dc.description.abstract | Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak atsiri yang
cukup penting di dunia dengan menempati posisi ke 6 (enam), pentingnya
komoditi minyak atsiri berperan dalam meningkatkan pendapatan masyarakat,
baik ditingkat petani dan pelaku Industri Kecil Menengah (IKM) di Indonesia.
Disamping itu industri minyak atsiri mengalami peningkatan dalam segi
permintaan produk, baik dalam maupun luar negeri. Akan tetapi belum banyak
industri minyak atsiri di Indonesia yang mampu menjawabnya dan mencukupi
kebutuhan atas minyak atsiri yang dibutuhkan oleh industri. Oleh karena itu peran
pemerintah sangat dibutuhkan dalam pengembangan industri minyak atsiri ini.
Peran pemerintah cukup besar akan industri minyak atsiri dengan adanya
Peraturan Menteri Perindustrian RI No. 136/M-IND/PER/10/2009 tentang peta
panduan (road map) pengembangan klaster industri minyak atsiri. Dalam
peraturan pemerintah tersebut, strategi dan kebijakan pemerintah dalam
pengembangan industri minyak atsiri dituangkan dalam visi besarnya, yaitu
Indonesia sebagai pusat keunggulan atsiri dunia pada tahun 2025 yang diharapkan
menjadi 5 (Lima) besar dunia. PT XYZ merupakan salah satu tenant binaan Balai
Inkubator Teknologi - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BIT-BPPT)
yang bergerak dalam industri minyak atsiri, saat ini, fokus produksi dari PT XYZ
baru pada turunan minyak atsiri dari minyak cengkeh berupa eugenol USP
(United States Pharmacopeia) dan eugenol asetat. PT XYZ memiliki
permasalahan dalam menjalankan usahanya, khususnya pengelolaan manajemen
perusahaan dalam hal jumlah dan mutu SDM, keterbatasan peralatan produksi
sampai dengan pemasaran produk yang masih bersifat monoton.
Tujuan penelitian adalah: (1) Menganalisis faktor-faktor permasalahan
yang terdapat pada PT XYZ beserta pemecahannya; (2) Menganalisis kelayakan
usaha PT XYZ; (3) Menyusun alternatif strategi pengembangan usaha PT XYZ.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) analisis kondisi umum
secara deskriptif, baik kuantitatif maupun kualitatif yang bersifat studi kasus
untuk menjabarkan dan menggambarkan permasalahan yang diteliti,
mengidentifikasi permasalahan yang ada dan mencari solusi sesuai
pemecahannya; (2) Analisis kelayakan usaha menggunakan metode Payback
Period (PBP), Net Present Value (NPV), B/C Ratio, Internal Rate of Return (IRR)
dan Break Even Point (BEP); (3) Analisis strategi pengembangan usaha
menggunakan matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor
Evaluation (EFE), matriks Internal-External (IE) , matriks Strengths Weaknesses
Opportunities Threats (SWOT) dan Analytical Hierarchy Process (AHP).
Dari serangkaian proses dengan metode yang diterapkan, dapat
disimpulkan bahwa analisis kelayakan usaha industri minyak atsiri pada PT XYZ
layak dijalankan, diketahui dari hasil perhitungan, nilai PBP 2 tahun 8 bulan 10
hari; NPV Rp. 1.337.524.338,-; IRR 26,64%; B/C Ratio 1,36 dan BEP pada nilai
penjualan Rp. 4.336.389.801,-, BEP pada produksi Eugenol USP 12.658 Kg, BEP
pada produksi Eugenol Asetat 3.348 Kg.
Total nilai pada matriks IFE 2,484 dan total nilai pada matriks EFE 2,649
kemudian setelah dipetakan pada matriks IE, posisi perusahaan saat ini berada
pada kuadran kelima, yang berarti strategi yang diterapkan perusahaan adalah
strategi Pertumbuhan/Stabilitas. Faktor internal dan eksternal perusahaan
dianalisis dengan matriks SWOT dan alternatif stratgi yang didapatkan,
diprioritaskan dengan teknik AHP, sehingga prioritas strategi utama yang
dianjurkan yaitu menjalin kemitraan dengan pemerintah dalam pelatihan SDM
dan pemasaran dengan nilai 0,3604. | id |