dc.description.abstract | Jamur tiram yang memiliki kisaran tubuh buah berwarna putih terdiri dari
beberapa spesies diantaranya Pleurotus ostreatus, Pleurotus populinus dan
Pleurotus pulmonarius. Jamur tiram putih paling populer di Indonesia
dibandingkan jamur tiram spesies lain seperti tiram kuning (Pleurotus
citrinipileatus), tiram merah muda (Pleurotus flabellatus), tiram abu-abu
(Pleurotus sajor-caju) dan tiram cokelat (Pleurotus cystidiosus). Jamur tiram
putih memiliki banyak manfaat diantaranya sebagai anti tumor, antioksidan,
probiotik serta dapat menurunkan kolesterol. Kemampuan pertumbuhan jamur
tiram putih sangat dipengaruhi oleh suhu, dan suhu optimum untuk pertumbuhan
jamur tiram putih adalah 25-28 oC untuk fase vegetatif dan untuk fase generatif
berkisar antara 10-28 oC, tergantung pada spesiesnya (P. ostreatus var. Florida
dan strain P.ostreatus yang lain adalah 14-18 oC; P.sajor-caju adalah 20-24 oC
sedangkan P.cystidiosus adalah 26-28 oC. Suhu udara di Indonesia timur relatif
lebih tinggi. Oleh karena itu untuk mendapatkan jamur tiram putih yang tahan
pada suhu tinggi adalah dengan seleksi jamur tiram putih yang tahan cekaman
panas hingga 35 oC atau dengan cara menyilangkan dua miselium monokarion
yang tahan terhadap cekaman panas. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mendapatkan isolat hibrid yang tahan pada suhu tinggi
Di Indonesia, umumnya jamur tiram putih dibudidayakan menggunakan
media serbuk gergajian kayu sengon (Paraserianthes falcataria) (SGKS). Pada
akhir produksi jamur, media sisa pertumbuhan jamur atau spent mushroom
substrates (SMS) biasanya hanya dimanfaatkan untuk media tumbuh cacing dan
pakan ternak, padahal SMS masih mengandung bahan organik yang cukup tinggi.
Oleh karena itu, tujuan kedua dari penelitian ini adalah pemanfaatan kembali SMS
untuk meningkatkan produksi tubuh buah jamur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari keempat isolat yang digunakan
dalam penelitian ini (BNK, AMD, BBR dan CSR), produktivitas isolat BNK dan
AMD lebih unggul dibandingkan isolat BBR dan CSR. Bentuk spora isolat BNK
adalah elongate, sedangkan ketiga isolat yang lain adalah cylindrical. Dari hasil
isolasi spora tunggal didapatkan 9 isolat monokarion dari BNK, 0 isolat
monokarion dari AMD, 6 isolat monokarion dari BBR dan 7 isolat monokarion
dari CSR. Sebanyak 22 isolat monokarion tersebut diseleksi pada suhu 35 oC
sebagai penampisan apakah isolat tersebut tahan terhadap panas. Didapatkan hasil
hanya ada 3 isolat monokarion dari BNK (BNK2, BNK7 dan BNK8), 5 isolat
monokarion dari BBR (BBR4, BBR5, BBR7, BBR15 dan BBR16) dan 1 isolat
monokarion dari CSR (CSR5) yang mampu tumbuh pada suhu tinggi (35 oC).
Persilangan hanya dilakukan pada isolat monokarion yang mampu tumbuh
pada suhu tinggi (35 oC). Dari hasil persilangan didapatkan 10 isolat hibrid yang
mampu tumbuh pada suhu tinggi (35 oC) yaitu isolat dengan kode BB47, BB57,
BB157, BB167, BB48, BB58, BB158, BC55, BC155 dan BC165. Pada suhu
tinggi (35 oC), isolat hibrid dengan kode BB48 memiliki laju pertumbuhan
miselium pada media potato sucrose agar (PSA) paling tinggi atau paling cepat
dibandingkan dengan isolat hibrid yang lain yaitu 0.22 cm/hari. Isolat hibrid
BB48 dan kedua induk dari isolat tersebut (BNK dan BBR) kemudian
dibudidayakan pada suhu tinggi dan produktivitas diantara ketiganya
dibandingkan.
Berdasarkan data budi daya isolat hibrid BB48 dan kedua induk (BNK dan
BBR) pada suhu tinggi (35 oC) diketahui bahwa produktivitas isolat hibrid BB48
lebih rendah dari produktivitas kedua induknya. Pada penelitian ini juga dilihat
perbedaan produktivitas isolat BNK dan BBR pada suhu ruang (27.5-29 oC) dan
suhu tinggi (35 oC). Produktivitas isolat BNK yang ditumbuhkan pada suhu ruang
lebih baik dan berbeda nyata (p<0.05) terhadap produktivitas isolat BNK pada 35
oC, sedangkan produktivitas isolat BBR yang ditumbuhkan pada suhu ruang dan
suhu 35 oC tidak berbeda nyata (p>0.05). Hal ini dapat disimpulkan bahwa isolat
BBR memiliki kisaran suhu pertumbuhan yang lebih luas dibandingkan isolat
BNK.
Analisis molekular dilakukan pada isolat hibrid dengan kode BC165 yang
merupakan persilangan dari monokarion induk BBR16 dengan CSR5. Hasil
analisis molekular menunjukkan bahwa isolat hibrid BC165 memiliki hubungan
kekerabatan lebih dekat dengan CSR dari pada BBR.
Media Spent Mushroom Substrate (SMS) masih mengandung cukup nutrisi
untuk digunakan sebagai media budi daya jamur tiram, yaitu masih mengandung
10.98% lignin dan 42.20% selulosa. Oleh karena itu, SMS dari sisa media budi
daya jamur tiram putih isolat BNK setelah 3 kali panen dapat digunakan kembali
sebagai media budidaya jamur tiram putih isolat BNK. Penambahan SMS
sebanyak 25-75% dari campuran SMS dan serbuk gergajian kayu sengon (SGKS)
baru dapat meningkatkan produksi tubuh buah jamur. | id |