dc.description.abstract | Kejadian Filariasis limfatik saat ini masih tinggi diberbagai daerah di
Indonesia. Desa Mandomai diketahui merupakan daerah endemik filariasis di
Kabupaten Kapuas. Jumlah kasus filariasis di Kabupaten Kapuas tahun 2009
terdapat 5 kasus, 2010 terdapat 2 kasus, 2011 terjadi pengkatan (21 kasus) dan 2012
serta 2013 masing-masing 16 kasus. Sejak tahun 2008 Kabupaten Kapuas telah
melakukan pengobatan massal dan berakhir tahun 2012, namun jumlah kasus
hingga 5 tahun terakhir tetap tinggi.
Penelitian ini bertujuan mengetahui keragaman jenis nyamuk, kepadatan
nyamuk, aktivitas menggigit dan perilaku istirahat (resting), infeksi mikrofilaria pada
nyamuk, infeksi mikrofilaria pada penduduk dan mengetahui tipe habitat jentik
nyamuk. Penelitian dilakukan selama 4 (empat) bulan di Desa Mandomai,
Kabupaten Kapuas. Kegiatan yang dilakukan adalah penangkapan nyamuk dengan
teknik human landing collection dan resting di dalam dan di luar rumah,
pembedahan nyamuk, pengambilan sediaan darah jari dan kapiler, dan identifikasi
habitat nyamuk.
Hasil penelitian menunjukkan ragam jenis nyamuk di Desa Mandomai
terdiri atas 13 jenis yaitu Culex bitaeniorhynchus, Cx. quinquefasciatus, Cx.
tritaeniorhynchus, Cx. gellidus, Cx. hutchinsoni, Mansonia uniformis, Mn. dives,
Mn. annulata, Anopheles barbirostris, An. balabacensis, Aedes albopictus, Ae.
aegypti dan Armigeres subalbatus. Nyamuk Cx. bitaeniorhynchus lebih bersifat
eksofagik, eksofilik dan endofilik. Cx. quinquefasciatus, Cx. tritaeniorhynchus
lebih bersifat eksofagik dan eksofilik. Kelimpahan nisbi, frekuensi spesies dan
dominasi spesies yang tinggi yaitu Cx. bitaeniorhynchus, Cx. tritaeniorhynchus
dan Cx. quinquefasciatus, sedangkan kepadatan nyamuk yang tinggi yaitu Cx.
bitaeniorhynchus, Cx. tritaeniorhynchus dan Cx. quinquefasciatus. Kepadatan
nyamuk lebih tinggi terjadi di dalam rumah dibandingkan dengan di luar rumah.
Kepadatan nyamuk berbanding lurus dengan indeks curah hujan, suhu dan
kelembaban, namun berdasarkan perhitungan statistik tidak ditemukan adanya
hubungan.
Cx. bitaeniorhynchus mempunyai aktivitas menggigit di luar rumah pada
pukul 18.00 – 19.00 dan di dalam rumah pada pukul 23.00 – 24.00. Cx.
tritaeniorhynchus mempunyai aktivitas menggigit di luar rumah pada pukul 21.00
– 22.00 dan 19.00 – 20.00, sedangkan di dalam rumah pada pukul 21.00 – 22.00.
Cx. quinquefasciatus mempunyai aktivitas menggigit pada pukul 23.00 – 24.00 di
luar rumah, sedangan di dalam rumah pada pukul 20.00 – 21.00. Cx.
bitaeniorhynchus mempunyai perilaku istirahat pada pukul 22.00 – 23.00 baik di
dalam dan diluar rumah. Cx. tritaeniorhynchus mempunyai perilaku istirahat di luar
rumah pada pukul 03.00 – 04.00 dan di dalam rumah pada pukul 24.00 – 01.00. Cx.
quinquefasciatus mempunyai perilaku istirahat di luar rumah pada pukul 23.00 –
24.00 dan di dalam rumah pada pukul 20.00 – 21.00.
Larva infektif (L3) tidak ditemukan pada nyamuk yang dibedah. Perkiraan
umur populasi Cx. bitaeniorhynchus adalah 38.9 hari, Cx. tritaeniorhynchus 23.9
hari dan Cx quinquefasciatus 14.3 hari, sehingga dapat berpotensi menjadi vektor
filariasis.
Hasil Pemeriksaan darah jari ditemukan 2 (0.02%) orang positif dari 110
orang yang diperiksa. Umur penderita positif berada pada rentang 46-65.
Periodisitas mikrofilaria bersifat non periodik di dalam darah tepi, namun tidak
selalu dijumpai pada setiap periode pemeriksaan selama 24 jam (sepanjang hari),
khususnya pada jam 12.00, 22.00 dan 24.00. Tipe perindukan yang diamati
berjumlah 24 buah dengan proporsi positif jentik yaitu kolam ikan 25%, kolam
sekolah 100%, selokan 11%, kubangan 28%, sawah 100% dan penampung karet
50%. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan di Desa Mandomai terdapat 3
jenis nyamuk yaitu Cx. bitaeniorhynchus, Cx. tritaeniorhynchus dan Cx.
quinquefasciatus yang berpotensi sebagai vektor filariasis dan ditemukan habitat
yang mendukung keberadaan nyamuk. | id |