dc.description.abstract | Tuna adalah salah satu komoditas utama yang diperdagangkan dalam
industri perikanan dunia. Pada perdagangan internasional, umumnya tuna
dipasarkan dalam bentuk kemasan kaleng. Seperti produk lain yang
diperdagangkan di pasar dunia, aliran perdagangan tuna kaleng berpotensi
terhambat oleh aturan perdagangan internasional. Hambatan yang ditemui dalam
perdagangan tuna meliputi: penetapan tarif, hambatan non-tarif dan perbedaan
standar yang dikenakan oleh negara-negara tujuan ekspor. Studi ini menganalisis
aliran perdagangan dan peran standar pada perdagangan tuna kaleng dari tiga
eksportir besar di Asia yaitu: Thailand, Filipina dan Indonesia. Data yang
digunakan berupa nilai perdagangan tuna kaleng antara Thailand, Filipina dan
Indonesia dengan 50 negara tujuan ekspor selama 14 tahun, yaitu dari tahun 2000
sampai dengan 2013. Ditemukan sebanyak 21 persen data tanpa perdagangan.
Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui aliran perdagangan dan
peran standar dalam perdagangan tuna kaleng dari Thailand, Filipina dan
Indonesia, yaitu model gravitasi melalui pendekatan metode kuadrat terkecil dan
Poisson Pseudo Maximum Likelihood (PPML), dengan menggunakan efek tetap.
Kedua pendekatan kemudian dibandingkan untuk diteliti lebih lanjut. Variabel
yang digunakan dalam model diantaranya produksi tuna kaleng, pendapatan
domestic bruto (PDB), jarak, nilai tukar, partisipasi dalam kesepakatan
perdagangan dan standar. Standar ditangkap dengan variabel dummy yang
dikategorikan berdasarkan keketatan penetapan standar dalam negara tujuan.
Terdapat tiga kategori standar, dimana: (1) jika negara menerapkan standar
nasional; (2) jika negara menerapkan standar yang lebih kompleks; dan (3) jika
negara tidak hanya menerapkan standar nasional tapi juga menyertakan sertifikasi
khusus sebagai suatu persyaratan untuk memasuki negara tersebut.
Berdasarkan besarnya koefisien, implikasi ekonomi dan kemampuan
penjelas dari model, hasil analisis model gravitasi menggunakan estimasi PPML
memberikan pendekatan yang lebih baik untuk mengetahui perubahan dalam
aliran perdagangan tuna kaleng. Hasil regresi menunjukkan faktor yang
mempengaruhi perdagangan ekspor tuna kaleng adalah produksi tuna kaleng,
PDB negara tujuan ekspor, nilai tukar dan partisipasi dalam perjanjian
perdagangan bebas. Produksi tuna kaleng, PDB negara tujuan ekspor dan
pasrtisipasi dalam kesepakatan perdagangan menunjukkan koefisien estimasi
positif. Semua variabel standar memiliki dampak negatif dan signifikan terhadap
ekspor tuna kaleng dari Thailand, Filipina dan Indonesia. Artinya, penerapan
standar keamanan pangan bertindak sebagai hambatan dalam perdagangan tuna
kaleng. Menghadapi semakin rumitnya standar pangan yang diterapkan
negara-negara importer, Thailand, Filipina dan Indonesia diharapkan dapat
meningkatkan standar nasional sehingga memudahkan dalam mengakses pasar. | id |