Penentuan Fase Pertumbuhan Dan Waktu Panen Untuk Produksi Flavonoid Tempuyung (Sonchus Arvensis L.).
View/ Open
Date
2017Author
Hasan, Fardyansjah
Aziz, Sandra Arifin
Melati, Maya
Metadata
Show full item recordAbstract
Tempuyung secara tradisional telah digunakan sebagai tumbuhan obat karena diketahui mengandung metabolit sekunder dengan beberapa fungsi utama yaitu sebagai antioksidan dan peluruh batu ginjal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari produksi dan kadar flavonoid tempuyung liar pada beberapa fase pertumbuhan, kemudian menentukan waktu panen yang tepat untuk produksi biomassa dan kadar flavonoid secara organik dan konvensional serta membandingkan hasil penanaman organik dengan konvensional. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai Desember 2015, penelitian pertama menggunakan sampel tempuyung liar yang ditemukan di halaman sekitar Institut Pertanian Bogor (6o33’23.0”LS dan 106o43’54.5”BT) dan penelitian kedua dilaksanakan di kebun percobaan IPB Cikarawang, Darmaga, Bogor (6o30 - 6o45’ LS dan 106o30’-106o45’ BT).
Penelitian pertama untuk mempelajari produksi dan kadar flavonoid tempuyung liar sebagai informasi awal untuk proses budidaya tempuyung. Sampel tempuyung dikelompokkan menjadi fase vegetatif (awal pemanjangan batang), kedua yaitu fase generatif awal (terbentuk kuncup bunga) dan terakhir yaitu fase generatif maksimum (setelah bunga mekar). Terdapat lima sampel tempuyung sebagai ulangan untuk setiap fase pertumbuhan. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji t-Student dan uji korelasi Pearson. Penelitian kedua menentukan waktu panen untuk peningkatan produksi daun dan kadar flavonoid tempuyung. Penelitian terdiri atas dua percobaan terpisah yaitu organik dan konvensional yang masing-masing disusun menggunakan rancangan acak kelompok lengkap faktor tunggal yaitu waktu panen. Terdapat 4 perlakuan yang diulang sebanyak 3 kali yaitu: (1) Panen daun secara bertahap (daun bawah saat vegetatif) dan kemudian daun atas dipanen saat membentuk kuncup bunga, (2) Panen daun secara bertahap (daun bawah saat vegetatif) dan kemudian daun atas dipanen setelah bunga mekar, (3) Panen daun bawah bersamaan dengan daun atas saat membentuk kuncup bunga, (4) Panen daun bawah bersamaan dengan daun atas setelah bunga mekar. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam (α=5%) dan pada pengaruh yang berbeda nyata, dilakukan uji Duncan Multiple Range Test pada taraf nyata 5%. Uji t-Student (α=5%) juga dilakukan untuk membandingkan hasil percobaan organik dan konvensional.
Hasil penelitian menunjukkan (1) Pertumbuhan maksimum daun bawah tempuyung liar ditemukan pada fase vegetatif, sedangkan pertumbuhan maksimum daun atas ditemukan pada fase generatif awal. Kadar flavonoid total tempuyung liar tertinggi ditemukan pada fase generatif maksimum. (2) Panen daun bawah secara bertahap dan kemudian panen daun atas setelah bunga mekar menghasilkan biomassa daun atas tertinggi. Kadar flavonoid total tertinggi dihasilkan daun atas pada perlakuan panen daun secara bersamaan pada percobaan organik dan konvensional. (3) Tempuyung pada penanaman organik menghasilkan produksi daun yang lebih tinggi, sebaliknya produksi flavonoid total tertinggi dihasilkan penanaman konvensional dibandingkan penanaman organik.
Collections
- MT - Agriculture [3683]