Pengaruh Pendapatan Dan Harga Pangan Terhadap Tingkat Diversifikasi Pangan Rumah Tangga Di Provinsi Jawa Barat
Abstract
Isu pangan, termasuk isu ketahanan pangan, merupakan salah satu
permasalahan pertanian yang terus berusaha dicapai oleh masyarakat Indonesia.
Pemerintah global dan institusi terkait pangan tidak hanya memperhatikan masalah
kelaparan namun juga masalah kelaparan tersembunyi. Defisiensi mikronutrien
memberikan beban yang besar pada penderitanya dan masyarakat, yaitu berupa
biaya kesehatan dan dampak negatif pada sumber daya manusia dan mengurangi
produktivitas ekonomi. Adapun cara yang paling efektif untuk mencegah kelaparan
tersembunyi adalah dengan meningkatkan diversifikasi pangan.
Provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak yang masuk kategori rawan
pangan dan sangat rawan pangan adalah Provinsi Jawa Barat, yaitu masing-masing
mencapai 15 554 636 dan 7 919 360 orang penduduk (BKP 2015). Tujuan dari
penelitian ini adalah (1) menganalisis pola alokasi pengeluaran pangan rumah
tangga; (2) mengestimasi tingkat diversifikasi pangan rumah tangga; (3)
menganasilisis pengaruh pendapatan rumah tangga dan harga pangan terhadap
tingkat diversifikasi pangan rumah tangga; dan (4) menganalisis permintaan pangan
rumah tangga di Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan data SUSENAS
Konsumsi dan Pengeluaran tahun 2015. Data tersebut dianalisis menggunakan
indeks Berry dan linear Almost Ideal Demand System (LA/AIDS).
Penelitian ini menemukan bahwa pendapatan rumah tangga di Provinsi Jawa
Barat masih rendah, sebab rata-rata food share mereka masih lebih dari 60.00
persen. Rumah tangga di perkotaan paling banyak mengeluarkan konsumsi pangan
untuk kelompok makanan dan minuman jadi, sedangkan rumah tangga perdesaan
pada kelompok padi-padian. Pengeluaran untuk kelompok padi-padian dan
tembakau & sirih pada rumah tangga perdesaan lebih tinggi daripada rumah tangga
perkotaan. Sebaliknya, pengeluaran untuk kelompok ikan, daging, buah, dan
makanan & minuman jadi rumah tangga perkotaan lebih tinggi daripada perdesaan.
Secara umum, rata-rata indeks Berry rumah tangga perkotaan dan perdesaan
tidak jauh berbeda. Hasil ini dapat diinterpretasikan kedua rumah tangga tersebut
mengonsumsi kelompok pangan yang sama. Indeks Berry akan meningkat seiring
peningkatan pendapatan, namun setelah tingkat pendapatan per kapita tertentu nilai
indeks Berry akan menurun yang diakibatkan oleh informasi dari data yang tidak
lengkap. Meskipun berdasarkan pengeluaran pangan rumah tangga telah memiliki
diversifikasi pangan yang tinggi, namun sumber kalori mereka masih didominasi
oleh beras.
Pangan yang secara umum memengaruhi tingkat diversifikasi pangan adalah
harga beras. Rumah tangga perkotaan memiliki tingkat diversifikasi pangan yang
lebih tinggi daripada perdesaan disebabkan harga beras rata-rata di perkotaan lebih
rendah daripada di perdesaan. Perubahan pendapatan dan harga pangan tidak
memengaruhi permintaan pangan secara signifikan, karena hampir semua variabel
yang digunakan merupakan barang pokok (barang inelastis) bagi rumah tangga di
Provinsi Jawa Barat.
Collections
- MT - Economic and Management [2962]