Show simple item record

dc.contributor.advisorDjokosetiyanto, Daniel
dc.contributor.authorPurnamawati
dc.date.accessioned2017-05-02T07:25:03Z
dc.date.available2017-05-02T07:25:03Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/83993
dc.description.abstractHasil analisis laboratorium tahun 2014 menunjukkan bahwa air di lahan pasang surut memiliki pH 2.53–3,39, sulfat 6,91–8,7 mg/L, Fe 0,72–2,83 mg/L, oksigen terlarut kurang dari 5 mg/L, serta perbedaan salinitas air yang cukup besar antara musim hujan dan kemarau yang mencapai 0–28 ppt. Salah satu komoditas yang dapat dibudidayakan di lahan ini adalah ikan gabus (Channa striata Bloch), karena jenis ikan ini mampu hidup pada perairan yang minim akan oksigen. Berdasarkan hal tersebut maka telah dilakukan 4 tahap penelitian dengan tujuan untuk mengevaluasi: 1) Respons kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan gabus pada air sulfat masam dan air hujan; 2) Respons kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan gabus pada berbagai tingkat salinitas media air sulfat masam; 3) Respons kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan gabus pada air sulfat masam dengan dan tanpa pengadukan; 4) Pengaruh pemberian kompos batang pisang dengan dan tanpa pengadukan media air sulfat masam terhadap performa pertumbuhan benih ikan gabus. Penelitian pertama dilakukan untuk menganalisis pengaruh penggunaan media yang berbeda terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan gabus. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan air sulfat masam dan air hujan sebagai perlakuan, dan masing-masing memiliki 12 ulangan. Benih ikan gabus berukuran panjang rata-rata 2,4±0,2 cm dan bobot rata-rata 0,21±0,05 g dipelihara dalam akuarium 30 x 25 x 35 cm3 (volume 25 liter) dengan padat tebar 2 ekor/L, selama 40 hari. Ikan diberi pakan komersial berkadar protein ± 40%, yang diberikan 2 kali sehari secara at satiation. Penggantian air dan penyifonan dilakukan 2 hari sekali sebanyak 10% dari volume air dalam akuarium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media air hujan memberikan hasil yang lebih baik (p<0,05) dibanding media air sulfat masam, dan menghasilkan kelangsungan hidup (73,89%), laju pertumbuhan (4,40%/hari), efisiensi pakan (59,1%), retensi protein (24,31%), retensi energi (41,34%), kadar albumin (3,75 g/100 mL) dan glukosa darah (26,45 mg/100 mL). Penelitian kedua dilakukan untuk menentukan salinitas media terbaik terhadap respons biometrik (kelangsungan hidup, pertumbuhan spesifik, kadar albumin, dan efisiensi pakan) dan fisiologis (gradien osmotik, glukosa darah dan tingkat konsumsi oksigen) benih ikan gabus pada media air sulfat masam. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan salinitas 0, 3, 6, dan 9 ppt sebagai perlakuan (masing-masing 3 ulangan). Panjang awal benih rata-rata 2,4±0,2 cm dan bobot awal rata-rata 0,21±0,04 g dipelihara dalam akuarium 30 x 25 x 35 cm3 (volume 25 liter) dengan padat tebar 2 ekor/L, selama 40 hari. Ikan diberi pakan komersial dengan kadar protein ±40%, pemberian pakan 2 kali sehari secara at satiation. Media pemeliharaan diaerasi secara terus menerus, penggantian air dan penyifonan dilakukan 2 hari sekali sebanyak 10% dari volume media. Hasil penelitian menunjukkan bahwa salinitas 3 ppt memberikan hasil terbaik (p<0,05) dibanding salinitas yang lain, dengan tingkat kelangsungan v hidup benih 77%, pertumbuhan 5,62%/hari, kadar albumin 4,52 g/100 ml, efisiensi pakan 87,5%, retensi protein 38,32% dan retensi energi 25,50%, gradien osmotik 0,097 Osmol/kg H2O, tingkat konsumsi oksigen 1,99 mg O2/g/jam dan glukosa darah 25,05 mg/100 ml. Penelitian ketiga bertujuan untuk menganalisis respons biometrik dan fisiologis benih ikan gabus yang dipelihara dengan dan tanpa pengadukkan pada media air sulfat masam bersalinitas 3,6 ppt. Rancangan yang digunakan adalah acak lengkap dengan dan tanpa pengadukkan sebagai perlakuan dan masingmasing 12 ulangan. Benih berukuran panjang rata-rata 2,4±0,3 cm dan bobot ratarata 0,21±0,03 g dipelihara dalam akuarium 30 x 25 x 35 cm3 (volume 25 liter) dengan padat tebar 2 ekor/L, selama 40 hari. Ikan diberi pakan komersial berkadar protein ±40%, dengan frekuensi 2 kali sehari secara at satiation. Penggantian air dan penyifonan dilakukan 2 hari sekali sebanyak 10% dari volume total dalam akuarium. Dari hasil penelitian diketahui bahwa pemeliharaan tanpa pengadukkan pada media bersalinitas 3,6 ppt, memberikan hasil terbaik. Penelitian tersebut menghasilkan kelangsungan hidup (92%), laju pertumbuhan (6,73%/ hari), efisiensi pakan (78,22%), retensi protein (41,91%), retensi energi (30,81%), kadar albumin (6,60 g/100 mL) dan hemoglobin (5,85 g/dL) yang lebih tinggi, sedangkan kadar kortisol (21,49 ng/L) dan glukosa darah (43,36 mg/100 mL) yang terendah. Penelitian tahap keempat dilakukan untuk menentukan efektivitas dengan dan tanpa pengadukkan dan dosis kompos dari limbah batang pisang pada pemeliharaan ikan gabus. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial (RAL Faktorial) dengan dua faktor, yaitu pengadukkan (dengan dan tanpa pengadukkan) dan dosis kompos batang pisang ( 0, 9 dan 18 g/L), pada media air sulfat masam bersalinitas 3,6 ppt. Benih berukuran panjang rata-rata 2,4±0,3 cm dan bobot rata-rata 0,21±0,02 g dipelihara dalam akuarium 30 x 25 x 35 cm3 (volume 25 liter) dengan padat tebar 2 ekor/L, selama 40 hari. Ikan diberi pakan komersial berkadar protein ±40% yang diberikan 2 kali sehari secara at satiation. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan gabus yang dipelihara tanpa pengadukkan memperlihatkan performa pertumbuhan dan fisiologi yang lebih baik bila dibandingkan dengan pemeliharaan dengan pengadukkan (P<0,05). Pemberian kompos 9 g/L menghasilkan tingkat kelangsungan hidup (95,33%), pertumbuhan spesifik (7,66%/hari), efisiensi pemanfaatan pakan (87,17%), kadar albumin daging (5,89 g/100 mL) dan glukosa darah (43,77 mg/100 mL) yang lebih baik daripada perlakuan 0 dan 18 g/L (P<0,05). Retensi protein dan energi tidak dipengaruhi oleh pemberian kompos. Kombinasi perlakuan tanpa pengadukkan dan pemberian kompos 9 g/L menghasilkan laju pertumbuhan spesifik tertinggi, namun tidak perbeda nyata dengan kombinasi tanpa pengadukkan dan tanpa kompos, dan kombinasi pengadukkan dan pemberian kompos 9 g/L. Konsentrasi albumin tertinggi dijumpai pada kombinasi perlakuan tanpa aerasi dan tanpa kompos, dan kombinasi perlakuan tanpa pengadukkan dan pemberian kompos 9 g/L. Glukosa darah yang paling rendah dijumpai pada pemeliharaan ikan tanpa pengadukkan dan tanpa kompos atau kompos 9 g/L. Kombinasi pemeliharaan benih ikan gabus tanpa aerasi dan kompos 9 g/L menghasilkan performa produksi terbaik pada budidaya ikan gabus dalam air sulfat masam.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcAquacultureid
dc.subject.ddcSnakeheadid
dc.subject.ddc2015id
dc.subject.ddcPontianakid
dc.subject.ddcKalimantan Baratid
dc.titleKinerja Pertumbuhan Ikan Gabus (Channa Striata Bloch.) Pada Lahan Pasang Surut Melalui Rekayasa Kualitas Airid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordChanna stiataid
dc.subject.keywordkomposid
dc.subject.keywordmedia sulfat masamid
dc.subject.keywordrespons fisiologiid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record