Perubahan Tutupan/Penggunaan Lahan Sebelum dan Sesudah Kebakaran Hutan Menggunakan SIG di Kalimantan Barat
View/ Open
Date
2016Author
Ivonie, Regia Nadyanti
Prasetyo, Lilik Budi
Dahlan, Endes N
Metadata
Show full item recordAbstract
Selama dua dekade terakhir, seperempat hutan tropik di Kalimantan telah mengalami
perubahan menjadi daerah pertanian serta daerah perkotaan oleh manusia. Perubahan
tersebut diakibatkan oleh adanya kebakaran hutan. Kebakaran dijadikan alat untuk
membuka lahan untuk lahan pertanian maupun perkebunan dengan alasan mudah dan
murah untuk dilakukan. Studi mengenai kaitan penyebaran titik panas serta kebakaran
hutan dan lahan dengan perubahan tutupan/penggunaan lahan perlu dilakukan agar dapat
dijadikan data acuan pengelolaan sumber daya alam hayati dan pemantauan kebakaran
hutan di wilayah Kalimantan. Pada tahun 2011 hingga 2013 ditemukan 2 066 titik panas
yang terindikasi sebagai kebakaran hutan. Titik panas tersebut ditemukan paling banyak di
daerah pertanian lahan kering campur (33.00%), hutan rawa sekunder (18.68%), dan hutan
sekunder (14.79%). Tiga tahun setelah kejadian, perubahan tutupan lahan paling banyak
menjadi hutan lahan kering campur (25.57%), perkebunan (28.02%), dan pertanian lahan
kering (10.91%). Hutan rawa sekunder dan hutan sekunder menurun menjadi masingmasing
hanya sebanyak 3.63% dan 6.98%. Untuk penggunaan lahan, titik api banyak
ditemukan pada areal penggunaan lain (49.92%) dan diikuti hutan tanaman industri
(18.50%). Hal ini menunjukkan kebakaran hutan yang terjadi lebih banyak disebabkan oleh
pembukaan lahan yang dilakukan masyarakat dibandingkan oleh perusahaan.