Dasar Genetik Sifat Hiper- Dan Hipo-Respons Monyet Ekor Panjang (Macaca Fascicularis) Terhadap Diet Aterogenik
View/ Open
Date
2016Author
Taher, Achmad
Solihin, Dedy Duryadi
Sulistiyani
Sajuthi, Dondin
Astuti, Dewi Apri
Metadata
Show full item recordAbstract
Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) merupakan satu dari spesies
satwa primata yang paling umum digunakan sebagai model dalam penelitian
biomedis. Sensitivitas spesies ini terhadap lemak jenuh dan kolesterol diet
menjadikannya sebagai model dalam mempelajari pengaruh diet terhadap profil
lipid plasma dan etiologi penyakit aterosklerosis pada manusia. Walaupun secara
umum bersifat sensitif (hiper-responder), namun terdapat pula individu monyet
ekor panjang yang kurang atau tidak sensitif terhadap perubahan diet (hiporesponder).
Selama ini seleksi monyet ekor panjang hipo- dari hiper-responder
dilakukan dengan intervensi diet aterogenik selama 2 bulan. Cara ini tidak efisien
karena membutuhkan volume darah hewan dalam jumlah banyak dan
pengontrolan yang ketat terhadap diet. Penelitian ini dilakukan untuk mencari
metode yang mampu mengidentifikasi secara cepat monyet ekor panjang hipodari
hiper-responder sehingga seleksi hewan menjadi lebih efisien. Pendekatan
yang digunakan adalah penanda genetik.
Penelitian ini menggunakan 22 ekor monyet ekor panjang hasil penangkaran
di Pusat Studi Satwa Primata Institut Petanian Bogor (PSSP IPB) dan terdiri dari
tiga tahapan, meliputi (1) Intervensi diet menggunakan diet aterogenik IPB-1 yang
berbahan baku lokal dan analisis variasi respons kadar kolesterol plasma. Tahap
ini bertujuan menyeleksi sensitivitas hewan berdasarkan status kolesterol plasma.
(2) Identifikasi variasi genetik umum, berupa polimorfisme nukleotida tunggal
(single nucleotide polymorphism, SNP) pada gen reseptor liporotein densitas
rendah (low density lipoprotein receptor, LDLR). Tahap ini bertujuan
mengelompokkan hewan berdasarkan polimorfisme umum. (3) Analisis ekspresi
gen LDLR dalam sel darah tepi berinti tunggal (peripheral blood mononuclear
cell, PBMC) dan membuat pustaka cDNA individu hipo-responder. Tahap ini
bertujuan menjelaskan mekanisme molekuler yang mendasari keterkaitan antara
variasi genetik dan variasi respons.
Analisis respons kadar kolesterol plasma setelah intervensi diet aterogenik
mengelompokkan hewan dalam tiga kategori, yaitu hipo-respons, hiper-respons,
dan ekstrem. Pengelompokkan individu monyet ekor panjang yang bersifat hiporespons
berdasarkan status kolesterol plasma menunjukkan kesamaan dengan
pengelompokkan hewan berdasarkan jenis haplotipe pada intron 5 dan ekson 6.
Berdasarkan status kolesterol plasma terdapat 2 hewan dengan sifat hipo-respons,
sementara berdasarkan jenis haplotipe kedua hewan tersebut memiliki jenis
haplotipe yang sama, yaitu haplotipe CGGTG pada intron 5 dan haplotipe GC
pada ekson 6. Kesamaan pengelompokkan berdasarkan jenis haplotipe
menjadikan SNP yang diidentifikasi pada posisi IVS5−6 (dalam intron 5) dan
pada posisi 825 (dalam ekson 6) berpotensi digunakan sebagai penanda genetik
idenifikasi sifat respons. Alel C pada posisi IVS5−6 adalah penanda genetik bagi
monyet ekor panjang hiper-responder, sementara alel G untuk hewan yang bukan
hiper-responder. Alel G pada posisi 825 adalah penanda genetik bagi monyet ekor
panjang ekstrem. Selain itu alel T pada posisi −416 dalam promotor adalah
penanda genetik bagi monyet ekor panjang hipo-responder ekstrem dan alel C
pada posisi *167 dalam 3’UTR adalah penanda genetik bagi monyet ekor panjang
sangat ekstrem. Kelimpahan mRNA individu hipo-responder ekstrem yang lebih
tinggi dan individu sangat ekstrem yang lebih rendah dibandingkan individu lain
menunjukkan bagaimana mekanisme yang mendasari keterkaitan antara
polimorfisme dan sensitivitas hewan. Penggunaan penanda genetik merupakan
terobosan baru karena membuat seleksi hewan hipo- dan hiper-responder menjadi
lebih cepat dan efisien.