Show simple item record

dc.contributor.advisorSyaukat, Yusman
dc.contributor.advisorHarianto
dc.contributor.authorMiranti, Astari
dc.date.accessioned2017-03-03T07:28:24Z
dc.date.available2017-03-03T07:28:24Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/83658
dc.description.abstractIsu pangan, termasuk isu ketahanan pangan, merupakan salah satu permasalahan pertanian yang terus berusaha dicapai oleh masyarakat Indonesia. Pemerintah global dan institusi terkait pangan tidak hanya memperhatikan masalah kelaparan namun juga masalah kelaparan tersembunyi. Defisiensi mikronutrien memberikan beban yang besar pada penderitanya dan masyarakat, yaitu berupa biaya kesehatan dan dampak negatif pada sumber daya manusia dan mengurangi produktivitas ekonomi. Adapun cara yang paling efektif untuk mencegah kelaparan tersembunyi adalah dengan meningkatkan diversifikasi pangan. Provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak yang masuk kategori rawan pangan dan sangat rawan pangan adalah Provinsi Jawa Barat, yaitu masing-masing mencapai 15 554 636 dan 7 919 360 orang penduduk (BKP 2015). Tujuan dari penelitian ini adalah (1) menganalisis pola alokasi pengeluaran pangan rumah tangga; (2) mengestimasi tingkat diversifikasi pangan rumah tangga; (3) menganasilisis pengaruh pendapatan rumah tangga dan harga pangan terhadap tingkat diversifikasi pangan rumah tangga; dan (4) menganalisis permintaan pangan rumah tangga di Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan data SUSENAS Konsumsi dan Pengeluaran tahun 2015. Data tersebut dianalisis menggunakan indeks Berry dan linear Almost Ideal Demand System (LA/AIDS). Penelitian ini menemukan bahwa pendapatan rumah tangga di Provinsi Jawa Barat masih rendah, sebab rata-rata food share mereka masih lebih dari 60.00 persen. Rumah tangga di perkotaan paling banyak mengeluarkan konsumsi pangan untuk kelompok makanan dan minuman jadi, sedangkan rumah tangga perdesaan pada kelompok padi-padian. Pengeluaran untuk kelompok padi-padian dan tembakau & sirih pada rumah tangga perdesaan lebih tinggi daripada rumah tangga perkotaan. Sebaliknya, pengeluaran untuk kelompok ikan, daging, buah, dan makanan & minuman jadi rumah tangga perkotaan lebih tinggi daripada perdesaan. Secara umum, rata-rata indeks Berry rumah tangga perkotaan dan perdesaan tidak jauh berbeda. Hasil ini dapat diinterpretasikan kedua rumah tangga tersebut mengonsumsi kelompok pangan yang sama. Indeks Berry akan meningkat seiring peningkatan pendapatan, namun setelah tingkat pendapatan per kapita tertentu nilai indeks Berry akan menurun yang diakibatkan oleh informasi dari data yang tidak lengkap. Meskipun berdasarkan pengeluaran pangan rumah tangga telah memiliki diversifikasi pangan yang tinggi, namun sumber kalori mereka masih didominasi oleh beras. Pangan yang secara umum memengaruhi tingkat diversifikasi pangan adalah harga beras. Rumah tangga perkotaan memiliki tingkat diversifikasi pangan yang lebih tinggi daripada perdesaan disebabkan harga beras rata-rata di perkotaan lebih rendah daripada di perdesaan. Perubahan pendapatan dan harga pangan tidak memengaruhi permintaan pangan secara signifikan, karena hampir semua variabel yang digunakan merupakan barang pokok (barang inelastis) bagi rumah tangga di Provinsi Jawa Barat.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcAgricultural Economicsid
dc.subject.ddcAgricultural Productionid
dc.subject.ddc2016id
dc.subject.ddcBogor - Jawa Baratid
dc.titlePengaruh Pendapatan Dan Harga Pangan Terhadap Tingkat Diversifikasi Pangan Rumah Tangga Di Provinsi Jawa Baratid
dc.typeThesisid
dc.subject.keyworddiversifikasi panganid
dc.subject.keywordindeks Berryid
dc.subject.keywordkonsumsi panganid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record