Show simple item record

dc.contributor.advisorWientarsih, Ietje
dc.contributor.advisorPriosoeryanto, Bambang Pontjo
dc.contributor.advisorGunawan, Hendra
dc.contributor.authorRayendra, Raendi
dc.date.accessioned2017-05-02T07:25:38Z
dc.date.available2017-05-02T07:25:38Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/83995
dc.description.abstractTanaman obat adalah sumber kekayaan biologis untuk pembuatan obat pada sistem pengobatan tradisional, pengobatan modern, suplemen makanan, dan bahan kimia pembuatan obat sintetis. Ekstrak tanaman sudah digunakan secara luas sebagai formulasi cosmeceutical untuk mendukung kesehatan tekstur dan integritas kulit, rambut, dan kuku. Banyak kepercayaan dalam masyarakat apabila suatu produk aman di makan maka produk tersebut juga aman untuk digunakan secara topikal. Berbagai penelitian dilakukan untuk menemukan bahan pemutih kulit baru yang berasal dari alam untuk menghambat biosintesis melanin pada kulit manusia. Pada penelitian ini digunakan daun nangka (Artocarpus heterophyllus) yang secara turun-temurun bagian daun mature telah dipakai sebagai masker untuk pemutih kulit di pulau Sumatra. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan potensi bahan pemutih kulit yang berasal dari daun nangka. Metode untuk penapisan bahan pemutih kulit dilakukan berdasarkan uji fitokimia, potensi inhibisi tirosinase menggunakan mushroom tyrosinase, dan kultur mouse melanoma B-16 cell untuk mengukur produksi melanin. Hasil uji fitokimia menunjukkan adanya metabolit flavonoid dengan potensi kuat dari ekstrak etanol 96% daun nangka muda. Metode untuk penapisan bahan pemutih adalah berdasarkan uji potensi inhibisi tirosinase menggunakan mushroom tyrosinase. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak etanol 96% daun nangka muda mempunyai inhibisi tirosinase paling baik pada monofenolase (29,9 μg/mL-1) dan difenolase (167,3 μg/mL-1) jika dibandingkan dengan ekstrak etanol 96% daun nangka mature (monofenolase 214,2 μg/mL-1 dan difenolase 358,1 μg/mL-1). Fraksi etil asetat daun nangka muda juga menunjukkan potensi inhibisi tirosinase yang baik (monofenolase 81,8 μg/mL-1). Pada IC50 monofenolase ekstrak etanol 96% daun nangka muda tidak terdapat perbedaan bermakna terhadap kontrol positif asam kojik. Metode penapisan bahan pemutih adalah dengan mengukur penurunan produksi melanin pada kultur mouse melanoma B-16 cell. Hasil uji aktivitas tirosinase pada kultur mouse melanoma B-16 cell saja menunjukkan hasil terbaik penurunan produksi melanin adalah pada ekstrak etanol 96% daun nangka muda dosis 1,5 ppm (81,4%). Pada kultur yang ditambahkan dengan alpha melanocyte stimulating hormone (α-MSH) penurunan produksi melanin terbaik terjadi pada fraksi n-hexan dosis 3 ppm (80,78%) dengan kontrol α-MSH (141,60%). Sebagai kesimpulan, daun nangka muda merupakan inhibitor tirosinase yang dapat menurunkan produksi melanin, tanpa toksisitas pada kultur mouse melanoma B-16 cell, sehingga mempunyai potensi sebagai bahan pemutih kulit yang baik.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcAnimal Husbandryid
dc.subject.ddcVeterinary Scienceid
dc.subject.ddc2016id
dc.subject.ddcBogor, Jawa Baratid
dc.titleInhibisi Tirosinase Daun Nangka (Artocarpus Heterophyllus) Dalam Menurunkan Produksi Melanin Pada Kultur Mouse Melanoma B-16 Cellid
dc.title.alternativeIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.typeDissertationid
dc.subject.keyworddaun nangka mudaid
dc.subject.keywordinhibitor tirosinaseid
dc.subject.keywordmelaninid
dc.subject.keywordpemutih kulitid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record