dc.description.abstract | Teh sebagai salah satu komoditas ekspor unggulan Indonesia dituntut untuk memenuhi persyaratan keamanan pangan dalam perdagangan internasional. Salah satu dari persyaratan tersebut adalah Batas Maksimum Residu (BMR) untuk pestisida. Batas ini bertujuan untuk melindungi kesehatan konsumen dari kandungan berlebih residu pestisida dalam pangan. Namun, BMR dapat menghambat perdagangan internasional karena semakin ketatnya batas maksimum yang ditetapkan dan pemberlakuan regulasi baru oleh negara-negara importir.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa pengaruh BMR terhadap ekspor teh Indonesia. Penelitian ini menggunakan data panel dari 28 negara importir dari tahun 2001 sampai dengan 2014 dan dua model gravity dengan tiga metode estimasi yaitu Ordinary Least Square (OLS), Fixed Effect (FE) dan Random Effect (RE).
Secara empiris, diperoleh hasil bahwa BMR yang semakin ketat berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ekspor teh Indonesia. Selain itu, hambatan tarif dan harga internasional juga berpengaruh signifikan terhadap ekspor teh Indonesia. Penelitian ini merekomendasikan Good Agricultural Practices (GAP) pada proses penanaman teh serta pengujian laboratorium secara periodik untuk menjaga kualitas teh Indonesia dan meningkatkan ekspor. | id |