Keanekaragaman Dan Tempat Bersarang Lebah Tak Bersengat (Hymenoptera: Apidae) Di Sulawesi Tengah.
View/ Open
Date
2016Author
Suriawanto, Nelky
Atmowidi, Tri
Kahono, Sih
Metadata
Show full item recordAbstract
Lebah tak bersengat termasuk dalam famili Apidae dan subfamili Apinae. Lebah ini merupakan salah satu kelompok serangga eusosial yang hidup bersama di dalam sarang. Dalam koloni lebah ini terdiri dari seekor lebah ratu, puluhan jantan, dan ribuan lebah pekerja yang dapat mengembangkan komunikasi kompleks dan mempertahankan sistem kasta. Lebah ini memiliki keanekaragaman yang bervariasi antar pulau dan tipe lingkungan, misalnya hutan dan permukiman. Pemukiman merupakan salah satu habitat lebah tak bersengat yang memiliki kekhasan lingkungan.
Salah satu tipe lingkungan sebagai habitat bersarang lebah tak bersengat adalah permukiman dan sarangnya dapat dijumpai di hampir semua bagian rumah seperti dinding rumah, rongga atap dan rongga pintu. Penelitian keanekaragaman lebah tak bersengat di lingkungan pedesaan di Sulawesi yang dikaitkan dengan tempat bersarangnya dan kepadatan sarangnya belum pernah dilaporkan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari keanekaragaman, sebaran, tempat bersarang, dan kepadatan sarang lebah tak bersengat di Sulawesi Tengah.
Pulau Sulawesi yang terletak di sebelah timur garis Wallacea memiliki keunikan dalam proses terbentuknya daratan dibandingkan pulau-pulau lainnya, sehingga dikenal memiliki keunikan dan endemisitas flora dan fauna yang tinggi. Penelitian ini dilakukan di daerah permukiman desa Watumaeta, kecamatan Lore Utara, kabupaten Poso dengan ketinggian 1200 meter di atas permukaan laut (mdpl), desa Pakuli, kecamatan Gumbasa, kabupaten Sigi (130 mdpl), dan desa Purwosari, kecamtan Torue, kabupaten Parigi Moutong Sulawesi Tengah (10 mdpl). Pengamatan dilakukan pada bulan Juli 2015 – Januari 2016 menggunakan metode jelajah. Keanekaragaman lebah tak bersengat dihitung berdasarkan jumlah spesies dan sarang, sebaran sarang dipetakan menggunakan software ArcGis 10.1. Karakter pintu masuk sarang yang diamati adalah diameter, panjang, dan ketinggian dari permukaan tanah, warna pintu masuk sarang, dan teksturnya. Identifikasi spesimen lebah berdasarkan karakter morfologi dan morfometri pada lebah pekerja.
Sebanyak 170 sarang lebah tak bersengat ditemukan dalam penelitian ini yang termasuk dalam 4 spesies, yaitu Tetragonula fuscobalteata, T. biroi, T. sapiens, dan T. laeviceps. Pada penelitian ini, T. sapiens dan T. biroi merupakan catatan baru (new record) di Pulau Sulawesi. Di desa Watumaeta ditemukan 3 sarang yang terdiri dari T. laeviceps (1 sarang) dan T. biroi (2 sarang), di desa Pakuli ditemukan 93 sarang yang terdiri dari T. fuscobalteata (88 sarang) dan T. sapiens (5 sarang), dan di desa Purwosari ditemukan 74 sarang terdiri dari T. fuscobalteata (68 sarang) dan T. biroi (6 sarang). Jumlah sarang terbanyak yang ditemukan pada spesies T. fuscobalteata (155 sarang) yang ditemukan di dinding kayu (74 sarang), rongga batu pondasi (40 sarang), dinding batako (31 sarang), bambu (6 sarang), rongga besi (4 sarang), dan batang pohon (1 sarang), diikuti oleh T. biroi (7 sarang) yang ditemukan di dinding kayu (3 sarang), rongga batu pondasi (2 sarang), dinding batako (2 sarang), dan batang pohon (1 sarang), T.
5
sapiens (5 sarang) seluruhnya ditemukan di rongga batu pondasi, dan T. laeviceps (1 sarang) yang ditemukan di dinding kayu.
Diameter pintu masuk terlebar adalah pada T. sapiens (2.18 cm), diikuti T. biroi (1.86 cm), dan T. fuscobalteata (1.24 cm). Pintu masuk terpanjang terjadi pada T. fuscobalteta (3.70 cm), diikuti T. biroi (2.23), dan T. sapiens (1.88 cm). Diameter dan panjang pintu masuk sarang T. laeviceps tidak teramati. Pintu masuk sarang dari permukaan tanah yang tertinggi adalah T. laeviceps (321 cm), diikuti oleh T. fuscobalteata (116.90 cm), T. biroi (56.64 cm), dan T. sapiens (1.88 cm). Karateristik pintu masuk sarang pada setiap spesies Tetragonula bervariasi. Pintu masuk sarang T. fuscobalteata berbentuk corong, berwarna coklat dan coklat terang dengan tekstur lembek. Pintu masuk sarang T. biroi berbentuk corong, berwarna coklat terang dan hitam dengan tekstur lembek, pada T. sapiens berbentuk corong, berwarna hitam, tekstur lembek, sedangkan pada T. laevieps berwarna coklat dan tekstur keras. Tempat bersarang dari lebah tak bersengat ditemukan di rongga dinding batako, rongga dinding kayu, rongga batu pondasi, rongga bambu, rongga besi, dan batang pohon.
Lebah pekerja T. fuscobalteata memiliki panjang tubuh 3.47 – 3.54 mm dan warna coklat kehitaman. Lebah T. biroi memiliki panjang tubuh 4.00 - 4.17 mm, warna hitam, abdomen berwarna coklat pudar. Lebah T. sapiens memiliki panjang tubuh 3.69 - 3.80 mm, warna hitam, metasoma coklat, tergum pertama dan kedua coklat gelap, sedangkan tergum ujung hitam. Lebah T. laeviceps memiliki panjang tubuh 3.40 - 3.43 mm, warna tubuh lebah pekerja hitam, metasoma berwarna coklat, tergum pertama dan kedua berwarna pucat, sementara tergum keempat dan kelima gelap.
Lebah T. fuscobalteata dan T. sapiens ditemukan di dataran rendah dengan ketinggian 10 mdpl dan 130 mdpl. Lebah T. biroi ditemukan di dataran rendah dan tinggi (10 mdpl dan 1200 mdpl), dan T. laeviceps ditemukan di dataran tinggi (1200 mdpl). Empat spesies Tetragonula di Sulawesi hasil penelitian ini mempunyai morfologi yang mirip dengan spesimen spesies yang sama dari daerah lainnya. Morfometri dari empat spesies memiliki variasi ukuran tubuh dibandingkan dengan spesies yang sama yang telah dilaporkan di daerah lain.