Pengaruh Faktor Ekonomi Terhadap Dinamika Penggunaan Lahan Di Indonesia
View/ Open
Date
2016Author
Djaenudin, Deden
Oktaviani, Rina
Hartoyo, Sri
Dwiprabowo, Hariyatno
Metadata
Show full item recordAbstract
Sumberdaya lahan merupakan modal utama dalam pembangunan ekonomi. Tujuan pembangunan ekonomi yang ditetapkan akan berdampak pada dinamika penggunaan lahan yang pada akhirnya menentukan dinamika tutupan hutan. Indonesia kaya dengan sumberdaya hutan. Di samping menghasilkan produk hutan baik kayu dan non kayu, hutan juga memberikan manfaat lain seperti jasa lingkungan dan lahan yang dapat digunakan untuk berbagai penggunaan, seperti perkebunan, pertanian tanaman pangan. Keputusan penggunaan lahan dan perubahan penggunaan lahan dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya adalah faktor ekonomi. Aktvitas pembangunan ekonomi yang diterapkan oleh pemerintah daerah berimplikasi terhadap perbedaan dinamika tutupan hutan. Keberagaman dinamika tutupan hutan tersebut diindikasikan dengan perbedaan laju deforestasi yang terjadi. Dimana deforestasi tersebut sebagai hasil akhir dari adanya persaingan penggunaan lahan yang terjadi sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Di samping itu, keputusan penggunaan lahan dan perubahan penggunaan lahan menjadi isu perubahan iklim, dimana Indonesia telah berkomitment untuk menurunkan emisi gas rumah kacanya sebesar 26% pada tahun 2020. Lebih jauh lagi kontribusi hutan dan lahan gambut berkontribusi sekitar 87% dalam komitmen tersebut. Menjaga hutan atau meningkatkan tutupan hutan berimplikasi pada pembatasan alokasi lahan untuk penggunaan lain. Oleh karena itu diperlukan upaya konservasi hutan dan bahkan meningkatkan tutupan hutan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dinamika tutupan hutan Indonesia dengan menggunakan kerangka transisi hutan, menganalisis faktor-faktor yang mempercepat terjadinya penurunan laju deforestasi, dan menganalisis pengaruh faktor ekonomi terhadap persaingan penggunaan lahan di Indonesia. Dengan meng-gunakan data tutupan lahan dan peubah ekonomi selama periode 2000-2013 dikem-bangkan model peluang ordered logistic regression (OLR) untuk menganalisis transisi hutan dan model seemingly unrelated regression (SUR) untuk menganalisis persaingan penggunaan lahan.
Berdasarkan laju deforestasi pada periode 2000-2013, provinsi-provinsi di Indonesia dapat dikelompokan menjadi 3 kelompok, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Dari model OLR diperoleh hasil bahwa tinggi rendahnya pangsa tutupan hutan, kepadatan penduduk, dan lokasi mempengaruhi peluang tercapainya laju deforestasi yang rendah. Sementara itu pendapatan per kapita dan kerapatan jalan tidak berpengaruh secara nyata. Pangsa tutupan hutan dan kepadatan penduduk meningkatkan peluang terjadinya penurunan laju deforestasi. Kepadatan penduduk meningkatkan kesadaran untuk melakukan kegiatan penanaman. Untuk mem-percepat tercapainya penurunan laju deforestasi dapat dilakukan melalui kejelasan tenurial, peningkatan kebijakan perbaikan lingkungan seperti pengembangan sistem imbal jasa lingkungan, peningkatan nilai tambah output untuk meningkatkan daya saing produk, serta pemberian insentif kepada masyarakat untuk melakukan
reforestasi dan peningkatan teknologi pertanian dalam rangka peningkatan produktivitas pertanian.
Model SUR yang dikembangkan mampu menangkap persaingan penggunaan lahan di Indonesia, dimana penggunaan lahan untuk perkebunan lebih responsif terhadap perubahan harga. Terkait dengan upaya mitigasi perubahan iklim berbasis lahan dalam bentuk mempertahankan hutan dan meningkatkan luas hutan, maka dilakukan melalui kebijakan harga kayu dan pembangunan infrastruktur jalan. Harga kayu yang berlaku sekarang cenderung under valued. Harga tersebut masih didasarkan pada biaya penebangan saja dan menimbulkan biaya eksternalitas yang tinggi karena adanya dampak lingkungan, biodevisersitas dan sosial, sehingga dengan internalisasi eksternalitas akan meningkatkan nilai kayu. Meningkatkan keintegrasian industri kayu dari hulu hilir antara pasar domestik dan internasional akan meningkatkan daya saing kayu terhadap harga perkebunan dan tanaman pangan.
Investasi memberikan dampak terhadap penurunan pangsa luas hutan. Dari realisasi investasi berbasis lahan, investasi untuk hutan sangat kecil sementara untuk pertanian dan perkebunan jauh lebih besar. Dari hasil yang diperoleh investasi berbasis lahan yang dilakukan lebih diarahkan untuk peningkatan atau penggunaan teknologi yang dapat meningkatkan produktivitas pertanian, sehingga ketergantungan terhadap lahan berkurang. Demikian juga halnya dengan pembangunan infrastruktur jalan yang cenderung membuka akses ke sumberdaya hutan. Pembangunan jalan lebih diarahkan untuk memperlancar akses baik untuk pasar output maupun pasar input untuk peningkatan hutan tanaman dan hutan rakyat. Pembangunan infrastruktur jalan ini perlu disertai dengan peningkatan efektivitas pengawasan terhadap pengelolaan hutan lestari terutama untuk hutan konservasi dan hutan lindung.
Masih terdapat keterbatasan dalam penelitian ini terkait dengan ketersediaan data dimana model belum melihat perilaku hutan tanaman dan hutan rakyat secara terpisah. Untuk itu disarankan untuk penelitian selanjutnya melakukan disagregasi luas hutan tersebut. Di samping itu, terkait dengan pengujian hipotesis transisi hutan, periode data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2000-2013 sehingga pola pada periode sebelumnya tidak dapat terlihat. Untuk itu disarankan untuk menambah periode data analisis untuk penelitian lanjutan. Dari hasil pemodelan terlihat adanya persaingan penggunaan lahan di Indonesia, maka informasi yang diperoleh dapat digunakan sebagai landasan dalam menentukan optimalisasi penggunaan lahan di Indonesia