Show simple item record

dc.contributor.advisorAdrianto, Luky
dc.contributor.advisorDamar, Ario
dc.contributor.advisorBoer, Mennofatria
dc.contributor.authorSjafrie, Nurul Dhewani Mirah
dc.date.accessioned2016-12-28T03:28:49Z
dc.date.available2016-12-28T03:28:49Z
dc.date.issued2016
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/82387
dc.description.abstractEkosistem lamun memiliki peran sebagai pemberi jasa ekosistem. Di Kabupaten Bintan, pemanfaatan sumberdaya ekosistem lamun telah dilakukan sejak tahun 1970-an oleh nelayan, sehingga sumberdaya ekosistem ini cenderung mendapat ancaman sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan pembangunan. Dalam pemanfaatan sumberdaya ekosistem lamun terjadi interaksi antara sistem ekologi dan sistem sosial, oleh sebab itu hubungan keduanya perlu diketahui untuk memberikan opsi pengelolaan. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengidentifikasi komponen sistem sosial-ekologis (SSE) ekosistem lamun di Kabupaten Bintan; 2) mengukur keterkaitan (konektivitas) SSE ekosistem lamun; 3) mengukur derajat keberlanjutan SSE ekosistem lamun dan 4) mengidentifikasi opsi pengelolaan SSE ekosistem lamun. Penelitian dilakukan di pesisir Utara dan Timur Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Bintan yang ditetapkan oleh Keputusan Bupati Bintan Nomor 261/VIII/ 2007. Lokasi penelitian meliputi empat desa, yaitu Desa Malang Rapat dan Desa Teluk Bakau, termasuk kedalam kecamatan Gunung Kijang dan Desa Pengudang dan Desa Berakit termasuk kedalam kecamatan Teluk Sebong. Pengumpulan data dilakukan selama bulan September 2014 – Mei 2015. Data yang dikumpulkan berasal dari aspek ekologi dan sosial yang merupakan data primer dan sekunder. Parameter aspek ekologi yang diambil adalah biomasa lamun menggunakan transek kuadrat, fitoplankton dan zooplanton menggunakan plankton net sedangkan ikan, rajungan, sotong dan kerang-kerangan menggunakan hasil tangkapan nelayan yang diambil setiap hari dari 10-15 nelayan. Parameter aspek sosial diambil menggunakan kuesioner sebanyak 64 responden, Focus Group Discussion (FGD) dan wawancara mendalam (in-depth interview) dengan tokoh dan tetua desa yang dianggap relevan dengan tujuan penelitian. Perhitungan energi dilakukan untuk mengetahui sumberdaya ekosistem lamun, matriks jasa ekosistem dan spidergram digunakan untuk melihat aspek sosial, konektivitas SSE diketahui dengan Human Appropriation of Net Primary Production (HANPP), sedangkan keberlanjutan diketahui dengan analisis emergi. Opsi pengelolaan SSE ekosistem lamun dirancang berbasis hasil dari tujuan 1 sampai 3 menggunakan tactical decision. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total energi sumber daya ekosistem lamun pada musim Timur sebesar 1.55 x 1013Joule, sedangkan pada musim Utara 1.43 x 1013 Joule atau berkurang sebesar 7%. Diketahui bahwa energi prosuden yang diserap oleh konsumen sebesar 27.6% pada musim Timur dan 18.3% pada musim Utara. Dalam kaitannya dengan jasa ekosistem lamun, peran supporting dan regulating services dalam kondisi baik terlihat dari persentase energi lamun sebesar 78.42% pada kedua musim, sedangkan provisioning services berkurang di musim Utara terlihat dari persentase energi konsumen. Hasil analisis matriks jasa ekosistem memperlihatkan bahwa terdapat kelebihan persediaan jasa ekosistem pada jasa pengaturan untuk hampir semua komponen, pada jasa persediaan untuk sumber ikan hias, obat, pupuk, bioprospecting, pencarian kuda laut dan rumput laut (Sargassum-rengkam) dan pada jasa budaya untuk nilai intrinsik dan biodiversitas. Sebaliknya, terdapat kekurangan persediaan pada jasa persediaan untuk area peletakan bubu ikan, bubu ketam, jaring ikan, jaring ketam, pencarian kerang-kerangan, pencarian teripang, dan pada jasa budaya untuk rekreasi dan nilai estetika.Tipe habitat berupa hamparan lamun memiliki nilai penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem lamun dalam aspek integritas ekologis, jasa pengaturan, jasa persediaan, dan jasa budaya. Sebaliknya, morfologi ekosistem lamun lebih berperan dalam penyediaan area untuk kegiatan kenelayanan, seperti meletakkan perangkap. Pola pemanfaatan ekosistem lamun menunjukkan bahwa profesi sebagai nelayan merupakan profesi yang diwariskan turun temurun. Sebagai nelayan tradisional, alat tangkap dan sarana penangkapan relatif sederhana. Ekosistem lamun merupakan sumber penghasilan utama bagi nelayan berupa hasil tangkapan yang dijual, diolah dan atau dikonsumsi. Ikan, rajungan, sotong dan kerang-kerangan segar langsung dijual kepada tauke setempat, dan diteruskan penjualannya ke Tanjung Pinang. Hasil olahan berupa kerupuk, kerupuk atom, otak-otak dan bakso cenderung dipasarkan sebagai konsumsi desa. Bagi nelayan tradisional, musim dan sarana pendukung tidak menjadi hambatan untuk melakukan aktifitas penangkapan. Hasil analisis konektivitas SSE di ekosistem lamun menunjukkan bahwa dominasi nelayan tradisional dengan ekosistem lamun sangat kuat atau ketergantungan/konektivitas nelayan tradisional dengan ekosistem lamun sangat kuat. Nilai HANPP pada musim Timur adalah 8.11 x 1010g (74.67%) dan musim Utara 7.31 x 1010g (83.25%). Aktifitas penangkapan tetap dilakukan baik pada musim Timur atau Utara, terlihat dari nilai efisiensi masing-masing sebesar 77% dan 79.39%. Analisis emergi menunjukkan bahwa upaya penangkapan oleh nelayan tradisional sangat besar akan tetapi tidak memperoleh hasil yang maksimal (EYR = 9.93 x 10-06/ musim Timur; 6.52 x 10-06/musim Utara), nelayan tradisional memerlukan investasi ekonomi yang besar untuk mengeksploitasi sumber daya di ekosistem lamun (EIR = 0.898/musim Timur; 0.987/musim Utara) dan beban lingkungan akibat proses penangkapan di ekosistem lamun relatif besar (ELR = 2.56/musim Timur; 2.420/musim Utara. Nilai ESI adalah 3.88 x 10-06 pada musim Timur dan 2.7 x 10-06 pada musim Utara yang berarti bahwa sistem SSE ekosistem lamun tidak berkelanjutan. Opsi pengelolaan yang dapat dilakukan adalah dan diversifikasi sarana penangkapan serta buka-tutup kawasan, memberikan mata pencaharian alternatif, perbaikan mutu produk dan peluang pasar dan revitalisasi kawasan konservasi lamun.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcFisheriesid
dc.subject.ddcMarine plantsid
dc.subject.ddc2015id
dc.subject.ddcBintan-Kalimantanid
dc.titleStudi Konektivitas Sistem Sosial-Ekologis Ekosistem Lamun Di Kabupaten Bintanid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordkonektivitas SSEid
dc.subject.keywordekosistem lamunid
dc.subject.keywordkeberlanjutanid
dc.subject.keywordKabupaten Bintanid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record