Show simple item record

dc.contributor.advisorRaffiudin, Rika
dc.contributor.advisorTriadiati
dc.contributor.authorAyu, Febri
dc.date.accessioned2017-01-30T07:27:42Z
dc.date.available2017-01-30T07:27:42Z
dc.date.issued2016
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/82701
dc.description.abstractRayap merupakan salah satu dekomposer penting dalam ekosistem terrestrial, terutama di daerah tropis. Rayap memiliki kemampuan untuk menguraikan senyawa organik kompleks lignoselulosa dari bagian tumbuhan dan kayu mati menjadi unsur hara tanah dengan menggunakan enzim lignoselulase dari organisme simbion yang berada di dalam saluran pencernaannya. Unsur-unsur hara tanah tersebut akan meningkatkan kesuburan tanah. Kehadiran rayap terutama yang hidup di bawah permukaan tanah (subterranean) juga berperan dalam memperbaiki struktur tanah dengan aktivitas pembuatan liang (galeri) di bawah tanah. Rayap mampu mendekomposisi kayu dengan densitas rendah (kandungan lignin rendah) dan densitas tinggi (kandungan lignin tinggi) yang berasal dari tumbuhan monokotil atau dikotil. Batang pada tumbuhan monokotil memiliki jaringan pembuluh yang tersebar, sedangkan dikotil memiliki jaringan pembuluh yang tersusun dalam satu lingkaran, sehingga terdapat perbedaan serat kayu antara kayu monokotil dan dikotil. Perbedaan-perbedaan ini diduga mempengaruhi aktivitas makan rayap yang menyebabkan variasi pola galeri dan kehilangan berat kayu oleh rayap, serta mempengaruhi kontribusi rayap terhadap kualitas tanah. Rayap tersebar di habitat hutan dan non-hutan yang memiliki faktor lingkungan yang berbeda. Dua lokasi yaitu Arboretum dan Cikabayan di Institut Pertanian Bogor dipilih sebagai habitat hutan dan non-hutan dalam mempelajari aktivitas makan dan kontribusi rayap terhadap kualitas tanah dengan menggunakan satu jenis kayu monokotil (Cocos nucifera) dan empat jenis kayu dikotil (Tectona grandis, Shorea sp., Albizzinia falcataria dan Anthocephalus chinensis). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis (1) jumlah spesies rayap subterranean yang mendekomposisi kayu pada dua lokasi (2) variasi pola galeri antara kayu monokotil dan dikotil serta analisis kerusakan parenkim kayu setelah dimakan oleh rayap subterranean (3) variasi kehilangan berat dari lima jenis kayu setelah dimakan oleh rayap subterranean (4) kontribusi dari aktivitas makan rayap pada kualitas tanah di dua lokasi. Penelitian ini dilakukan dengan teknik pengumpanan dengan lima jenis kayu yang dipotong menjadi balok kayu berukuran 13 x 5 x 3 cm3 dengan lubang berukuran 13 x 2 x 1.5 cm3 di bagian tengahnya. Balok kayu dikeringkan pada suhu 80 °C hingga mencapai berat kering. Tujuh balok kayu dari setiap jenis kayu diletakkan dalam kaleng (tiga ulangan) dan ditanam di dalam tanah selama satu bulan pada lima belas plot yang masing-masing berjarak 5 m di dua lokasi. Selama pengamatan dilakukan pengukuran iklim mikro (temperatur tanah dan udara serta kelembapan tanah dan udara) dan intensitas cahaya dengan interval pengukuran tiga hari (n = 10). Kemudian juga dilakukan pengukuran respirasi tanah sebanyak tiga kali pada hari ke-0, ke-15, dan ke-30 pengamatan. Setelah satu bulan, rayap subterranean dikoleksi dari kayu dan dihitung persentase kehilangan berat kayu. Semua balok kayu difoto untuk pengamatan pola galeri pada kayu oleh rayap. Satu sampel balok kayu dengan kerusakan paling berat digunakan untuk analisis kerusakan jaringan parenkim kayu oleh rayap yang dianalisis dengan menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM) pada permukaan kayu yang tidak dimakan dan dimakan oleh rayap. Selain itu juga dilakukan analisis tanah di sekitar plot sebanyak dua kali (sebelum dan sesudah pengumpanan) meliputi analisis tekstur dan kualitas tanah yaitu pH, karbon organik, nitrogen total, rasio C/N, P2O5 tersedia, dan kapasitas tukar kation (KTK). Analisis pertama dilakukan pada tanah yang dikomposit dari lima belas plot menjadi satu pada setiap lokasi sebagai tanah kontrol. Analisis kedua dilakukan pada tanah yang dikompositkan dari tiga ulangan setiap jenis kayu. Data persentase kehilangan berat kayu dianalisis dengan menggunakan Two-way ANOVA dan diuji lanjut dengan menggunakan uji Tukey’s HSD. Data peubah lingkungan ditampilkan dalam nilai rata-rata dan data respirasi tanah dianalisis dengan menggunakan t-test. Empat spesies rayap subterranean ditemukan di dua lokasi yaitu Schedorhinotermes javanicus, Pericapritermes mohri, Microtermes insperatus, dan Macrotermes gilvus. Rayap M. gilvus merupakan rayap dengan jumlah terbanyak ditemukan pada dua lokasi. Empat spesies rayap ditemukan di Arboretum sebagai habitat hutan dan hanya dua spesies rayap yang ditemukan di Cikabayan sebagai habitat non-hutan. Hal ini diduga karena Arboretum memiliki tutupan kanopi pohon yang menutupi tanah menyebabkan kelembapan tanah lebih tinggi, sehingga memberikan mikrohabitat yang lebih baik bagi rayap dengan kondisi lembap dan intensitas cahaya yang rendah. Aktivitas makan rayap pada kayu monokotil membentuk pola galeri tersebar, sedangkan pada kayu dikotil membentuk pola galeri kayu lurus. Hal ini dikarenakan C. nucifera memiliki variasi kandungan lignin pada batang yang diakibatkan oleh susunan jaringan pembuluh yang menyebar. Analisis SEM menunjukkan tidak ada kerusakan jaringan parenkim pada permukaan kayu yang tidak dimakan oleh rayap. Namun, kerusakan parenkim tertinggi terjadi pada A. chinensis dan terendah pada T. grandis pada permukaan kayu yang dimakan oleh rayap. Persentase kehilangan berat kayu dari lima jenis kayu menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara dua lokasi, namun menunjukkan perbedaan signifikan antara jenis kayu. Persentase kehilangan berat kayu tertinggi adalah A. chinensis di dua lokasi. Hal ini dikarenakan A. chinensis memiliki densitas kayu yang rendah sehingga lebih mudah dimakan oleh rayap. Analisis tanah menunjukkan peningkatan pH di dua lokasi, pH 4.2 menjadi 4.5 di Arboretum dan di Cikabayan pH 4.6 menjadi 5.2. Hasil pengukuran respirasi tanah juga menunjukkan terjadi peningkatan nilai respirasi tanah pada dua lokasi. Pada hari ke-0 dan ke-15 terdapat perbedaan signifikan antara Arboretum dan Cikabayan, sedangkan pada hari ke-30 tidak menunjukkan perbedaan signifikan. Karbon organik tanah menurun pada dua lokasi, sedangkan nitrogen total, P2O5 tersedia, dan kapasitas tukar kation (KTK) tanah menunjukkan perubahan yang bervariasi. Hal ini diduga disebabkan oleh meningkatnya jumlah kehadiran individu dan aktivitas makan rayap dan mikroorganisme tanah selama periode dekomposisi kayu. Tekstur tanah tidak berubah yaitu lempung berpasir sebelum dan setelah dekomposisi. Hal ini menunjukkan bahwa waktu satu bulan belum mengubah tekstur tanah, namun dalam waktu satu bulan kehadiran rayap memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas tanah.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcInsectaid
dc.subject.ddcTermilesid
dc.subject.ddc2016id
dc.subject.ddcBogor-Jawa Baratid
dc.titleVariasi Dekomposisi Dari Beberapa Jenis Kayu Dan Perubahan Kualitas Tanah Oleh Rayapid
dc.typeThesisid
dc.subject.keyworddekomposerid
dc.subject.keywordMacrotermes gilvusid
dc.subject.keywordpola galeri kayuid
dc.subject.keywordkayu monokotilid
dc.subject.keywordTectona grandisid
dc.subject.keywordrespirasi tanahid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record