Show simple item record

dc.contributor.advisorBengen, Dietriech G.
dc.contributor.advisorPrartono, Tri
dc.contributor.advisorRiani, Etty
dc.contributor.authorPutri, Wike Ayu Eka
dc.date.accessioned2016-12-28T03:30:29Z
dc.date.available2016-12-28T03:30:29Z
dc.date.issued2016
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/82398
dc.description.abstractSungai Musi merupakan satu dari sekian banyak sungai besar yang terdapat di Pulau Sumatera. Membentang sejauh kurang lebih 720 km, memiliki hulu di Provinsi Bengkulu dan bermuara ke Selat Bangka yang terdapat di Provinsi Sumatera Selatan. Kawasan hilir Sungai Musi telah banyak menerima masukan limbah akibat aktivitas manusia mulai dari hulu hingga hilir berupa pertanian, perkebunan, industri, transportasi dan pelabuhan. Kondisi ini dapat meningkatkan konsentrasi beberapa komponen kimia di perairan termasuk logam berat. Hal ini didukung oleh beberapa penelitian sebelumnya yang menemukan telah adanya akumulasi logam tertentu di perairan dan terhadap organisme yang hidup di daerah tersebut. Penelitian ini memiliki tiga tujuan utama yaitu : (1) menentukan sebaran logam berat Cu dan Pb dalam air dan sedimen di Sungai Musi bagian hilir; (2) mengungkap keberadaan kandungan logam berat Cu dan Pb yang terakumulasi di dalam jaringan organisme (plankton dan ikan) di Sungai Musi bagian hilir serta kajian bioakumulasi pada setiap organ dan jenis ikan dan (3) menjelaskan pengaruh logam berat terhadap kerusakan organ ikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan logam berat Cu (0,002- 0,006 mg/l) dan Pb (0,002-0,004 mg/l) dalam fase terlarut telah melebihi konsentrasi alamilnya di perairan. Peningkatan ini dapat disebabkan oleh faktor alam seperti proses pelapukan tanah dan batuan yang terdapat di bagian hulu sungai. Selain itu, aktivitas manusia yang beragam di sepanjang aliran sungai dari hulu hingga hilir seperti pertanian, perkebunan, industri, transportasi, pemukiman dan pelabuhan serta lain sebagainya diduga juga berkontribusi terhadap peningkatan kandungan Cu dan Pb di perairan. Secara umum terlihat bahwa konsentrasi logam Cu terlarut lebih tinggi dibandingkan Pb. Sebaliknya, konsentrasi logam Pb (31,56-89,52 mg/kg) dalam bentuk tersuspensi ditemukan lebih tinggi dibandingkan Cu (5,65-15,17 mg/kg). Hal ini diduga karena adanya perbedaan daya larut diantara kedua jenis logam tersebut. Akumulasi logam Cu (6,14-15,28 mg/kg) dan Pb (5,79- 11,1 mg/kg) juga ditemukan di dalam sedimen di sepanjang aliran Sungai Musi bagian hilir. Logam Cu dan Pb juga ditemukan terakumulasi dalam organisme yang hidup di Sungai Musi bagian hilir. Akumulasi logam Cu (1,82-3,70 mg/kg) dan Pb (1,01-2,87 mg/kg) ditemukan pada organisme plankton yang hidup di daerah tersebut. Selanjutnya terdapat variasi akumulasi logam Cu dan Pb dalam setiap jenis dan organ ikan. Akumulasi logam dalam organ ikan berturut-turut terdapat pada hati>insang>daging. Organ hati mengakumulasi Cu (1,958-7,239 mg/kg) dan Pb (0,329-0,996 mg/kg) lebih tinggi dibandingkan daging (0,171-0,292 mg/kg Cu dan 0,157-0,204 mg/kg Pb) dan insang (0,807-1,158 mg/kg Cu dan 0,202-0,328 mg/kg Pb). Selain itu, konsentrasi Cu dan Pb juga bervariasi diantara keempat jenis ikan yang diamati. Insang dan hati ikan belanak (Mugil chepalus) mengakumulasi Cu lebih besar dibandingkan ikan jenis lainnya, berturut-turut 1,26 mg/kg dan 8,42 mg/kg. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya perbedaan kebiasaan makan, habitat dan lingkungan tempat tinggal yang mempengaruhi akumulasi yang terjadi. Terdapat variasi nilai faktor bioakumulasi antar jenis ikan dan organ yang diamati. Ikan belanak memiliki kemampuan akumulasi logam Cu lebih tinggi dibandingkan ikan juaro, seluang dan sembilang. Kemampuan daging ikan belanak mengakumulasi logam Cu 123 kali lebih tinggi dibandingkan kandungan logam tersebut di perairan, insang 524 kali dan hati 3051 kali. Untuk logam Pb, daging dan insang ikan juaro memiliki kemampuan akumulasi Pb yang lebih tinggi dibandingkan ikan lainnya. Daging ikan juaro mampu mengakumulasi Pb 83 kali lebih tinggi dibandingkan konsentrasinya di air, adapun insang 158 kali sementara hati ikan seluang mampu mengakumulasi logam Pb 481 kali lebih tinggi dibandingkan konsentrasinya di perairan. Berdasarkan ambang batas yang ditetapkan oleh beberapa negara dan lembaga, dapat disimpulkan bahwa logam Pb dan Cu dalam semua organ dan jenis ikan belum tergolong ke dalam kriteria akumulatif (BAF ≤ 5000 l/kg). Meskipun demikian, akumulasi logam Cu pada hati ikan belanak dan seluang perlu diwaspadai karena lebih tinggi dibandingkan organ lainnya. Demikian juga halnya dengan plankton, secara umum terlihat bahwa plankton yang hidup di daerah Sungai Musi mampu mengakumulasi logam Cu dan Pb masing-masing sebanyak 741 kali dan 795 kali lebih tinggi dibandingkan keberadaannya di dalam air. Sementara plankton yang terdapat di Muara Sungai Musi memiliki kemampuan mengakumulasi Cu dan Pb masingmasing sebanyak 698 dan 603 kali lebih tinggi dibandingkan ketersediaan logam tersebut di perairan. Hasil pengamatan terhadap jaringan organ insang semua jenis ikan menunjukkan bahwa lamela primer semua jenis ikan berada dalam kondisi normal. Jaringan kartilago sebagian nampak utuh namun pada ikan belanak telah mengalami kerusakan. Lamela sekunder tampak mengalami penambahan sel (hyperplasia epitel) sehingga ujung lamela sekunder lebih tebal. Beberapa penyebab utama meningkatnya jumlah sel dalam jaringan adalah iritasi kronis oleh logam dan infeksi beberapa jenis virus. Selanjutnya insang ikan belanak dan sembilang mengalami hiperplasia yang lebih parah dibandingkan ikan jenis lainnya bahkan sudah mengarah ke kondisi fusi. Pengamatan terhadap organ hati menunjukkan umumnya sel hati semua jenis ikan mengalami pembengkakan sel hati (edema). Kerusakan paling parah terjadi pada hati ikan belanak, inti sel mengalami kerusakan bahkan telah dikeilingi oleh sel radang. Akumululasi Cu dan Pb yang lebih tinggi dalam kedua organ ini berkontribusi terhadap kerusakan yang terjadi. Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa peningkatan konsentrasi logam berat Cu dan Pb di Sungai Musi bagian hilir mengakibatkan terjadinya akumulasi kedua jenis logam tersebut di dalam organ insang, hati dan daging empat jenis ikan konsumsi yang hidup di perairan tersebut. Akumulasi logam Cu dan Pb yang tinggi di dalam organ hati dan insang berkontribusi terhadap kerusakan jaringan organ insang dan hati yang ditandai dengan adanya hiperplasia dan fusi pada insang serta adanya edema pada jaringan organ hati.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.titleSebaran Dan Akumulasi Logam Berat Cu Dan Pb Pada Ikhtiofauna Di Sungai Musi Bagian Hilir Provinsi Sumatera Selatanid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordlogam Cu dan Pbid
dc.subject.keywordakumulasiid
dc.subject.keywordSungai Musi bagian hilirid
dc.subject.keywordplanktonid
dc.subject.keywordikanid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record