S12, dan Keprok Batu 55; 2) Induksi maturasi embrio somatik jeruk Keprok Batu 55; 3) Desikasi dan germinasi embrio somatik jeruk Keprok Batu 55; 4) Pertumbuhan planlet jeruk Keprok Batu 55 hasil embriogenesis somatik dan aklimatisasi Hasil proliferasi pada media dasar (MS dengan vitamin MW) yang diperkaya 500 mg L-1 EM dan 3 mg L-1 BAP menunjukkan kalus jeruk Keprok Batu 55 memberikan hasil proliferasi yang paling baik dibandingkan kalus jeruk FS6 dan S12, serta cukup berpotensi diteruskan ketahapan berikutnya untuk diregenerasikan. Perbedaan media yang digunakan memberikan hasil maturasi yang berbeda pada ES jeruk Keprok Batu 55. Media dasar dengan penambahan 500 mg L-1 EM dan 2.5 mg L-1 ABA memberikan hasil maturasi embrio somatik (ES) terbaik, dengan pembentukan embrio dewasa tertinggi pada minggu ke-10, yaitu 255 kotiledon. Perendaman ES (fase kotiledon) jeruk Keprok Batu 55 selama 6 dan 9 jam (sebelum pengecambahan) dengan larutan desikan (PEG 8000), berhasil meningkatkan frekuensi perkecambahan dan jumlah kecambah normal. Perendaman selama 9 jam memberikan hasil tertinggi dengan efisiensi perkecambahan mencapai 90.29%. Rata-rata 4.51 embrio dapat berkecambah dan 2.80 diantaranya berhasil membentuk kecambah normal, dari lima ES yang dikecambahkan pada setiap botol. Hasil pengamatan pertumbuhan planlet jeruk Keprok Batu 55 pada media pembesaran menunjukkan perbedaan media berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi planlet. Planlet yang ditanam pada media dengan panambahan 2 g L-1 arang aktif menunjukkan tinggi rata-rata hampir dua kali lipat tinggi planlet pada media tanpa penambahan arang aktif. Planlet dari ES yang sebelum perkecambahan direndam larutan desikan PEG 2.5% menunjukkan hasil paling baik pada beberapa parameter pengamatan, seperti: persentase planlet normal, bertunas, berdaun, dan berakar. Terdapat interaksi antara perbedaan media pembesaran dengan konsentrasi PEG (pada larutan desikan) terhadap jumlah akar per eksplan dan persentase planlet yang membentuk ES. Aklimatisasi planlet hasil embriogenesis jeruk Keprok Batu 55 berumur 12 MST pada media pembesaran menunjukkan daya hidup yang rendah, rata-rata planlet hanya bertahan hingga minggu kedua pada aklimatisasi. Daya hidup planlet yang rendah saat aklimatisasi diduga karena planlet masih terlalu muda dan belum cukup siap untuk diaklimatisasi.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcBiotechnologyid
dc.subject.ddcGenetic Engineeringid
dc.subject.ddc2013id
dc.subject.ddcJakartaid
dc.titleEmbriogenesis Dan Desikasi Embrio Somatik Jeruk Keprok Batu 55 (Citrus Reticulata Blanco.) Untuk Meningkatkan Frekuensi Perkecambahanid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordin vitroid
dc.subject.keywordkalus embriogenikid
dc.subject.keywordPEG 8000id
dc.subject.keywordplanletid
dc.subject.keywordregenerasiid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record