dc.description.abstract | Cabe merah (Capsicum annum L.) merupakan salah satu komoditi
hortikultura strategis dan bernilai ekonomi tinggi. Dari sisi makro cabe merah
terkenal sebagai salah satu komoditi penyumbang inflasi nasional sebagai akibat
dari tingginya fluktuasi harga cabe merah di sepanjang tahun. Fluktuasi harga
yang tinggi di tingkat lembaga pemasaran akan memberikan peluang bagi pelaku
pasar dalam memanipulasi harga. Hal ini dapat menyebabkan transmisi harga
pada lembaga pemasaran menjadi tidak sempurna dan menciptakan inefisiensi
pasar. Akibatnya, produsen tidak mendapat manfaat atas kenaikan harga di tingkat
konsumen dan konsumen tidak mendapat manfaat atas penurunan harga produsen.
Tujuan penelitian ini adalah: (1) menganalisis transmisi harga antar lembaga
pemasaran cabe merah, (2) menganalisis faktor pembentukan harga cabe merah
dengan memasukan variabel harga yang terintegrasi dan faktor lainnya, (3)
mengidentifikasi perilaku pasar lembaga pemasaran cabe merah dalam
pembentukan harga. Model penelitian yang digunakan untuk menganalisis
transmisi harga antar lembaga pemasaran cabe merah menggunakan pendekatan
model Asymmetric Error Correction Model (AECM). Analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi pembentukan harga cabe merah menggunakan model Error
Correction Model(ECM). Perilaku pasar dianalisis secara deskrtiptif serta dengan
pendekatan Game Theory. Data yang digunakan untuk analisis transmisi harga
dan faktor pembentukan harga adalah data sekunder time series mingguan dari
Januari 2012 sampai Oktober 2014 (136 minggu). Analisis perilaku pasar
menggunakan data primer dengan teknik snowball sampling. Sampel terdiri dari 4
orang petani, 2 pedagang pengumpul, 4 pedagang grosir dan 4 pedagang eceran.
Hasil pengujian kausalitas Granger menunjukkan transmisi harga pada
rantai pemasaran cabe merah terjadi secara satu arah yaitu dari grosir ke produsen,
grosir ke konsumen dan produsen ke konsumen. Berdasarkan hasil estimasi uji
asimetris transmisi harga model AECM menunjukkan bahwa pada ketiga
hubungan pasar tersebut terdapat perbedaan respon antara pasar pengikut dengan
pasar acuan. Akan tetapi, setelah dilakukan uji statistik dengan uji Wald
perbedaan respon pada ketiga hubungan pasar tersebut tidak terbukti secara
statistik. Berdasarkan hal tersebut, maka disimpulkan transmisi harga pada rantai
pemasaran cabe merah terjadi secara simetris dalam jangka panjang dan jangka
pendek. Perubahan harga di pasar acuan segera ditransmisikan ke pasar pengikut
dengan kecepatan yang sama. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa
dalam saluran pemasaran cabe merah tidak terdapat penyalahgunaan market
power.
Hasil analisis model jangka pendek pembentukan harga cabe merah di
tingkat produsen menunjukkan bahwa harga grosir merupakan faktor utama dalam
mempengaruhi harga produsen. Selanjutnya perubahan harga produsen
dipengaruhi oleh pasokan dan harga produsen periode sebelumnya, sedangkan
harga BBM tidak berpengaruh terhadap pembentukan harga di tingkat produsen.
Hasil analisis model jangka pendek faktor pembentukan harga di tingkat
konsumen menunjukkan bahwa variabel harga BBM mempunyai share yang
paling besar dalam mempengaruhi perubahan harga konsumen. Selanjutnya faktor
yang mempengaruhi perubahan harga konsumen dipengaruhi oleh perubahan
harga grosir, harga produsen dan jumlah pasokan cabe merah yang masuk di
pasar. Sementara, harga konsumen periode sebelumnya tidak berpengaruh
signifikan.
Struktur pasar dan karakteristik cabe merah mempengaruhi kemampuan
pelaku pasar dalam penetapan harga. Struktur pasar cabe merah yang mengarah
pada oligopsony di tingkat pedagang grosir memudahkan antara sesama pedagang
dalam berkoordinasi dan secara kolektif mempunyai market power dalam
menentukan harga di tingkat petani dan konsumen. Sementara itu, di tingkat
petani dan pedagang pengecer yang menghadapi pasar bersaing dalam menjual
cabe merah menyebabkan mereka tidak mempunyai market power dalam
mempengaruhi harga. Hal ini menyebabkan baik petani maupun pedagang
pengecer tidak dapat melakukan strategi setting harga dalam memaksimumkan
penerimaannya. Dalam memaksimumkan keuntungan bagi petani stategi yang
memungkinkan adalah memilih saluran pemasaran yang memberikan keuntungan
yang lebih besar. Maksimum keuntungan di tingkat pengecer adalah ketika
pedagang pengecer mengikuti harga yang berlaku sebagai stategi dominannya. | id |