Show simple item record

dc.contributor.advisorSaleh, M Buce
dc.contributor.advisorJaya, I Nengah Surati
dc.contributor.advisorTiryana, Tatang
dc.contributor.authorRijal, Syamsu
dc.date.accessioned2017-03-02T05:05:34Z
dc.date.available2017-03-02T05:05:34Z
dc.date.issued2016
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/83529
dc.description.abstractDeforestasi yang terjadi di Indonesia bahkan dunia selama ini cenderung dinilai berdasarkan besaran laju dan luas area deforestasi. Penilaian deforestasi seperti ini berpotensi memberikan informasi yang keliru tentang kondisi hutan suatu wilayah. Laju deforestasi yang tinggi secara umum dipahami sebagai wilayah dengan kerusakan hutan yang tinggi. Begitu pula sebaliknya, wilayah dengan laju deforestasi yang rendah dinilai sebagai daerah dengan kondisi hutan yang lebih baik. Laju deforestasi yang rendah atau bahkan nol dipahami sebagai wilayah yang tidak mengalami deforestasi. Faktanya, laju yang rendah pada satu wilayah tidak selalu berarti memiliki hutan yang lebih baik. Penilaian deforestasi yang didasarkan pada besarnya nilai laju dan luas area deforestasi telah dijadikan ukuran untuk menggambarkan kondisi hutan suatu wilayah bahkan negara. Selain permasalahan penilaian deforestasi, perlu pula pengetahuan tentang perilaku deforestasi yang ditentukan oleh faktor pendorong yang berbeda pada tiap wilayah. Deforestasi pada suatu wilayah dapat memiliki pola spasial tertentu yang berbeda dengan pola spasial deforestasi di wilayah lain. Untuk itu, permasalahan deforestasi khususnya di Sumatera perlu dikaji lebih dalam yang memperhatikan aspek spasial, temporal dan perilaku deforestasi pada masing-masing wilayah. Penelitian ini mencoba memformulasikan penilaian deforestasi dengan membangun profil deforestasi. Profil deforestasi dibangun berdasarkan variabel proporsi luas hutan awal, kejadian deforestasi dan laju deforestasi. Penelitian ini juga mengkaji karakteristik deforestasi berdasarkan faktor-faktor pendorong yang terkait dengan model spasial deforestasi. Kemudian, model deforestasi secara spasial dibangun pada masing-masing profil deforestasi yang terbentuk. Selain itu, penelitian ini juga mengidentifikasi pola spasial deforestasi di Sumatera secara detail yang mewakili profil deforestasi dan model spasial deforestasi. Hasil penelitian menemukan adanya 24 profil deforestasi di Sumatera yang termasuk dalam 10 provinsi (152 kabupaten/kota). Deforestasi di Sumatera didominasi oleh profil Small-Lately-Low Deforestation yang terjadi pada 16 kabupaten/kota. Jumlah kabupaten/kota yang tidak mempunyai hutan (No Forest Area) sebanyak 12 kabupaten/kota dan Small-No Deforestation terjadi pada 5 kabupaten/kota. Deforestasi tingkat provinsi di Sumatera periode 1990 hingga 2013 merupakan bentuk Early deforestation (90%). Deforestasi tertinggi terjadi di Provinsi Riau dan terendah di Provinsi Kepulauan Riau. Bagian model spasial menerangkan pola perilaku deforestasi berdasarkan faktor pendorong pada masing-masing profil, yang dibangun berdasarkan variabel biofisik dan sosial. Variabel biofisik terdiri dari prosentase luas hutan awal, slope, elevasi, jaringan jalan, jaringan sungai. Variabel sosial terdiri dari kepadatan penduduk dan kepadatan umur produktif. Model spasial deforestasi yang terbangun memperlihatkan bobot pengaruh masing-masing variabel pada tiap profil deforestasi. Model spasial deforestasi yang terbentuk menunjukkan bahwa pada deforestasi yang terjadi di Sumatera dipengaruhi oleh faktor pendorong biofisik dan sosial. Bobot pada model tersebut menjelaskan bahwa faktor sosial berkontribusi lebih besar terhadap terjadinya deforestasi. Faktor biofisik tetap memberikan dorongan terhadap deforestasi. Kondisi biofisik wilayah memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kejadian deforestasi, terutama pada saat faktor ekonomi relatif sama. Faktor biofisik yang dominan adalah proporsi luas hutan. Pola spasial deforestasi dinilai berdasarkan metrik spasial deforestasi yang dibangkitkan melalui indeks spasial. Pola spasial deforestasi yang terjadi di Kabupaten Kampar dan Indragiri Hulu periode 1990 hingga 2014 adalah pola spasial deforestasi yang mengelompok, dengan tingkat keterhubungan yang tinggi dan tidak terfragmentasi. Pola spasial deforestasi ini mengindikasikan bahwa secara umum deforestasi di Kabupaten Kampar dan Indragiri Hulu disebabkan oleh ekspansi perkebunan skala besar. Metrik Cl, Ct dan Pd mampu memberikan informasi tentang pola sebaran spasial deforestasi. Hubungan pola spasial deforestasi tingkat desa dengan laju deforestasi menunjukkan bahwa masing-masing metrik membentuk dua pola.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcForestryid
dc.subject.ddcForest managementid
dc.titlePola Spasial, Temporal Dan Perilaku Deforestasi Di Sumateraid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordprofil deforestasiid
dc.subject.keywordmodel spasialid
dc.subject.keywordpola spasialid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record