Show simple item record

dc.contributor.advisorDamar, Ario
dc.contributor.advisorSusilo, Setyo Budi
dc.contributor.advisorDahuri, Rokhmin
dc.contributor.advisorSuseno, Heny
dc.contributor.authorParyono
dc.date.accessioned2017-01-30T07:31:07Z
dc.date.available2017-01-30T07:31:07Z
dc.date.issued2016
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/82722
dc.description.abstractUpaya mengelola wilayah pesisir akan efektif jika diikuti pengelolaan di wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) di atasnya. Hal ini disebabkan dinamika penggunaan lahan di DAS akan berpengaruh pada wilayah pesisir melalui aliran sungai yang masuk ke wilayah pesisir. Salah satu pencemar yang masuk ke pesisir adalah kadar sedimen. Sedimen yang berasal dari DAS terkait dengan dinamika penggunaan lahan. Sehingga kajian keterkaitan penggunaan lahan di wilayah DAS terhadap sedimentasi di wilayah pesisir menjadi penting untuk dilakukan. Penelitian ini bertujuan menganalisis dinamika spasial dan temporal penggunaan lahan DAS Citarum hilir dan implikasinya terhadap sedimentasi di wilayah pesisir. Tujuan ini dikaji melalui : (a) mengetahui dinamika penggunaan lahan di DAS Citarum bagian hilir; (b) mengetahui kadar sedimen dan total sedimen dari aliran Sungai Citarum hilir; (c) mengetahui laju dan umur endapan sedimen di sekitar Muara Sungai Citarum; (d) menghitung luasan sedimentasi di sekitar muara Sungai Citarum; (e) menganalisis hubungan antara dinamika luas penggunaan lahan di DAS Citarum bagian hilir dengan luas sedimentasi di pesisir sekitar muara Sungai Citarum. Tujuan penelitian berikutnya yaitu menganalisis pemanfaatan area sedimentasi untuk hutan mangrove. Lokasi penelitian terletak di DAS Citarum bagian hilir. Wilayah DAS Citarum bagian hilir meliputi Sub DAS Cikao, Sub DAS daerah tangkapan air Waduk Jatiluhur, Sub DAS Cibeet, dan Sub DAS Citarum hilir. Secara administratif, DAS Citarum bagian hilir terletak di sebagian wilayah Kabupaten Bogor, Karawang, Bekasi, Purwakarta, Bandung Barat, dan Cianjur. Berdasarkan perhitungan luas penggunaan lahan dengan data citra satelit, terjadi perubahan luas penggunaan lahan di DAS Citarum bagian hilir dari tahun 2000 sampai tahun 2014 secara signifikan, yaitu : (1) terjadi peningkatan luas penggunaan lahan non vegetasi yang meliputi pemukiman/bangunan dan tanah terbuka; (2) terjadi penurunan luas lahan sawah secara signifikan; dan (3) terjadi penurunan luas lahan bervegetasi (hutan, perkebunan, dan semak belukar). Dari data tersebut diprediksi bahwa peningkatan luas lahan non vegetasi berasal dari alih fungsi lahan sawah, karena data penurunan lahan bervegetasi relatif kecil bila dibandingkan dengan penurunan luas lahan sawah. Hasil pengukuran kadar sedimen di Sungai Citarum menunjukkan perbedaan antar lokasi pengambilan sampel. Kadar sedimen inlet Waduk Jatiluhur lebih besar dibandingkan kadar sedimen outlet Waduk Jatiluhur, dan kadar sedimen yang masuk muara Sungai Citarum lebih besar dari kadar sedimen di lokasi inlet dan outlet Waduk Jatiluhur. Hasil pengukuran rata-rata kadar sedimen tahun 2014 di lokasi inlet Waduk Jatiluhur sebesar 0,1947 kg/m3, outlet Waduk Jatiluhur 0,0205 kg/m3, dan di Sungai Citarum hilir sebesar 0,43935 kg/m3. Total sedimen aliran Sungai Citarum hilir tahun 2014 pada masing-masing lokasi pengambilan sampel yaitu total sedimen inlet Waduk Jatiluhur sebesar 1.340,08 x 106 kg, total sedimen outletWaduk Jatiluhur sebesar 143,35 x 106 kg, dan total sedimen Sungai Citarum hilir yang mengalir masuk ke muara Sungai Citarum sebesar 1.794,42 x 106 kg. Keberadaan Waduk Jatiluhur telah mengurangi potensi total sedimen yang mengalir masuk ke laut sebesar 1.196,73 x 106 kg. Hasil perhitungan laju sedimentasi dan umur sedimen menggunakan radionuklida alam Unsupported 210Pb menunjukkan laju sedimentasi antara lokasi sampling berbeda-beda dengan kisaran nilai 0,13 - 0,59 cm/tahun. Analisa umur endapan sedimen menunjukkan umur endapan sedimen lokasi titik terluar (III) lebih tua dibandingkan lokasi di muara sungai (I) dan di depan muara sungai (II). Umur endapan sedimen lokasi I berkisar tahun 1989-2014, lokasi II berkisar tahun 2005-2014, dan lokasi III berkisar tahun 1965-2014. Berdasarkan hasil perhitungan luas area sedimentasi dengan gambar citra satelit, sedimentasi menambah luas daratan (tanah timbul) tahun 2000 seluas 1060,63 hektar sampai tahun 2014 seluas 3.828,26 hektar. Terjadi fluktuasi luas tanah timbul dari tahun 2000-2014. Penyebaran sedimentasi yang cenderung mengarah ke timur disebabkan saat terjadi pasokan sedimen dalam jumlah besar dari aliran Sungai Citarum, arah arus laut mengarah ke timur. Kondisi itu terjadi ketika musim hujan, debit sedimen jauh lebih besar dibandingkan musim kemarau. Pada saat musim hujan arus laut menuju ke arah timur Lahan mangrove di Muara Gembong saat ini harus ditingkatkan guna keberlanjutan ekosistem pesisir. Berdasarkan hasil analisis kesesuaian area sedimentasi (tanah timbul) untuk pertumbuhan mangrove, maka lokasi “tanah timbul” di pesisir Muara Gembong sesuai untuk pertumbuhan mangrove. Parameter pertumbuhan mangrove tersebut yaitu suhu perairan berkisar 27-29 0C, salinitas air berkisar 26-29 ‰, pH sedimen berkisar 6,2-6,6, dan pasang surut laut terjadi 1 kali dalam sehari. Berdasarkan analisa keterkaitan antara luas sedimentasi sebagai faktor dependent (y) dengan berbagai luas penggunaan lahan di DAS Citarum hilir dan curah hujan sebagai faktor independent (x) dengan perhitungan regresi didapatkan pola hubungan yaitu : (1) semakin luas lahan di DAS Citarum hilir yang bervegetasi maka akan mengakibatkan luas sedimentasi makin kecil; (2) semakin luas lahan non vegetasi maka luas sedimentasi makin besar ; (3) semakin luas lahan sawah akan mengakibatkan luas sedimentasi makin kecil; (4) Semakin besar curah hujan maka akan mengkaibatkan luas sedimentasi makin besar. Dari ke empat faktor independent tersebut maka yang berpengaruh nyata (significant) terhadap peningkatan sedimentasi di wilayah pesisir adalah faktor curah hujan dan faktor lahan bervegetasi. Hasil pemodelan perhitungan luas penggunaan lahan di DAS Citarum hilir yang berdampak pada luas sedimentasi paling kecil terjadi jika curah hujan maksimum dan luas sawah minimum dengan komposisi luasan yaitu luas sawah sebesar 124.796 hektar dari kisaran 124.796 - 179.416 hektar, luas lahan bervegetasi maksimum 92.134 hektar dari kisaran 71.015 - 92.134 hektar, dan luas lahan non vegetasi 76.000 hektar dari kisaran 40.000 - 90.000 hektar.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcOceanographyid
dc.titleAnalisis Dinamika Spasial Dan Temporal Penggunaan Lahan Dan Implikasinya Terhadap Sedimentasi Di Wilayah Pesisir (Studi Kasus: Das Citarum Bagian Hilir).id
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordDAS Citarum bagian hilirid
dc.subject.keywordlaju dan umur sedimenid
dc.subject.keywordmangroveid
dc.subject.keywordpenggunaan lahanid
dc.subject.keywordtotal sedimenid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record