Evaluasi Model Kebijakan Pengelolaan Hutan Rakyat Berkelanjutan Di Kabupaten Bogor
View/ Open
Date
2016Author
Sukwika, Tatan
Darusman, Dudung
Kusmana, Cecep
Nurrochmat, Dodik Ridho
Metadata
Show full item recordAbstract
Hutan rakyat di Kabupaten Bogor mempunyai peranan yang sangat penting bagi
kehidupan masyarakat di sekitar hutan. Manfaat hutan rakyat bisa lebih dirasakan apabila
hutan rakyat dapat terjamin keberlanjutannya, sehingga hutan rakyat benar-benar dapat
berfungsi secara optimal. Selanjutnya, fungsi-fungsi ekologi, ekonomi, dan sosial dari
hutan rakyat memberikan peranan nyata apabila pengelolaan sumber daya hutan (SDH)
secara berkelanjutan. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir sejak tahun 2014, kondisi
hutan di Kabupaten Bogor cukup memprihatinkan, bahkan menuju situasi kritis. Di lain
pihak, kondisi hutan rakyat ini secara kepentingan lingkungan mendekati hutan negara,
yaitu sebagai hutan yang utuh artinya hutan rakyat bisa berfungsi mendekati hutan yang
sesungguhnya. Namun begitu, ternyata hutan rakyat di Kabupaten Bogor masih memiliki
masalah-masalah krusial terutama terkait aspek ekologi, ekonomi, dan sosial yaitu seperti
masalah kondisi kemiskinan di sekitar hutan, pendapatan rumah tangga petani hutan
rakyat yang rendah, tarik menarik posisi tawar petani hutan rakyat dan para aktor
pemanfaat hasil hutan rakyat, pembangunan wilayah yang kurang berkembang, program
pembangunan kehutanan yang kurang optimal, dan lain sebagainya.
Studi ini membahas keberlanjutan pengelolaan hutan rakyat skala kecil di
Kabupaten Bogor. Tujuan penelitian adalah menganalisis kondisi exsisting status
keberlanjutan pengelolaan hutan rakyat di Kabupaten Bogor; mengidentifikasi peran
aktor yang terlibat kelembagaan hutan rakyat di Kabupaten Bogor; menganalisis
hubungan pengaruh model kebijakan keberlanjutan hutan rakyat di Kabupaten Bogor;
memformulasikan skenario strategi pengembangan kebijakan keberlanjutan hutan rakyat
ke depan di Kabupaten Bogor.
Penelitian dilaksanakan di tiga area zona wilayah (barat, tengah dan timur)
Kabupaten Bogor. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi lapangan, wawancara
mendalam (in depth interview), telaah dokumen dan kajian literatur. Analisis data
menggunakan analisis deskriptif kualitatif, analisis isi, analisis struktural kuantitatif, dan
analisis prospektif (ex-ante). Penentuan sampel responden dari key informan dilakukan
secara purposive sampling dan dengan teknik snowball sampling. Penunjang penelitian,
dilakukan juga pengambilan sampel responden secara purposive sampling dari petani
hutan rakyat yang tergabung ke dalam kelompok tani hutan (KTH).
Menjawab tujuan pertama penelitian ini menggunakan indeks keberlanjutan MDS
untuk menganalis lima dimensi. Pengukuran atributnya menggunakan skala ordinal.
Selanjutnya dengan menggunakan skala indeks keberlanjutan maka tingkat keberlanjutan
masing-masing dimensi dapat diestimasi. Pada tujuan kedua dilakukan analisis isi
kelembagaan dan dilanjutkan dengan menemu-kenali peran aktor di ruang hutan rakyat
dengan pendekatan struktur hirarki hasil analisis ISM-VAXO. Selanjutnya, di tujuan
ketiga dianalisis pengaruh variable dimensi-dimensi terhadap variable keberlanjutan yang
dibangun dari atribut yang menjadi faktor pengungkit MDS dengan pendekatan uji sidik
lintas. Perumusan model kebijakan untuk tujuan keempat menggunakan menggunakan
analisis prospektif. Tahap akhir dari analisis ini adalah mengembangkan skenario model
kebijakan stategis pengelolaan hutan rakyat berkelanjutan melalui beberapa variabel
kunci yang memungkinkan terjadi di masa yang akan datang.
Hasil analisis menunjukkan terdapat dua dimensi yang cukup berkelanjutan yaitu
dimensi ekologi dan dimensi legal dan kelembagaan. Sementara dimensi ekonomi,
dimensi sosial dan budaya, dan dimensi aksesibilitas dan teknologi tidak berlanjut.
Berdasarkan lima indeks keberlanjutan tersebut, studi ini menyimpulkan bahwa rataan
tingkat keberlanjutan pengelolaan hutan di Kabupaten Bogor tidak berkelanjutan (48,47).
Dalam penelitian ini digunakan 63 indikator atribut dan dihasilkan 21 atribut yang
menjadi faktor pengungkitnya. Keluaran model ISM-VAXO menunjukkan struktur
hirarki hubungan antar sub-elemen pendukung yang dihasilkan sebanyak 7 level. Pada
sub-elemen sektor II (Independent), ditemukan tujuh aktor dominan, dan aktor kunci
(paling domiman) dalam pengelolaan hutan rakyat berkelanjutan di Kabupaten Bogor
adalah BP3K dan Pemilik lahan dari luar desa menempati level tertinggi (level 7) dengan
total DP (driven power) terbesar. Berdasarkan hasil perhitungan seluruh nilai koefisien
langsung (direct effect) dan tidak langsung (indirect effect) pada variabel
multidimensional, diperoleh nilai koefisien total pengaruh (total effect) terkuat berasal
dari dimensi ekologi yaitu 0,895, sekaligus merupakan variabel yang berpengaruh
dominan terhadap keberlanjutan hutan rakyat di Kabupaten Bogor. Terakhir, berdasarkan
hasil simulasi skenario alternatif, ditunjukkan bahwa skenario II menjadi pilihan paling
realisitis, skenario ini sudah dianggap dapat meningkatkan nilai indeks keberlanjutan dari
46,35 (tidak berkelanjutan) menajdi 52,52 (cukup berkelanjutan). Studi ini
merekomendasikan perlu melakukan strategi pengembangan dengan melibatkan semua
pemangku kepentingan memilih kebijakan yang paling sesuai untuk memperbaiki
keberlanjutan pengelolaan hutan rakyat skala kecil di Kabupaten Bogor.