Show simple item record

dc.contributor.advisorAriyanti, Nunik Sri
dc.contributor.advisorWalujo, Eko Baroto
dc.contributor.authorDewi, Asih Perwita
dc.date.accessioned2016-07-29T02:09:21Z
dc.date.available2016-07-29T02:09:21Z
dc.date.issued2016
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/81183
dc.description.abstractTumbuhan anyaman adalah tumbuhan yang digunakan sebagai bahan baku kerajinan anyaman seperti keranjang, tikar, topi, dan peralatan rumah tangga lainnya. Salah satu kelompok etnis di Indonesia yang hingga kini masih memanfaatkan tumbuhan anyaman adalah Dayak Iban-Désa di Kalimantan Barat. Seiring dengan lajunya arus modernisasi, pemanfaatan tumbuhan anyaman dan produksi anyaman dikalangan masyarakat Dayak Iban-Désa semakin berkurang. Pengetahuan menganyam semakin menurun dari generasi ke generasi karena berkurangnya minat generasi muda dalam mempelajari anyaman. Kerusakan hutan dan penebangan liar juga mengancam keberadaan hutan sebagai habitat tumbuhan anyaman. Oleh karena itu, dokumentasi pengetahuan menganyam masyarakat Dayak Iban-Désa penting untuk segera dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis tumbuhan yang digunakan dalam produksi anyaman oleh masyarakat Dayak Iban-Désa, mengetahui nilai kepentingan budaya tumbuhan anyaman melalui nilai Index Cultural Significance (ICS), mengetahui ketersediaan bahan baku tumbuhan anyaman di habitat melalui Indeks Nilai Penting (INP), menentukan strategi konservasi berdasarkan nilai ICS dan INP, dan mengobservasi anatomi dimensi serat untuk mengetahui kualitas serat masing-masing jenis tumbuhan anyaman. Penelitian dilakukan di Desa Ensaid Panjang, Kecamatan Kelam Permai, Kabupaten Sintang yang merupakan salah satu perkampungan Dayak Iban-Désa. Koleksi data keanekaragaman jenis dan produk anyaman dilakukan dengan komunikasi pribadi kepada informan dan responden, pengamatan langsung kepada pengrajin anyaman, dan focus group discussion (FGD). Jumlah responden terpilih adalah 16 orang pengrajin anyaman, terdiri atas sembilan perempuan dan tujuh laki-laki. Koleksi data ekologi dilakukan dengan observasi habitat tumbuhan anyaman melalui metode purposive sampling. Pengamatan anatomi dimensi serat (panjang sel, ketebalan dinding sel, persentase jaringan serat dalam berkas pembuluh) dilakukan melalui pembuatan preparat anatomi dengan metode maserasi, metode parafin dan metode sayatan dengan mikrotom beku. Masyarakat Dayak Iban-Désa memanfaatkan rotan, bambu, pandan, palem, dan jahe liar sebagai bahan baku kerajinan anyaman. Tumbuhan tersebut tergolong dalam empat famili (Arecaceae, Poaceae, Pandanaceae, dan Zingiberaceae) dan terdiri dari 19 jenis. Rotan (Arecaceae) merupakan kelompok tumbuhan yang paling banyak digunakan sebagai bahan baku anyaman, yaitu sejumlah 11 jenis, satu varietas dan satu subvarietas. Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan adalah batang (khusus rotan dan bambu), helaian daun (khusus pandan dan palem), dan pelepah daun (khusus senggang). Masyarakat Dayak Iban-Désa membuat 26 macam produk yang digunakan sebagai peralatan berladang, perabot rumah tangga, peralatan beternak, perangkap ikan, peralatan ritual adat dan mainan anak. Beragam peralatan berladang merupakan produk yang paling banyak diproduksi, hal ini terkait dengan aktivitas utama masyarakat Dayak Iban-Désa adalah berladang. Penamaan lokal tumbuhan anyaman dalam bahasa Dayak Iban-Désa menunjukkan bahwa rotan dan bambu memiliki sistem penamaan menyerupai penamaan binomial dalam tata nama botani. Kata pertama menunjukkan nama kelompok, sedangkan kata kedua menunjukkan karakter spesifik tumbuhan. Akan tetapi sistem penamaan masyarakat Dayak Iban-Désa tidak sesuai dengan penamaan botani, mereka menggunakan nama “wi” untuk semua jenis rotan dan “buluh” untuk semua jenis bambu walaupun kedua kelompok tumbuhan masingmasing terdiri atas banyak genus. Hampir seluruh jenis rotan memiliki nilai ICS tinggi dibandingkan jenis tumbuhan lainnya. Tumbuhan yang memiliki nilai ICS tinggi memiliki kategori dimanfaatkan sebagai bahan anyaman utama tak tergantikan atau memiliki fungsi ganda sebagai bahan anyaman utama maupun pengganti, dipanen sepanjang tahun, dinilai memiliki serat yang kuat oleh masyarakat. Tumbuhan dengan nilai ICS rendah secara umum memiliki kategori fungsi ganda sebagai tumbuhan anyaman utama dan pengganti atau hanya sebagai tumbuhan anyaman pengganti saja, dipanen sekali dalam satu tahun atau lebih, dan dinilai masyarakat memiliki serat yang kurang kuat. Pemanenan tumbuhan anyaman dilakukan di tiga lokasi yaitu di hutan sekunder Tawang Mersibung dan Bukit Rentap, dan vegetasi terbuka di bekas ladang dekat rumah adat betang panjang. Rotan, palem, dan Pandanus sp. 1 dipanen di hutan adat Tawang Mersibung; rotan P. wrayi memiliki nilai INP tertinggi. Bambu dipanen di kaki Bukit Rentap; G. hasskarliana memiliki nilai INP tertinggi. Pandanus sp. 2, Pandanus sp. 3, dan jahe liar dipanen di bekas ladang; Pandanus sp. 2 memiliki nilai INP terendah di lokasi tersebut. Berdasarkan informasi nilai ICS dan INP, ditentukan empat tipe strategi konservasi untuk diterapkan pada setiap jenis tumbuhan anyaman, yaitu: (1) mempertahankan habitat jenis tumbuhan jika memiliki nilai ICS dan INP tinggi, diterapkan pada jenis P. wrayi, Pandanus sp. 1, Calamus blumei, C. javensis, C. speciosissimus, Ceratolobus concolor, dan H. reticulata; (2) membudidayakan jenis jika nilai ICS rendah tetapi nilai INP tinggi, diterapkan pada jenis K. echinometra, K. flagellaris, Calamus sp., Dendrocalamus asper, dan S. brachycladum buluh hijau; (3) mengkaji dan mengembangkan potensi tumbuhan jika memiliki nilai ICS yang rendah tetapi nilai INP tinggi, diterapkan pada jenis Calamus rugosus, C. zonatus, G. hasskarliana, Daemonorops oligophylla, dan Pandanus sp. 3; (4) membudidayakan dan mengkaji serta mengembangkan potensi tumbuhan jika nilai INP dan ICS rendah, diterapkan pada jenis Calamus axillaris, Licuala sp., Pandanus sp. 2, S. lima, S. brachycladum buluh kuning. Berdasarkan kajian anatomi dimensi serat, beberapa jenis tumbuhan anyaman yang jarang digunakan ternyata berpotensi memiliki kualitas serat yang baik, yaitu rotan Calamus rugosus, C. axillaris, bambu S. brachycladum buluh kuning dan S. lima, pandan Pandanus sp. 2 dan Pandanus sp. 3, dan palem Licuala sp. Oleh karena itu penggunaan jenis-jenis tumbuhan tersebut dapat ditingkatkan untuk menghasilkan anyaman yang berkualitas baik.id
dc.language.isoidid
dc.subject.ddcBiological sciencesid
dc.subject.ddcBiodiversityid
dc.subject.ddcSintangid
dc.titleEtnobotani Dayak Iban-Désa Di Kabupaten Sintang Provinsi Kalimantan Barat: Keanekaragaman Jenis Dan Anatomi Serat Tumbuhan Anyamanid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordDayak Iban-Désaid
dc.subject.keyworddimensi seratid
dc.subject.keywordkeanekaragaman tumbuhan anyamanid
dc.subject.keywordproduk anyamanid
dc.subject.keywordstatus ekologiid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record