Show simple item record

dc.contributor.advisorHubeis, H Musa
dc.contributor.advisorZakaria, Fransiska R.
dc.contributor.authorDewi, Wiwi Kania
dc.date.accessioned2016-08-11T03:40:03Z
dc.date.available2016-08-11T03:40:03Z
dc.date.issued2016
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/81323
dc.description.abstractIndonesia merupakan salah satu negara dengan angka gagal ginjal yang cukup tinggi, menurut Perkumpulan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) dalam th Report of Indonesian Renal Registry, pada tahun 2012 terdapat 16.040 penderita gagal ginjal. Namun dilaporkan juga hanya 9.161 pasien yang aktif dalam kegiatan hemodialisa pada tahun 2012. Di Jakarta, menurut sumber PERNEFRI terdapat 1.192 pasien hemodialisa dengan berbagai diagnosa penyakit utama. Tingginya angka gagal ginjal di Indonesia, diperlukan unit-unit renal yang dapat mencakup dan mewakili aktifitas terapi itu sendiri. Dari data yang terkumpul sampai akhir Desember 2012 oleh PERNEFRI dalam th Report of Indonesian Renal Registry, menunjukkan adanya kenaikan jumlah renal unit yang ikut berpartisipasi dalam program registrasi ginjal Indonesia ini, terlihat ada 204 Renal unit yang mendaftar ke IRR, angka ini diambil berdasarkan jumlah renal unit yang mengirimkan data RU 01. Dari jumlah total 304 unit, diantaranya dengan bentuk unit 14 klinik dan 179 instalasi rumah sakit, kemudian dengan bentuk kepemilikan 91 oleh pemerintah, 85 oleh swasta, 12 oleh pertahanan dan keamanan (hankam) dan 7 lain-lain. Jenis fasiltas layanan yang di berikan oleh renal unit adalah layanan Hemodialisis (78%), Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis atau CAPD (3%), Transplantasi (16%), Continuous Renal Replacement Therapy atau CRRT (3%). Dengan jumlah unit renal 304 unit, fasilitas pendanaan pasien pada setiap renal unit terbagi menjadi lima (5), diantaranya didanai secara pribadi atau umum , sedangkan renal unit yang memberikan layanan bagi peserta Askes (19%), Jamkesmas/Gakin (22%), kontraktor (15%) dan lain-lain seperti militer/ asuransi swasta (12%). Dilihat dari sumber pendanaan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendanaan pribadi atau umum melebihi pendanaan peserta PT Askes (Persero) yang sekarang bertransformasi menjadi Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Pada tahun 2012, pelayanan dialysis menyerap 24% dari total biaya pelayanan kesehatan kataspropik Rp . Biaya ini mengalami kenaikan cukup nyata dari tahun sebelumnya, yaitu 35% dengan penambahan kasus 14%. Tujuan penelitian ini menganalisis strategi pengembangan unit usaha klinik hemodialisa skala usaha kecil menengah (UKM) berbasis BPJS kesehatan dan tujuan khususnya adalah (a) mengidentifikasi faktor internal dan eksternal potensi unit usaha klinik hemodialisa skala UKM berbasis BPJS Kesehatan; (b) menyusun strategi yang tepat dengan analisis SWOT dari unit usaha klinik hemodialisa skala UKM berbasis BPJS Kesehatan; dan (c) menganalisis kepuasan pasien yang menggunakan klinik hemodialisa skala UKM berbasis BPJS Kesehatan. Pengolahan dan analisis data menggunakan analisis : (a) analisis matriks EFE (External Factor Evaluation) dan IFE (Internal Factor Evaluation), matriks Internal External (IE); (b) matriks IE untuk melakukan pemetaan terhadap skor total matriks IFE dan EFE; (c) analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats) untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan; (d) Importance Performance Analysis (IPA) untuk menganalisis respon konsumen; dan (e) Customer Satisfaction Index (CSI) untuk menentukan tingkat kepuasan responden secara berdasarkan tingkat kepentingan dari atribut-atribut unit usaha klinik hemodialisa skala UKM Berdasarkan kombinasi dari nilai EFE dan IFE didapatkan matriks IE yang menunjukkan posisi Pertumbuhan/Stabil (kuadran V). Hal ini menggambarkan dan mengindikasikan posisi usaha klinik hemodialisa skala UKM stabil untuk merespon situasi pasar yang dihadapi. Kegiatan untuk peningkatan pemasaran dan pelayanan merupakan salah satu formulasi strategi yang dapat menjadi andalan utama bagi unit usaha klinik hemodialisa skala UKM. Dari analisis SWOT didapatkan strategi pengembangan, yaitu (a) permintaan semakin tinggi dan mutu hubungan antara Rumah Sakit dan BPJS akan mengahasilkan output layanan yang baik, mengingat tipe Rumah Sakit yang dapat merangkul semua kalangan, (b) meningkatkan daya saing Rumah Sakit untuk memberikan pelayanan yang lebih baik daripada Rumah Sakit sekitar penyedia hemodialisa skala UKM, (c) menarik investor untuk menginvestasikan dana untuk pelaksanaan klinik hemodialisa, (d) mutu yang diberikan RSIA Setya Bhakti akan menanggalkan anggapan negatif tentang Rumah Sakit tipe D, (e) membangkitkan kepercayaan masyarakat terhadap layanan dan Rumah Sakit akan meningkatkan dan mengadakan lebih banyak alat hemodialisa, serta mengadakan perawat yang bersertifikat dan (f) meningkatan mutu dengan mengadakan lebih banyak alat dianalisis dan mengadakan perawat yang bersertifikat dengan persaingan yang ada dengan Rumah Sakit sekitar penyedia hemodialisa. Dari kajian IPA terhadap atribut-atribut yang ditanyakan kepada pasien, ditemui bahwa kinerja unit usaha dinilai baik, dimana terdapat hampir setengah dari atribut yang dikaji berada pada kuadran kedua. Hal ini menunjukkan penilaian tingkat kepentingan terhadap atribut tersebut dianggap penting oleh pasien dan dalam pelaksanaannya dinilai sudah sangat baik. Skor CSI 0.920, menunjukkan tingkat indeks kepuasan pelanggan terletak pada 0, - , atau diartikan pelanggan merasa sangat puas terhadap unit usaha klinik hemodialisa skala UKM.id
dc.language.isoidid
dc.subject.ddcSmall-Scale industryid
dc.subject.ddc2014id
dc.subject.ddcDepok-Jawa Baratid
dc.titleKajian Pengembangan Unit Usaha Klinik Hemodialisa Skala Usaha Kecil Menengah Berbasis Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatanid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordhemodialisa skala UKMid
dc.subject.keywordformulasi strategiid
dc.subject.keywordkepuasan pelangganid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record