Konservasi Kepuh (Sterculia Foetida L.) Di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat
View/ Open
Date
2016Author
Metananda, Arya Arismaya
Zuhud, Ervizal Am
Hikmat, Agus
Metadata
Show full item recordAbstract
Kepuh merupakan tumbuhan multiguna yang mulai terancam punah.
Informasi tentang kondisi populasi dan pemanfaatan spesies ini belum banyak
tersedia. Penelitian ini disusun dengan tujuan menganalisis potensi populasi kepuh
dan karakteristik habitatnya di Kabupaten Sumbawa. Selain itu, mengidentifikasi
kearifan lokal masyarakat dalam memanfaatkan kepuh serta merumuskan strategi
konservasi kepuh di Kabupaten Sumbawa.
Analisis potensi populasi kepuh meliputi klasifikasi dan morfologi, proses
pertumbuhan dan perkembangan, populasi aktual, penyebaran dan pola sebaran
serta asosiasi interspesifik. Adapun data karakteristik habitat yaitu ketinggian,
kelerengan, curah hujan dan kelembaban, tutupan lahan, status kepemilikan lahan,
jenis tanah serta komposisi dan dominansi spesies lain. Data kearifan lokal
masyarakat terdiri dari demografi responden, berbagai bentuk pemanfaatan kepuh
serta kearifan lainnya tentang kepuh. Selain itu juga dirumuskan strategi konservasi
kepuh di Kabupaten Sumbawa menggunakan analisis SWOT.
Pengumpulan data potensi populasi dan karakteristik habitat kepuh dilakukan
dengan mengeksplorasi keberadaan kepuh di 12 kecamatan serta pembuatan petak
tunggal di tiga kecamatannya yaitu Kec. Empang, Kec. Lenangguar dan Kec. Moyo
Utara, dengan luas masing-masing 1 ha yang setiap petaknya terdiri dari 25 plot
berukuran 20 m X 20 m. Pemilihan lokasi penempatan petak didasarkan atas
keterwakilan (representasi) kompleksitas tutupan lahan alami di hutan. Adapun
pemilihan lokasi awal dimulainya analisis vegetasi didasarkan atas penemuan
pohon kepuh (sebagai poros tengah petak) berdasarkan hasil eksplorasi atau
keterangan masyarakat. Guna menguji bahwa luasan petak cukup mewakili areal
yang di survey juga dianalisis menggunakan kurva spesies area (KSA), yang
hasilnya menunjukkan bahwa luasan 1 ha di setiap kecamatan lebih dari cukup
mewakili vegetasi sekitar kepuh.
Data kearifan lokal masyarakat tentang kepuh diperoleh dari hasil wawancara
dengan teknik snowball sampling di tiga kecamatan yaitu di Kec. Empang,
Kec. Lenangguar dan Kec. Moyo Utara. Rata-rata responden yang diwawancarai
pada tahap ini berjumlah 26 orang (sebanyak 27 orang di Kec. Empang, 25 orang
di Kec. Lenangguar dan 26 orang di Kec. Moyo Utara). Selain itu beberapa warga
di tiga kecamatan tersebut secara acak juga diminta mengisi kuisioner berkaitan
tentang sikap masyarakat terhadap upaya konservasi kepuh. Adapun jumlah
responden pada tahap ini mengikuti rumus Slovin dengan galat sebesar 15% yaitu
45 KK di Kec. Empang, 44 KK di Kec. Lenangguar dan 44 KK di Kec. Moyo Utara.
Berdasarkan hasil eksplorasi, pembuatan petak tunggal, wawancara, overlay
peta dan kajian pustaka diperoleh bahwa kepuh memiliki laju pertumbuhan yang
cepat di awal pertumbuhan namun semakin melambat saat dewasa. Kepuh
merupakan salah satu spesies dengan penyebaran yang cukup luas, menyebar
merata di Indonesia. Spesies ini juga mendapat tekanan yang cukup besar, mulai
dari aksi illegal logging sampai alih fungsi lahan dataran rendah yang merupakan
habitat kepuh menjadi pemukiman, perkantoran dan lain-lain.
Hasil eksplorasi dan pembuatan petak tunggal, menemukan 169 individu
kepuh (65 semai, 5 pancang, 14 tiang, 85 pohon) di 12 kecamatan. Kepuh
ditemukan dengan pola sebaran mengelompok dan cenderung tidak berasosiasi
dengan spesies manapun. Berdasarkan karakteristik habitat, kepuh banyak
ditemukan pada habitat dataran rendah dan pantai di ketinggian 0 - 400 mdpl.
Kepuh tidak memiliki preferensi kelerengan tertentu untuk tumbuh, namun
karena membutuhkan cukup air sehingga kepuh lebih mudah tumbuh di areal yang
datar dan landai. Kepuh juga dapat tumbuh di areal dengan kelembaban yang
sedang dan tinggi. Beragamnya habitat serta kondisi abiotik tempat tumbuh,
menjadikan kepuh terkadang ditemukan dengan bentuk yang berbeda, baik ukuran
daun, jumlah biji serta warna pada cangkang kepuh.
Sebagian besar kepuh yang ditemukan di Kabupaten Sumbawa merupakan
individu yang tumbuh di lahan milik pribadi. Kondisi ini disatu sisi menjadikan
kepuh lebih aman dari aksi illegal logging namun disisi lain akibat kurangnya
perhatian atau minat terhadap konservasi kepuh bisa jadi kepuh menjadi tidak
terurus. Berdasarkan jenis tanah, kepuh di Kabupaten Sumbawa lebih banyak
ditemukan di tanah berkapur dengan kelembaban yang rendah. Salah satu spesies
pohon yang banyak tumbuh di sekitar kepuh ialah Lagerstroemia speciosa.
Kearifan lokal masyarakat Sumbawa saat ini mulai banyak bergeser. Bila
dulu masyarakat terbiasa menggunakan kepuh sebagai bumbu masak, kini menjadi
ketidaklaziman di beberapa kecamatan. Pemanfaatan kepuh umumnya kini hanya
ditemukan di bagian selatan dan timur Kabupaten Sumbawa yaitu untuk kebutuhan
pangan, obat, bahan bakar nabati, perhiasan, bahan bangunan, upacara adat,
kerajinan tangan, permainan tradisional, pakan ternak, jasa lingkungan dan lain-lain.
Adapun demografi masyarakat yang mengetahui manfaat kepuh tersebut
didominasi oleh profesi petani dengan umur berkisar 50 - 59 tahun.
Pendekatan strategi konservasi kepuh diawali dengan melihat sikap (tend to
act), masyarakat Sumbawa terhadap kepuh. Terkait sikap, persoalan konservasi
kepuh di Sumbawa disebabkan ketidaktahuan masyarakat umum akan banyaknya
manfaat tumbuhan ini, begitu pula dengan teknik budidaya dan sumber bibit.
Persoalan-persoalan inilah yang menyebabkan tidak adanya minat masyarakat
terhadap konservasi kepuh. Dilain sisi berdasarkan hasil analisis SWOT, strategi
yang tepat diterapkan ialah strategi agresif yaitu memanfaatkan seluruh kekuatan
yang dimiliki untuk mengambil peluang yang ada.
Kekuatan konservasi kepuh ada pada beragamnya manfaat tumbuhan ini
dengan karakteristiknya yang muda tumbuh di berbagai tipe habitat. Peluang
pengembangan kepuh ialah masyarakat mau menanam kepuh selama ketersedian
bibit dapat dijamin serta adanya pandangan bahwa tumbuhan ini perlu dilestarikan.
Oleh karena itu beberapa rekomendasi (rencana aksi) yang dapat diterapkan sebagai
strategi pengembangan konservasi kepuh di Kabupaten Sumbawa ialah
pembangunan budidaya kepuh (nursery), pengembangan ekonomi kreatif berbahan
dasar kepuh serta sosialisasi dan publikasi manfaat kepuh. Rencana aksi ini dapat
diawali dari Kec. Empang karena masyarakatnya lebih banyak tahu dan
memanfaatkan kepuh bahkan diperjualbelikan di pasar.
Collections
- MT - Forestry [1373]