Sistem Agroforestri Sentang (Azadirachta Excelsa (Jack) M. Jacobs) Dengan Kedelai (Glycine Max (L.) Merr.) Secara Organik
View/ Open
Date
2017Author
Rahmawathi, Arifa Mulyesthi
Wijayanto, Nurheni
Wulandari, Arum Sekar
Metadata
Show full item recordAbstract
Pengembangan agroforestri dapat menjadi solusi dalam pemenuhan kebutuhan kayu dan pangan manusia yang semakin meningkat. Kebutuhan permintaan kayu tersebut sering terjadi pada beberapa jenis tertentu saja yang telah dikenal di pasaran. Jenis yang belum banyak dikenal di pasaran salah satunya yaitu Azadirachta excelsa (Jack) M. Jacobs dengan nama dagang sentang. Sentang termasuk jenis fast growing dan memiliki bentuk tajuk kerucut dengan percabangan seimbang sehingga sesuai diaplikasikan dengan pola tanam agroforestri yang memanfaatkan strata bagian bawah. Tanaman pertanian yang dapat dikombinasikan pada pola tanam agroforestri sentang salah satunya adalah kedelai (Glycine max (L.) Merr.). Penanaman kedelai dilakukan di bawah tegakan sentang yang telah berumur 2 tahun dengan jarak tanam 2.5 m x 2.5 m. Penanaman kedelai dilakukan secara organik dengan menggunakan pupuk kandang, pestisida nabati, dan tanaman serai. Penanaman kedelai menggunakan varietas Tanggamus, Wilis, dan Anjasmoro. Pemilihan varietas kedelai yang digunakan berasal dari penelitian sebelumnya pada tegakan sentang umur 1 tahun.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hasil pertumbuhan dan respon fisiologi dari tanaman sentang dan kedelai pada pola tanam agroforestri serta monokultur. Selain itu menganalisis intensitas serangan hama dan patogen terhadap tanaman kedelai pada pola tanam agroforestri serta monokultur. Penelitian dilaksanakan di lahan Unit Konservasi Budidaya Biofarmaka Cikabayan IPB. Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan yaitu dari bulan Januari sampai dengan Juni 2016. Penelitian terbagi menjadi 2 bagian yaitu: (1) agroforestri sentang dan kedelai dengan monokultur sentang dan (2) agroforestri sentang dan kedelai dengan monokultur kedelai. Rancangan penelitian pada bagian 1 menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan satu faktor (pola tanam) dua taraf (agroforestri sentang dan kedelai dan monokultur sentang). Rancangan penelitian pada bagian 2 menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan petak terbagi (split plot design) terdiri atas 2 faktor. Faktor pertama yaitu pola tanam (petak utama), terdiri atas agroforestri sentang dan kedelai dan monokultur kedelai. Faktor kedua yaitu varietas kedelai (anak petak), terdiri atas Tanggamus, Wilis, dan Anjasmoro.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertambahan tinggi sentang pada pola tanam agroforestri lebih besar daripada monokultur. Tanaman sentang pada pola tanam agroforestri mendapatkan tambahan unsur hara dari pemupukan yang diberikan di awal penanaman kedelai. Kandungan hara pada tanaman sentang lebih tinggi pada lokasi agroforestri daripada monokultur. Peningkatan kandungan hara unsur N, P, dan K pada agroforestri sentang berturut-turut ialah: 0.59 g/tanaman; 0.04 g/tanaman; dan 0.59 g/tanaman. Kegiatan pemupukan pada kedelai menyebabkan kandungan hara sentang di agroforestri meningkat.
Produktivitas kedelai varietas Wilis dan Anjasmoro yang ditanam secara monokultur hasil penelitian ini telah sesuai dengan deskripsi (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan), sehingga penanaman kedelai yang dilakukan
secara organik dapat diterapkan. Kedelai varietas Wilis yang ditanam secara agroforestri menunjukkan produktivitasnya hampir mendekati dengan deskripsi yang digunakan.
Kandungan klorofil yang terdiri atas klorofil a, klorofil b, antosianin, karoten, dan total klorofil pada kedelai yang ditanam secara agroforestri lebih tinggi daripada monokultur. Interaksi antara pola tanam dengan varietas menunjukkan kedelai varietas Wilis yang ditanam secara agroforestri memiliki kandungan klorofil tertinggi. Serapan hara pada kedelai yang ditanam secara agroforestri lebih rendah daripada monokultur. Biomassa tanaman kedelai yang ditanam secara agroforestri lebih rendah daripada monokultur. Hal tersebut menandakan jika serapan hara yang rendah dapat menyebabkan pertumbuhan kurang optimal.
Penelitian ini tidak ditemukan adanya serangan dari patogen. Persentase dan intensitas serangan hama pada bagian daun dan polong tertinggi pada kedelai varietas Wilis yang ditanam secara monokultur. Jumlah tanaman yang hidup yang lebih tinggi dari kedelai varietas Wilis menjadi penyebab serangan hama yang tinggi pula.
Collections
- MT - Forestry [1373]