Dampak Konversi Hutan Menjadi Perkebunan Pada Kualitas Fine, Coarse Root Dan Bahan Organik Tanah Di Hutan Tropis Dataran Rendah Jambi
View/ Open
Date
2016Author
Pransiska, Yuna
Triadiati
Tjitrosoedirjo, Soekisman
Metadata
Show full item recordAbstract
Akhir-akhir ini, laju deforestasi yang terjadi di Sumatera masih tinggi.
Hutan Harapan Jambi merupakan kawasan yang mengalami konversi dalam skala
yang cukup besar di wilayah Sumatera. Transformasi hutan menjadi sistem
perkebunan telah berdampak negatif pada komponen ekosistem seperti penurunan
produktivitas fine root dan coarse root. Saat ini, sebagian besar studi hanya fokus
pada pengaruh penggunaan lahan terhadap produktivitas fine root, sedangkan data
mengenai biomassa dan kandungan hara pada coarse root masih sedikit. Fine root
dan coarse root berkontribusi sekitar 30-50% pada produksi primer bersih
tahunan, yang berpengaruh signifikan pada siklus karbon global. Meskipun fine
root memiliki kandungan hara lebih tinggi dibanding coarse root, namun
biomassa yang tinggi pada coarse root menjadikan coarse root sebagai komponen
yang lebih berperan dalam menyimpan hara di areal hutan. Kandungan hara yang
terdapat pada coarse root dapat menjadi sumber hara pada bahan organik bila
jaringannya mati. Akar mati menyumbang karbon dan nitrogen serta unsur hara
penting ke dalam tanah, dan keberadaanya dapat dipertahankan dalam tanah
dalam waktu yang cukup lama. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengukur
biomassa, simpanan karbon dan nitrogen coarse root serta mengetahui
hubungannya dengan biomassa aboveground, (2) biomassa dan nekromassa fine
root dan morfologi fine root, serta (3) mengukur fraksi aktif bahan organik tanah
pada hutan alam, hutan karet, perkebunan karet, dan perkebunan kelapa sawit di
wilayah Hutan Harapan, Jambi.
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni 2014 - Januari 2015.
Sampel akar diperoleh dengan metode destruktif dengan kedalaman tanah hinggga
150 cm pada empat tipe penggunaan lahan yakni hutan alam, hutan karet,
perkebunan karet dan perkebunan kelapa sawit. Analisis karbon dilakukan dengan
metode Walkley and Black, sedangkan total nitrogen dianalisis dengan metode
Kjeldahl. Data morfologi fine root diperoleh dengan menggunakan analisis
WinRhizo. Kemudian data morfologi dan data biomassa fine root digunakan
untuk menghitung densitas jaringan akar (RTD), kelimpahan ujung akar, dan
specific root area (SRA). Pendugaan biomassa aboveground dilakukan dengan
menggunakan persamaan allometrik. Bahan organik tanah dianalisis dengan
metode fraksionasi.
Total biomassa akar menurun seiring dengan meningkatnya intensitas
penggunaan lahan, demikian juga biomassa aboveground. Biomassa aboveground
memiliki korelasi positif dengan kandungan karbon maupun nitrogen pada coarse
root. Perkebunan monokultur (karet dan kelapa sawit) memiliki kandungan hara
pada coarse root lebih rendah dibandingkan hutan alam dan hutan karet.
Distribusi vertikal fine root memperlihatkan penurunan yang cukup tajam di hutan
alam dan hutan karet dibandingkan perkebunan karet dan kelapa sawit. Morfologi
fine root hutan karet memperlihatkan nilai SRA dan kelimpahan ujung akar yang
tinggi. Perkebunan karet memiliki total bahan organik yang rendah. Hasil
penelitian ini secara keseluruhan menunjukkan bahwa transformasi hutan alam
menjadi sistem agroforestri dan perkebunan monokultur mengakibatkan
penurunan biomassa dan kandungan hara pada coarse root serta penurunan total
bahan organik tanah.
Kata kunci: biomassa belowground, biomassa aboveground, bahan organik tanah,
morfologi fine root, tipe penggunaan lahan