Efikasi berbagai Metode Bioremediasi untuk Pantai Terkontaminasi Minyak di Cilacap, Jawa Tengah, Indonesia
View/ Open
Date
2016Author
Darmayati, Yeti
Sanusi, Harpasis S.
Prartono, Tri
Santosa, Dwi Andreas
Nuchsin, Ruyitno
Metadata
Show full item recordAbstract
Perairan pesisir Indonesia sangat rentan terkena tumpahan minyak karena
merupakan salah satu jalur utama minyak dunia dan memiliki banyak fasilitas
pengeboran/ pengilangan minyak yang tersebar di pesisir ataupun lepas
pantainya. Dalam mengatasi tumpahan minyak di perairan laut dan pesisir,
Indonesia masih mengandalkan pendekatan fisik dan kimia yang kurang ramah
lingkungan Pendekatan biologis (Bioremediasi), lebih ramah lingkungan dan
lebih murah. Teknik ini sangat menjanjikan diterapkan karena iklim Indonesia
yang tropis dan keragaman mikroba yang cukup tinggi. Namun demikian,
metode ini hampir tidak pernah diterapkan di perairan pesisir karena masih
belum siap. Hal ini disebabkan pemahaman yang masih sangat terbatas terkait
pemilihan/penentuan mikroba, karakter/sifat mikroba, interaksi antara mikroba
eksogenous dan indigenous, faktor pemacu yang dibutuhkan, dan lain-lain. Oleh
karenanya studi ini dilakukan untuk mengisi kekurangan data dan informasi
tersebut dia atas yang diharapkan dapat meningkatkan pemahahaman umum
tentang bioremediaasi di lingkungan pesisir yang terkontaminasi minyak.
Studi ini difokuskan untuk menentukan metode bioremediasi yang tepat dan
efektif untuk menangani tumpahan minyak di perairan pesisir pantai berpasir
dengan menggabungkan eksperimen laboratorium dan lapangan. Tumpahan
minyak di perairan pesisir Cilacap sering kali terjadi, oleh karenanya perairan ini
dipilih untuk mewakili pesisir yang tercemar minyak secara kronis. Penggunaan
bakteri asal perairan Indonesia (7 isolat terpilih dari pelabuhan di Teluk Jakarta)
dan pupuk produk lokal (3 pupuk terpilih produksi dalam negeri) dipilih untuk
mengurangi ketergantungan kita terhadap barang impor. Ada beberapa langkah
penelitian yang telah dilakukan mencakup: seleksi bakteri potensial dan pupuk
lepas lambat, pemilihan strategi aplikasi, optimalisasi konsentrasi pupuk dan
kepadatan bakteri untuk hasil terbaik dalam mendegradasi minyak, juga
efektivitas berbagai metode bioremediasi untuk lingkungan pantai berpasir.
Pemberian bakteri pendegradasi minyak (bioaugmentasi) dan pupuk
(biostimulasi) adalah pendekatan praktis yang umum dilakukan. Untuk
mendapatkan teknik terbaik dalam meningkatkan laju degradasi minyak,
eksperimen secara mikrokosmos telah dilakukan untuk menyeleksi bakteri dan
pupuk. Disamping itu, juga dilakukan uji optimasi dengan menambahkan
kepadatan bakteri, komposisi bakteri, dan konsentrasi pupuk yang berbeda. Hasil
studi menunjukkan bahwa kultur tunggal RCO/B/08_008 (Alcanivorax sp. TE-9,
homologi 100%), kultur campuran dan pupuk Gra adalah agen yang paling
potensial untuk bioremediasi cemaran minyak di Cilacap. Ditemukan pula bahwa
konsentasi nutrient lebih berpengaruh terhadap laju degradasi minyak daripada
jumlah bakteri ataupun komposisi bakteri yang ditambahkan. Efikasi teknik
biostimulasi dalam meningkatkan laju degradasi minyak lebih baik daripada
bioaugmentasi, yaitu sampai 6.4 lebih tinggi dari kontrolnya. Jumlah optimum
pupuk yang ditambahkan adalah dengan konsentrasi N 7.5 mg g-1 (Rasio C:N
= 1000 : 75). Konsentrasi ini mampu meningkatkan laju penurunan konsentrasi
minyak baik pada perlakuan biostimulasi dan kombinasi biostimulasi-bioaugmentasi
masing-masing sampai 6.4 dan 7.5 kali lebih tinggi dari kontrolnya. Oleh karena itu,
dapat diusulkan untuk bioremediasi pantai berpasir tercemar minyak di Cilacap akan
optimal dengan pemberian perlakuan kombinasi penambahan pupuk lepas lambat
dan bakteri. Kombinasi tersebut adalah penambahan pupuk lepas lambat pada
konsentrasi dengan perbandingan C:N = 1000:7.5 dan kultur tunggal bakteri
RCO/B/8-008 (homologi dengan Alcanivorax sp. TE-9 100%).
Untuk mengetahui pendekatan remediasi yang tepat dalam menanggulangi
minyak di pantai berpasir Cilacap, evaluasi efikasi metode bioremediasi di
lapangan telah dilakukan dengan pendekatan mesokosme di daerah pasang surut
Cilacap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan konsentrasi minyak
mencapai 60.4 %, 74.5% dan 73.5 % dalam kurun waktu 3 bulan, masing-masing
pada kontrol, perlakuan kultur tunggal dan kultur campuran. Biaugmentasi dapat
meningkatkan laju biodegradasi di pantai berpasir tropis. Namun perbedaan
efikasi dari penambahan kultur tunggal dan kultur campuran secara statistik tidak
nyata
Evaluasi biostimulasi dan kombinasi biostimulasi-bioaugmentasi telah
menunjukkan bahwa efektivitas penurunan konsentrasi minyak pada perlakuan
kombinasi biostimulasi-bioaugmentasi lebih cepat teramati dan lebih tinggi
daripada perlakuan biostimulasi saja. Pada hari ke-16 setelah aplikasi pupuk
yang ditambah kultur campuran dan kultur murni persentasi penurunan
minyaknya masing-masing mencapai 2.2 dan 1.6 kali lebih tinggi daripada
kontrol Namun untuk periode yang lebih panjang, kedua perlakuan
kombinasi ini memiliki ef ikasi yang relatif sama. Untuk itu, penggunaan
kombinasi biostimulasi dengan kultur campuran lebih disarankan untuk
menangani pencemaran dalam periode yang pendek .
Kesimpulan dari kajian ini adalah tumpahan minyak di lingkungan pesisirtercemar
minyak yang kronis, dapat terdegradasi secara alami tetapi dalam tingkat
yang rendah. Bioremediasi baik melalui bioaugmentation, biostimulation maupun
kombinasi keduanya terbukti secara signifikan mampu meningkatkan laju
degradasi minyak. Kombinasi bioaugmentation dan bistimulation menunjukkan
tingkat penurunan konsentrasi minyak paling tinggi. Hal itu terbukti dalam
percobaan in vitro dan mesocosm. Ada agen mikroba indigenous dan pupuk
produk lokal yang prospektif untuk digunakan dalam menanggulangi tumpah
minyak. RCO/B/08-008 dalam bentuk kultur tunggal atau dalam kultur campuran
dengan RCO/B/ 08-004 dan RCO/B/ 08-015 dapat diusulkan sebagai agen
bioremediasi, serta pupuk lepas lambat Gra sebagai agen stimulan potensial.
Pemberian kultur tunggal atau campuran untuk daerah tercemar minyak kronis
tidak menimbulkan efek yang berbeda dalam meningkatkan laju degradasi
minyaknya. Perbandingan nilai C:N rasio harus dipertimbangkan dengan hati-hati
sebelum menambahkan pupuk di wilayah tercemar minyak. Untuk pesisir Cilacap,
penambahan pupuk G pada konsentrasi N dengan perbandingan C:N = 1000:75
dan kultur bakteri dengan kepadatan 0.5 x 108 sel mL-1 cukup untuk
meningkatkan laju degradasi minyak.
Collections
- DT - Fisheries [715]