Distribusi Jenis Tumbuhan Invasif Dan Rekomendasi Pengelolaannya Di Bukit Duabelas, Jambi, Sumatra
View/ Open
Date
2016Author
Wahyuni, Indah
Sulistijorini
Tjitrosoedirdjo, Soekisman
Metadata
Show full item recordAbstract
Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD) tergolong ke dalam tipe ekosistem hutan hujan dataran rendah. Wilayah di sekitar batas kawasan TNBD telah mengalami konversi fungsi lahan menjadi hutan agroforestri karet, perkebunan karet, dan kelapa sawit. Dampak penyebaran tumbuhan invasif telah dilaporkan dapat mengubah kekayaan, diversitas, dan komposisi jenis di suatu habitat (Alvarez & Cushman 2002). Penelitian ini bertujuan membuat daftar jenis tumbuhan invasif di Bukit Duabelas dan sekitarnya; mengetahui distribusi jenis tumbuhan invasif pada empat tipe ekosistem yang berbeda (hutan karet, kebun karet, dan kelapa sawit); dan membuat prioritas pengelolaan jenis tumbuhan invasif.
Survey vegetasi dilakukan di plot permanen 50 m × 50 m proyek EFForTS (Ecological and Socioeconomic Functions of Tropical Lowland Rainforest Transformation Systems). Survey vegetasi ini dilakukan di empat tipe ekosistem dengan dua kali ulangan pada setiap ekosistem (total delapan plot). Eksplorasi dan pengambilan sampel jenis tumbuhan invasif juga dilakukan di dalam plot dan di sepanjang tepi jalan sekitar area yang mewakili setiap tipe ekosistem. Pola distribusi jenis tumbuhan invasif pada setiap plot dikaji dengan membuat diagram profil vegetasi secara horizontal. Selain itu, analisis resiko jenis tumbuhan invasif dengan sistem skor dilakukan berdasarkan protokol pengelolaan resiko jenis tumbuhan invasif (Tjitrosoedirdjo et.al. 2013).
Sebanyak 76 jenis tumbuhan invasif meliputi 64 marga dan 30 suku telah ditemukan di Bukit Duabelas dan sekitarnya. Poaceae (15 jenis) merupakan suku dengan jumlah jenis terbanyak, diikuti oleh Asteraceae (11 jenis), dan Euphorbiaceae (5 jenis). Kebun karet dan kelapa sawit memiliki jumlah jenis lebih banyak dibandingkan dengan hutan karet. Pada penelitian ini, distribusi jenis tumbuhan invasif sangat dipengaruhi cahaya dan suhu udara. Penyebaran jenis tumbuhan invasif cenderung tinggi di habitat terbuka seperti kebun karet dan kelapa sawit dibandingkan di habitat ternaungi seperti hutan karet dan hutan TNBD. Bahkan tidak ditemukan jenis tumbuhan invasif di hutan. Kondisi hutan dengan penutupan kanopi tinggi mungkin tidak sesuai bagi mapannya tumbuhan invasif karena rendahnya cahaya yang masuk dan suhu udara di bawah pohon menjadi rendah.
Dicranopteris linearis dan Clidemia hirta ditemukan mendominasi di tiga ekosistem dengan tingkat resiko tinggi. D.linearis banyak ditemukan mengelompok di habitat terbuka. Sedangkan C. hirta merupakan jenis tidak tahan naungan yang menyebar secara acak. Penyebaran kedua jenis tumbuhan ini harus di cegah karena ancaman invasinya yang tinggi di TNBD. Penyebaran jenis tumbuhan invasif dipacu apabila terjadi kerusakan hutan seperti adanya penebangan liar dan alih fungsi lahan. Oleh karena itu integritas hutan harus dijaga, penebangan liar harus dicegah, dan reforestasi wilayah taman nasional yang rusak sangat direkomendasikan untuk mencegah masuk dan mapannya jenis tumbuhan invasif ke ekosistem hutan.