Show simple item record

dc.contributor.advisorHadi, Upik Kesumawati
dc.contributor.advisorRetnani, Elok Budi
dc.contributor.authorRidha, M Rasyid
dc.date.accessioned2017-01-30T07:21:11Z
dc.date.available2017-01-30T07:21:11Z
dc.date.issued2016
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/82667
dc.description.abstractKejadian Filariasis limfatik saat ini masih tinggi diberbagai daerah di Indonesia. Desa Mandomai diketahui merupakan daerah endemik filariasis di Kabupaten Kapuas. Jumlah kasus filariasis di Kabupaten Kapuas tahun 2009 terdapat 5 kasus, 2010 terdapat 2 kasus, 2011 terjadi pengkatan (21 kasus) dan 2012 serta 2013 masing-masing 16 kasus. Sejak tahun 2008 Kabupaten Kapuas telah melakukan pengobatan massal dan berakhir tahun 2012, namun jumlah kasus hingga 5 tahun terakhir tetap tinggi. Penelitian ini bertujuan mengetahui keragaman jenis nyamuk, kepadatan nyamuk, aktivitas menggigit dan perilaku istirahat (resting), infeksi mikrofilaria pada nyamuk, infeksi mikrofilaria pada penduduk dan mengetahui tipe habitat jentik nyamuk. Penelitian dilakukan selama 4 (empat) bulan di Desa Mandomai, Kabupaten Kapuas. Kegiatan yang dilakukan adalah penangkapan nyamuk dengan teknik human landing collection dan resting di dalam dan di luar rumah, pembedahan nyamuk, pengambilan sediaan darah jari dan kapiler, dan identifikasi habitat nyamuk. Hasil penelitian menunjukkan ragam jenis nyamuk di Desa Mandomai terdiri atas 13 jenis yaitu Culex bitaeniorhynchus, Cx. quinquefasciatus, Cx. tritaeniorhynchus, Cx. gellidus, Cx. hutchinsoni, Mansonia uniformis, Mn. dives, Mn. annulata, Anopheles barbirostris, An. balabacensis, Aedes albopictus, Ae. aegypti dan Armigeres subalbatus. Nyamuk Cx. bitaeniorhynchus lebih bersifat eksofagik, eksofilik dan endofilik. Cx. quinquefasciatus, Cx. tritaeniorhynchus lebih bersifat eksofagik dan eksofilik. Kelimpahan nisbi, frekuensi spesies dan dominasi spesies yang tinggi yaitu Cx. bitaeniorhynchus, Cx. tritaeniorhynchus dan Cx. quinquefasciatus, sedangkan kepadatan nyamuk yang tinggi yaitu Cx. bitaeniorhynchus, Cx. tritaeniorhynchus dan Cx. quinquefasciatus. Kepadatan nyamuk lebih tinggi terjadi di dalam rumah dibandingkan dengan di luar rumah. Kepadatan nyamuk berbanding lurus dengan indeks curah hujan, suhu dan kelembaban, namun berdasarkan perhitungan statistik tidak ditemukan adanya hubungan. Cx. bitaeniorhynchus mempunyai aktivitas menggigit di luar rumah pada pukul 18.00 – 19.00 dan di dalam rumah pada pukul 23.00 – 24.00. Cx. tritaeniorhynchus mempunyai aktivitas menggigit di luar rumah pada pukul 21.00 – 22.00 dan 19.00 – 20.00, sedangkan di dalam rumah pada pukul 21.00 – 22.00. Cx. quinquefasciatus mempunyai aktivitas menggigit pada pukul 23.00 – 24.00 di luar rumah, sedangan di dalam rumah pada pukul 20.00 – 21.00. Cx. bitaeniorhynchus mempunyai perilaku istirahat pada pukul 22.00 – 23.00 baik di dalam dan diluar rumah. Cx. tritaeniorhynchus mempunyai perilaku istirahat di luar rumah pada pukul 03.00 – 04.00 dan di dalam rumah pada pukul 24.00 – 01.00. Cx. quinquefasciatus mempunyai perilaku istirahat di luar rumah pada pukul 23.00 – 24.00 dan di dalam rumah pada pukul 20.00 – 21.00. Larva infektif (L3) tidak ditemukan pada nyamuk yang dibedah. Perkiraan umur populasi Cx. bitaeniorhynchus adalah 38.9 hari, Cx. tritaeniorhynchus 23.9 hari dan Cx quinquefasciatus 14.3 hari, sehingga dapat berpotensi menjadi vektor filariasis. Hasil Pemeriksaan darah jari ditemukan 2 (0.02%) orang positif dari 110 orang yang diperiksa. Umur penderita positif berada pada rentang 46-65. Periodisitas mikrofilaria bersifat non periodik di dalam darah tepi, namun tidak selalu dijumpai pada setiap periode pemeriksaan selama 24 jam (sepanjang hari), khususnya pada jam 12.00, 22.00 dan 24.00. Tipe perindukan yang diamati berjumlah 24 buah dengan proporsi positif jentik yaitu kolam ikan 25%, kolam sekolah 100%, selokan 11%, kubangan 28%, sawah 100% dan penampung karet 50%. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan di Desa Mandomai terdapat 3 jenis nyamuk yaitu Cx. bitaeniorhynchus, Cx. tritaeniorhynchus dan Cx. quinquefasciatus yang berpotensi sebagai vektor filariasis dan ditemukan habitat yang mendukung keberadaan nyamuk.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcEntomologyid
dc.subject.ddcFilariasisid
dc.subject.ddc2015id
dc.subject.ddcKapuas-Kalimantan Tengahid
dc.titleVektor Potensial Filariasis Dan Habitatnya Di Desa Mandomai Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengahid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordCx. bitaeniorhynchus Cx. tritaeniorhynchusid
dc.subject.keywordCx. quinquefasciatusid
dc.subject.keywordfilariasisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record