Show simple item record

dc.contributor.advisorPurwoko, Bambang Sapta
dc.contributor.advisorSyukur, Muhamad
dc.contributor.advisorDewi, Iswari Saraswati
dc.contributor.authorNingsih, Ratna
dc.date.accessioned2017-01-30T08:02:36Z
dc.date.available2017-01-30T08:02:36Z
dc.date.issued2016
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/82855
dc.description.abstractTomat merupakan salah satu komoditas unggulan di Indonesia yang masih memiliki produktivitas rendah dibandingkan dengan potensi hasil yang dapat diperoleh. Oleh karena itu, upaya perakitan varietas unggul tomat untuk meningkatkan produktivitas melalui kegiatan pemuliaan tanaman perlu dilakukan. Kegiatan pemuliaan yang umum digunakan adalah persilangan yang diikuti dengan seleksi, sehingga memerlukan waktu yang panjang. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu metode yang dapat membantu mempercepat proses tersebut. Paduan teknologi haploid dan pemuliaan konvensional dapat mempersingkat waktu seleksi dalam proses pemuliaan tanaman. Kultur antera merupakan salah satu metode dalam teknologi haploid yang paling banyak digunakan, termasuk pada tanaman tomat. Keberhasilan kultur antera tomat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya genotipe, media, fase perkembangan mikrospora, pra perlakuan sebelum kultur, dan kondisi lingkungan kultur. Saat ini, belum ada media dan fase perkembangan mikrospora yang baku dalam kultur antera sehingga upaya untuk mendapatkan media perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fase perkembangan mikrospora berdasarkan panjang antera dan kuncup bunga pada percobaan 1 dan mengetahui tanggap androgenesis tiga genotipe tomat melalui kultur antera pada berbagai media induksi kalus dan regenerasi tanaman pada percobaan 2. Percobaan 1 menggunakan kuncup bunga dengan ukuran 1 mm hingga 10 mm untuk mendapatkan nilai panjang antera dan 2 hingga 7 mm untuk mendapatkan fase-fase perkembangan mikrospora. Tiap pengamatan panjang kuncup diulang sebanyak 6 kali. Tiap kuncup diambil 3 antera untuk diukur panjangnya dan diamati fase perkembangan mikrosporanya. Fase perkembangan mikrospora diamati sebanyak 2 kali untuk tiap antera per kuncup. Rata-rata panjang antera genotipe Tora, Ratna dan hibrida Permata adalah 2.3±0.2 mm, 2.3±0.3 mm, dan 2.5±0.2 mm. Fase meiosis pada genotipe Tora, Ratna dan Permata berada pada panjang kuncup berturut-turut 2 mm hingga 4 mm, 2 mm hingga 5 mm dan 2 mm hingga 4 mm. Fase tetrad pada genotipe Tora, Ratna dan Permata berada pada panjang kuncup berturut-turut 5 mm hingga 6 mm, 5 mm dan 4 mm hingga 5 mm. Fase mikrospora pada genotipe Tora, Ratna dan Permata berada pada panjang kuncup berturut-turut 7 mm, 7 mm, dan 6 mm hingga 7 mm. Percobaan 2 menggunakan rancangan acak lengkap dua faktor dengan lima ulangan. Perlakuan terdiri dari 3 genotipe dan enam media induksi kalus pada percobaan 2a dan tiga genotipe serta dua media regenerasi pada percobaan 2b. Genotipe yang digunakan adalah Tora, Ratna dan hibrida Permata. Media induksi kalus yang digunakan adalah M1 (DBMI + 5 mg L-1 Kinetin + 2 mg L-1 NAA), M2 (DBMII + 1 mg L-1 Kinetin + 2 mg L-1 NAA), M3 (DBMIII + 0.01 mg L-1 Kinetin + 5 mg L-1 NAA), M4 (MS + 1 mg L-1 2ip + 2 mg L-1 IAA), M5 (MS + 0.02 mg L-1 2.4-D + 2 mg L-1 Kinetin) dan M6 (MS + 0.25 mg L-1 Zeatin + 0.5 mg L-1 IAA). Media regenerasi yang digunakan adalah R1 (MS + 1 mg L-1 Zeatin + 0.125 mg L-1 IAA) dan R2 (MS + 0.25 mg L-1 Zeatin). Hasil penelitian menunjukkan bahwa inisiasi kalus terjadi setelah 25.0 hingga 28.0 hari dan inisiasi tunas terjadi setelah 57.0 hari hingga 68.0 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tomat varietas hibrida Permata memiliki tanggap androgenesis yang lebih baik dibandingkan genotipe lainnya. Permata memiliki persentase jumlah kalus paling tinggi (27.3%), kemudian diikuti oleh genotipe Tora (14.0%) dan Ratna (12.0%). Persentase induksi kalus paling tinggi ditunjukkan oleh media DBMI + 5 mg L-1 Kinetin + 2 mg L-1 NAA (39.7%) dan DBMII + 1 mg L-1 Kinetin + 2 mg L-1 NAA (33.0%). Baik genotipe maupun media yang digunakan menghasilkan jumlah tunas yang rendah. Persentase induksi tunas varietas hibrida Permata (4.2%) lebih tinggi dari Tora (2.1%) dan Ratna (0.0%). Persentase induksi tunas Media MS + 1 mg L-1 Zeatin + 0.125 mg L-1 IAA sebesar 2.8% sedangkan MS + 0.25 mg L-1 Zeatin sebesar 1.4%.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcAgricultureid
dc.subject.ddcPlant breedingid
dc.subject.ddc2016id
dc.subject.ddcBogor-JABARid
dc.titleInduksi Kalus Dan Regenerasi Tiga Genotipe Tomat (Solanum Lycopersicum L.) Melalui Kultur Anteraid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordAuksinid
dc.subject.keywordfase perkembangan mikrosporaid
dc.subject.keywordmedia kulturid
dc.subject.keywordsitokininid
dc.subject.keywordtomatid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record