Show simple item record

dc.contributor.advisorSugema, Iman
dc.contributor.advisorPloeckl, Florian
dc.contributor.authorPramitasari, Rizki
dc.date.accessioned2016-12-28T03:13:10Z
dc.date.available2016-12-28T03:13:10Z
dc.date.issued2016
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/82322
dc.description.abstractDalam beberapa tahun terakhir, sinkronisasi siklus bisnis telah menimbulkan kekhawatiran di antara para pembuat kebijakan global. Penelitian ini sangat penting dalam memutuskan apakah kerjasama regional menciptakan serikat mata uang atau tidak. Manfaat dalam membuat area mata uang optimum akan maksimal ketika siklus bisnis dari negara-negara anggota kelompok memiliki kemiripan karakteristik. Hal ini diyakini bahwa faktor utama yang mempengaruhi harmonisasi siklus bisnis adalah integrasi perdagangan. Saluran ini secara langsung dapat mempengaruhi siklus ekonomi melalui perdagangan intra industri dan intensitas perdagangan. Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki tujuan untuk memperluas kerjasama dengan beberapa mitra dagang, yaitu ASEAN+6. Teori menunjukkan dua kesimpulan yang berbeda tentang pengaruh integrasi perdagangan pada sinkronisasi siklus ekonomi. Peningkatan perdagangan dengan negara-negara lain dapat menyebabkan siklus bisnis mereka bergerak di divergen atau konvergen. Hal ini tergantung pada dominasi perdagangan antar-industri dan perdagangan intra industri karena integrasi perdagangan dapat dihitung dari perdagangan intra industri ataupun intensitas perdagangan. Perdagangan antar-industri mengarah untuk mengurangi korelasi siklus ekonomi antara mitra dagang. Integrasi perdagangan dapat diestimasi dengan perhitungan perdagangan intra industri dan indeks intensitas perdagangan. Perdagangan intra industri diukur dengan indeks Grubel-Lloyd (indeks GL), berdasarkan SITC (Standard International Trade Classification) yang dibuat oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan digunakan untuk mengklasifikasikan ekspor dan impor suatu negara yang dapat dibandingkan di tahun yang berbeda. Sedangkan, intensitas perdagangan adalah seberapa intens negara dalam menjalin perdagangan bilateral. Pendekatan ini dapat diukur menggunakan data ekspor bilateral, data impor bilateral dan gabungan keduanya. Beberapa studi menunjukkan bahwa implikasi dari peningkatan perdagangan dengan beberapa negara lainnya akan menyebabkan kenaikan pertumbuhan pendapatan yang membawa sinkronisasi dalam siklus bisnis antar negara tersebut. Siklus bisnis atau juga dikenal sebagai siklus ekonomi diyakini akan bergerak sepanjang waktu sebagai dampak dari globalisasi. Pengaruh dari mitra dagang negara lain telah menjadi faktor penting untuk menentukan fluktuasi siklus bisnis karena hubungan perdagangan yang lebih intensif antara negara akan mempercepat ekspor dan impor. Akibatnya, siklus bisnis berfluktuasi dan ini terjadi karena peningkatan pendapatan negara. Hal ini berdampak pada permintaan barang dari luar negeri yang juga meningkat. Integrasi ekonomi ASEAN merupakan bentuk kerja sama ekonomi dengan negara-negara di Asia Tenggara. ASEAN secara resmi diberlakukan oleh ASEAN-6 negara (Indonesia, Filipina, Thailand, Singapura, Brunei, dan Malaysia) pada 1 Januari 2003 dan yang terakhir, ASEAN-4 negara (Vietnam mulai berlaku pada tahun 2006, Laos dan Myanmar pada tahun 2008. Saat ini, kerja sama ini lebih besar dan anggota yang ditambahkan ke dalam ASEAN+6 yang diharapkan memiliki dampak positif yang besar dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki adanya hubungan antara integrasi perdagangan dan siklus bisnis antara Indonesia dan ASEAN+6 selama periode 1990-2013 dengan menggunakan model panel fixed effect. Hasil penelitian menunjukkan bahwa integrasi perdagangan Indonesia dan ASEAN+6 masih lemah. Perdagangan intra industri menyebabkan dampak negatif dari sinkronisasi siklus bisnis antara Indonesia dan ASEAN+6. Selain itu, penelitian ini menemukan bukti pengaruh yang tidak signifikan dari intensitas perdagangan antara Indonesia dan ASEAN+6 dengan sinkronisasi siklus bisnis. Hasil ini, dengan demikian, menunjukkan bahwa peningkatan daya saing intra industri yang lebih efektif dan efisien, sangat diperlukan untuk memberikan dampak positif dari sinkronisasi siklus bisnis antara Indonesia dan ASEAN+6. Akhirnya, pertimbangan ini bisa menciptakan konvergensi siklus ekonomi antara negara-negara anggota Indonesia dan ASEAN+6.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultral University (IPB)id
dc.subject.ddcEconomicsid
dc.subject.ddcInternational tradeid
dc.subject.ddc2016id
dc.subject.ddcBogor-Jawa Baratid
dc.titleIntegrasi Perdagangan Dan Sinkronisasi Siklus Bisnis Antara Indonesia Dan Asean+6id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordsiklus bisnisid
dc.subject.keywordintegrasi perdaganganid
dc.subject.keywordperdagangan intra industriid
dc.subject.keywordintensitas perdaganganid
dc.subject.keywordpanel fixed effect modelid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record