Show simple item record

dc.contributor.advisorKodra, Hadi S. Ali
dc.contributor.advisorMasy’ud, Burhanuddin
dc.contributor.advisorKusrini, Mirza Dikari
dc.contributor.authorBerliani, Kaniwa
dc.date.accessioned2017-05-02T07:23:31Z
dc.date.available2017-05-02T07:23:31Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/83986
dc.description.abstractGajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) termasuk ke dalam daftar merah IUCN dengan kategori Kritis Terancam Punah (Critically Endangered-CR), sehingga menjadi prioritas tinggi untuk dilindungi. Gajah tersebut masuk ke lahan pertanian/perkebunan dan merusak tanaman masyarakat, sehingga menimbulkan konflik dengan manusia. Upaya pengendalian konflik yang dilakukan selama ini banyak terarah untuk mencari teknik baru yang bertujuanuntuk mengusir gajah dari lahan budi daya masyarakat. Upaya yang dilakukan selama ini belum menghasilkan solusi yang efektif dan efisien untuk jangka panjang. Oleh sebab itu, perlu dicari solusi melalui pendekatan baru yang holistik dan integratif yang memadukan aspek ekologi, ekonomi dan sosial masyarakat. Hal tersebut tidak hanya menjawab permasalahan perlindungan gajah, namun secara bersamaan menjadi solusi dari permasalahan perekonomian masyarakat yang terkait dengan konflik manusia-gajah secara proporsional. Penelitian dilakukan di lima kecamatan di Provinsi Aceh yaitu Kecamatan Cot Girek, Kecamatan Mane, Kecamatan Meureudu, Kecamatan Sampoiniet dan Kecamatan Pante Ceureumen. Pilihan strategi pemanfaatan lahan yang berkesesuaian dengan memperhatikan preferensi dan palatabilitas gajah terhadap jenis tanaman pertanian/perkebunan yang dibudidayakan masyarakat, belum banyak mendapat perhatian. Jenis tanaman yang paling banyak dirusak gajah, berturut-turut di ranking dari yang tertinggi yaitu 18.28% pinang (Areca catechu), 17.45% pisang (Musa sp), 16.34% kelapa sawit (Elais gueenensis), 12.74% padi (Oryza sativa) dan 10.80% karet (Havea brassiliensis). Tanaman tersebut termasuk dalam kategori rentan terhadap gangguan gajah. Sebaliknya, lima jenis tanaman rendah resiko atau tidak dirusak gajah yaitu 32.16% coklat (Theobroma cocoa), 12.78% kopi (Coffea arabica), 10.57% kemiri (Aleurites moluccana), 7.05% cabe (Capsicum frutescens) dan 6.17% nilam (Pogostemon cablin). Tanaman tersebut merupakan jenis tanaman budi daya yang berpotensi dikembangkan pada sistem tanam monokultur dan polikultur di daerah yang berbatasan dengan habitat gajah. Selanjutnya, gajah sangat selektif dalam memilih jenis dan bagian tanaman pakan untuk dikonsumsi. Gajah menyukai tanaman padi (Oryza sativa) dan pisang (Musa sp) dengan nilai indeks electivity mendekati 1, sedangkan tanaman coklat Theobroma cocoa) merupakan tanaman yang tidak disukai dengan nilai mendekati -1. Selain itu, tanaman yang tidak disukai bahkan cenderung dihindari oleh gajah adalah jenis tanaman cabe (Capsicum frutescens), kemiri (Aleurites moluccana), kopi (Coffea arabica) dan nilam (Pogostemon cablin) dengan nilai-1. Kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat berdasarkan jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, lamanya bermukim, luas lahan garapan, tingkat pendapatan dan jarak lahan ke habitat gajah menunjukkan hal yang bervariasi pada setiap kecamatan. Selanjutnya, persepsi atau pengetahuan masyarakat petani terhadap konservasi gajah tergolong kuat. Persepsi masyarakat tersebut dinilai sangat penting untuk mendukung konservasi gajah di habitat alaminya. Di samping itu masyarakat sudah memiliki beragam upaya untuk mengusir gajah liar.Upaya yang paling sering dilakukan dengan menghidupkan mercon, meriam atau obor. Walaupun demikian peran serta aktif masyarakat bersama pemerintah, instansi terkait dan lembaga swadaya masyarakat diperlukan untuk mengurangi konflik manusia-gajah. Secara keseluruhan, penelitian ini menyimpulkan bahwa strategi pengaturan tanaman komoditi untuk pengendalian konflik gajah sumatera memungkinkan untuk dilakukan. Jenis tanaman yang tidak disukai gajah yaitu coklat (Theobroma cocoa), kopi (Coffea arabica), kemiri (Aleurites moluccana), cabe (Capsicum frutescens) dan nilam (Pogostemon cablin) memiliki kerentanan yang rendah terhadap gangguan atau kerusakan yang dilakukan gajah. Oleh sebab itu, jenis tanaman budi daya alternatif tersebut dapat diatur budidayanya di daerah konflik manusia-gajah. Hal tersebut merupakan salah satu upaya jangka panjang dalam upaya pengendalian konflik manusia-gajah di Provinsi Aceh.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcBiodiversityid
dc.subject.ddcElephant Habitatid
dc.subject.ddc2014id
dc.subject.ddcPropinsi Acehid
dc.titleStrategi Pengendalian Konflik Gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) Di Provinsi Acehid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordgajahid
dc.subject.keywordjenis tanamanid
dc.subject.keywordkonflik manusia-gajahid
dc.subject.keywordkonservasiid
dc.subject.keywordberkelanjutanid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record