dc.description.abstract | Kacang panjang (Vigna sinensis (L.) Savi ex Hassk) adalah tanaman
hortikultura yang termasuk kedalam tanaman anggota famili Fabaceae. Produksi
kacang panjang di Indonesia terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
Kutudaun dan Bean common mosaic virus strain Black-eye Cowpea (BCMV-BlC)
merupakan salah satu faktor penyebab penurunan produksi kacang panjang.
BCMV sukar dikendalikan karena bersifat patogen tular benih dan dapat
ditularkan oleh kutudaun sebagai vektornya. Kutudaun Aphis craccivora Koch.
(Hemiptera: Aphididae) adalah spesies kutudaun yang dapat menjadi vektor
BCMV penyebab penyakit mosaik. BCMV ditularkan oleh A. craccivora secara
non persisten. Salah satu cara untuk mengendalikan BCMV dan vektornya adalah
dengan penggunaan kitosan. Kitosan merupakan salah satu bahan yang diketahui
dapat digunakan sebagai alternatif pengendalian. Kitosan dilaporkan dapat
menginduksi sistem ketahanan sistemik tanaman terhadap serangan hama dan
penyakit. Pada penelitian sebelumnya, kitosan komersial dengan konsentrasi 0.9%
dilaporkan mampu menekan infeksi BCMV yang ditularkan oleh A. craccivora
dengan mekanisme yang belum diketahui. Penelitian ini bertujuan menguji
pengaruh antixenosis, antibiosis, dan aktivitas insektisidal kitosan terhadap A.
craccivora serta mekanismenya dalam menekan penularan BCMV yang
ditularkan oleh A. craccivora.
Kitosan yang diuji adalah kitosan murni dengan konsentrasi 0.1%, 0.3%,
0.5%, 0.7%, 0.9% 1.1% dan kitosan komersial dengan konsentrasi 0.9% sebagai
pembanding. Kitosan diaplikasikan dengan cara penyemprotan pada daun.
Pengujian antixenosis kitosan terhadap kutudaun dilakukan dengan cara
menginfestasikan 50 ekor imago kutudaun yang tidak bersayap pada bagian
tengah tanaman kacang panjang berumur 2 MST yang telah disemprot
menggunakan kitosan dan disusun melingkar. Pengaruh antixenosis dievaluasi
melalui jumlah kolonisasi kutudaun pada setiap tanaman perlakuan. Pengujian
antibiosis kitosan terhadap kutudaun dilakukan dengan cara menginfestasikan 1
ekor imago kutudaun yang tidak bersayap pada kacang panjang berumur 2 MST
yang telah disemprot menggunakan kitosan. Nimfa yang dilahirkan oleh imago
yang diinfestasikan tersebut diamati pada keturunan pertama, kedua dan ketiga.
Pengaruh antibiosis dievaluasi berdasarkan lama perkembangan nimfa, lama
hidup imago, periode pre-viviparitas, siklus hidup, periode reproduksi, dan jumlah
nimfa yang dilahirkan. Pengujian aktivitas insektisidal kitosan terhadap kutudaun
dilakukan dengan cara menginfestasikan 50 ekor nimfa instar-2 pada kacang
panjang berumur 2 MST. Pengujian dilakukan melalui metode semprot langsung
dan metode residu. Pengaruh aktivitas insektisidal kitosan dievaluasi berdasarkan
jumlah mortalitas kutudaun. Pengujian penularan BCMV oleh kutudaun dilakukan
dengan cara menginfestasikan 3 ekor imago kutudaun yang mengandung virus
pada tanaman perlakuan. Peubah yang diamati yaitu periode inkubasi, insidensi
penyakit, keparahan penyakit, akumulasi virus pada tanaman dan kutudaun yang
vi
dideteksi dengan metode I-ELISA, serta deteksi gen CP BCMV, PR1, dan PR3
yang dideteksi dengan metode RT-PCR.
Pengujian antixenosis kitosan terhadap kutudaun menunjukkan bahwa
perlakuan kitosan berpengaruh terhadap kolonisasi dan preferensi makan
kutudaun. Kolonisasi kutudaun nyata lebih rendah pada tanaman perlakuan jika
dibandingkan dengan kontrol. Rerata jumlah kutudaun pada tanaman perlakuan
berkisar antara 1 sampai 10 ekor per tanaman, sedangkan pada kontrol rerata
jumlah kutudaun yang berkolonisasi mencapai 19 ekor. Perlakuan kitosan
memiliki pengaruh antibiosis yang ditunjukkan dengan lama hidup kutudaun yang
singkat, keperidian yang rendah, serta laju multiplikasi dan laju pertumbuhan
intrinsik yang rendah. Perlakuan kitosan komersial dengan konsentrasi 0.9%
memiliki pengaruh antibiosis terbaik terhadap kutudaun. Hasil pengujian
pengaruh aktivitas insektisidal kitosan melalui metode semprot langsung dan
residu menunjukkan hasil yang berbeda dalam mematikan kutudaun. Mortalitas
kutudaun lebih banyak dan lebih cepat terdapat pada perlakuan metode semprot
langsung.
Pengaruh perlakuan kitosan terhadap inokulasi BCMV memiliki aktivitas
penekanan penularan yang baik, ditunjukkan dengan periode inkubasi yang lebih
panjang, insidensi dan keparahan penyakit yang rendah serta akumulasi virus pada
tanaman yang diukur menggunakan metode I-ELISA lebih rendah. Akumulasi
virus pada kutudaun setelah proses makan inokulasi pada tanaman menunjukkan
nilai absorbansi ELISA yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kontrol. Hal
ini menunjukkan bahwa kitosan memiliki pengaruh penghambat makan terhadap
kutudaun. Gen CP BCMV berhasil teramplifikasi pada seluruh tanaman perlakuan,
baik yang diberi perlakuan kitosan murni maupun yang diberi perlakuan kitosan
komersial. Ekspresi DNA gen PR3 pada tanaman perlakuan sebelum inokulasi
BCMV meningkatkan endokitinase tanaman yang menyebabkan kutudaun tidak
menularkan virus pada saat proses makan inokulasi. DNA gen PR1 tidak
teramplifikasi baik sebelum maupun sesudah inokulasi BCMV. | id |