Identifikasi Fire Spot Berdasarkan Pola Sekuens Titik Panas Dan Klasifikasi Area Terbakar Di Lahan Gambut
View/ Open
Date
2016Author
Istiqomah, Nalar
Sitanggang, Imas Sukaesih
Syaufina, Lailan
Metadata
Show full item recordAbstract
Indonesia mempunyai lahan gambut terluas diantara negara tropika. Lahan
gambut ini memiliki peranan penting yang menunjang kehidupan makhluk hidup.
Sayangnya, dewasa ini banyak terjadi kebakaran di lahan gambut yang dapat
mengakibatkan dampak buruk bagi lingkungan.
Hingga saat ini, kebakaran hutan ditandai dengan kemunculan titik panas.
Menurut pakar dan praktisi kebakaran hutan, titik panas yang muncul berurutan dua
hingga tiga hari di lokasi yang sama memiliki potensi yang tinggi menjadi
kebakaran hutan. Oleh karena itu sequential pattern mining dapat diterapkan untuk
mendapatkan pola sekuens titik panas. Namun, kemunculan titik panas tidak selalu
menunjukkan terjadinya kebakaran hutan. Sehingga harus dilakukan pengecekan
titik panas ke lapangan untuk mengetahui apakah titik panas tersebut merupakan
kebakaran hutan atau bukan. Hal ini memerlukan waktu dan biaya yang tidak
sedikit terutama untuk daerah yang sulit dijangkau. Oleh karena itu, diperlukan
metode validasi pola sekuens kemunculan titik panas yang lebih mudah dan efisien.
Metode yang dapat digunakan antara lain dengan mengklasifikasikan data citra
satelit. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan pola sekuens kemunculan
titik panas menggunakan algortime PrefixSpan, menerapkan aturan pohon
keputusan C5.0 dan Spatial Decision Tree (SDT) dari penelitian Thariqa et.al
(2016), menerapkan metode maximum likelihood pada data citra satelit untuk
mengklasifikasikan area terbakar serta mengidentifikasi fire spot berdasarkan pola
sekuens titik panas dan hasil klasifikasi area terbakar.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa data titik panas dari Kementrian
Lingkungan Hidup (KLH) tidak menghasilkan pola yang menarik, karena
panjangnya hanya 1 item, sedangkan data titik panas dari NASA menghasilkan pola
yang menarik karena panjangnya hingga 3 item. Sehingga pola sekuens yang
dianalisis lebih lanjut adalah yang berasal dari NASA. Pola sekuens tahun 2014
yang dihasilkan, banyak terdapat di Kalimantan Timur dengan panjang item 2
sebanyak 21 sekuens dan panjang item 3 sebanyak 2 sekuens. Adapun pola sekuens
pada tahun 2015, banyak terdapat di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Di
Kalimantan Barat, terdapat 14 sekuens yang panjangnya 2 item sedangkan di
Kalimantan Tengah terdapat 10 sekuens yang panjangnya 2 item dan 1 sekuens
yang panjangnya 3 item. Adapun hasil klasifikasi citra yang paling baik dihasilkan
oleh metode maximum likelihood. Berdasarkan klasifikasi area terbakar, diketahui
bahwa untuk Pulang Pisau, terdapat 42.78% pola sekuens yang terdapat di area
terbakar dan 72.68% pola sekuens yang berada di area buffer dengan radius 1 km.
Adapun untuk Palangkaraya, terdapat 78.57% pola sekuens yang terdapat di area
terbakar 100% pola sekuens yang berada di area buffer dengan radius 1 km. Serta
di Pontianak, 100% pola sekuens terdapat di daerah terbakar serta buffernya. Dari
pemaparan tersebut, dapat dikatakan bahwa di Pulang Pisau, Palangkaraya dan
Pontianak terdapat 72.68%, 100% dan 100% pola sekuens yang menjadi fire spot.