Keragaman Genetik Bawang Merah (Allium Cepa L.) Berdasarkan Marka Morfologi Dan Issr
Abstract
Bawang merah (Allium cepa L.) merupakan salah satu spesies dari marga
Allium dengan karakteristik morfologi umbi berlapis, memiliki aroma dan rasa
yang unik. Bawang merah sangat populer dalam dunia kuliner yaitu sebagai
bumbu masakan, saat ini bawang merah sedang dikembangkan sebagai obat
tradisional. Pengembangan varietas bawang merah membutuhkan variasi genetik
dari plasma nutfah bawang merah. Namun, informasi tentang keragaman genetik
bawang merah lokal Indonesia masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis keragaman genetik dari 34 genotipe bawang merah koleksi Pusat
Kajian Hortikultura Tropika Institut Pertanian Bogor (PKHT-IPB) berdasarkan
marka morfologi dan ISSR. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
informasi dasar dalam pengelolaan sumber daya genetik dan pemuliaan bibit
unggul bawang merah di Indonesia.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai dengan
September 2015. Sebanyak 34 genotipe bawang merah yang berupa umbi
dikoleksi dari beberapa daerah di Indonesia. Sejumlah 24 karakter morfologi dan
agronomi diamati dalam penelitian ini. Marka Inter Simple Sequences Repeat
(ISSR) juga digunakan untuk menganalisis keragaman genetik bawang merah.
DNA total diisolasi menggunakan metode CTAB. Amplifikasi PCR menggunakan
GoTaq® Green PCR Mix dengan 13 primer ISSR. Hasil PCR dielektroforesis
dalam gel agarosa 1.2%, divisualilasikan dengan sinar ultraviolet dan
didokumentasikan menggunakan kamera digital. Karakter morfologi diskoring
menjadi data multistate dan pita polimorfik diskoring menjadi data biner. Hasil
skoring data morfologi dan molekuler ditabulasi dalam matriks, kemudian
dianalisis menggunakan program NTSys. Dendrogram dikonstruksi menggunakan
metode UPGMA dengan koefisien kemiripan simple matching (SM). Principal
component analysis (PCA) dikonstruksi menggunakan metode SIMINT dengan
koefisien correlation. Analisis struktur genetika populasi menggunakan program
GenAlex.
Pengamatan morfologi menghasilkan 19 karakter polimorfik dari 24
karakter yang diamati. Karakter informatif untuk menganalisis keragaman
morfologi bawang merah antara lain: tingkat kepatahan daun, jumlah siung umbi
dan morfologi pada umbi. Bobot basah umbi tertinggi dimiliki oleh varietas
Bangkok (57.56 g/rumpun) dan terendah dimiliki oleh varietas Kuning (2.33
g/rumpun). Hampir semua genotipe bawang merah yang diamati pada penelitian
ini termasuk dalam kategori mutu I yang disenangi oleh konsumen dan petani.
Rata-rata diameter umbi yang diamati lebih dari 1.7 cm (mutu I), yaitu berkisar
antara 1.51 cm (genotipe Solo 7) sampai 7.54 cm (varietas Bangkok).
Dendrogram menunjukkan bahwa 34 genotipe bawang merah terbagi menjadi dua
kelompok utama (kelompok I dan II) dengan koefisien kemiripan berkisar antara
0.68 sampai 0.95.
Marka ISSR menghasilkan 103 pita DNA polimorfik dengan persentase
polimorfik total sebesar 89.57%. Dendrogram menunjukkan bahwa 34 genotipe
bawang merah berkelompok menjadi dua kelompok (kelompok I dan II) dengan
nilai koefisien kemiripan genetik berkisar antara 0.62 sampai 0.89. Primer
informatif untuk menganalisis keragaman genetik bawang merah antara lain:
primer ISSRred 4, ISSRred 9 dan ISSRred 20.
Keseluruhan genotipe, baik berdasarkan marka morfologi maupun marka
ISSR menghasilkan dua kelompok utama, namun pengelompokkan tidak
berhubungan dengan asal geografi genotipe tersebut. Pengelompokan diduga
karena proses budidaya dalam waktu yang lama dan juga dipengaruhi oleh
distribusi perdagangan bawang merah. Berdasarkan nilai struktur genetika
populasi dari populasi bawang merah yang diamati, populasi asal Solo memiliki
keragaman genetik tertinggi (I= 0.44, h= 0.31 dan PLP= 77.39%) dan populasi
asal Solok memiliki keragaman genetik terendah (I= 0.37, h= 0.24 dan PLP=
67.83%).
Genotipe bawang merah yang dikategorikan unggul diantaranya genotipe
dengan diameter umbi terbesar yaitu varietas Bangkok (7.54 cm) dan Sembrani
(4.99 cm). Selain itu genotipe yang memiliki jumlah siung umbi terbanyak yaitu
genotipe asal Pekanbaru (27 siung/rumpun) dan Nganjuk (20 siung/rumpun).
Varietas Bangkok dan Sembrani dapat disilangkan dengan genotipe asal
Pekanbaru dan Nganjuk karena memiliki jarak genetik cukup jauh. Genotipe
tersebut dapat dijadikan sebagai genotipe tetua yang potensial dalam merakit
varietas unggul bawang merah Indonesia.
