Show simple item record

dc.contributor.advisorKusmana, Cecep
dc.contributor.advisorHergoualc’h, Kristell
dc.contributor.advisorSetiadi, Yadi
dc.contributor.authorTryanto, Dede Hendry
dc.date.accessioned2016-06-06T02:07:40Z
dc.date.available2016-06-06T02:07:40Z
dc.date.issued2016
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/80930
dc.description.abstractDalam cadangan karbon global, hutan rawa gambut di kawasan Asia Tenggara memegang peranan penting sekaligus sebagai mitigasi terkait perubahan iklim di masa yang akan datang. Hutan gambut tropis menyimpan karbon dalam jumlah besar di dalam tanah dalam ekosistem tanah gambut. Konversi hutan rawa gambut menjadi perkebunan kelapa sawit merubah fungsi alami dari ekosistem hutan sebagai penyerap dan penyimpan karbon akan menjadi sebagai sumber penghasil karbon (Hergoualc’h & Verchot 2013). Laju kerusakan hutan rawa gambut di Indonesia sangat tinggi (1.5 - 2.2% per tahun) dibandingkan dengan type hutan lainnya selama kurun waktu 2000 - 2010 (Miettinen et al. 2012b), Sebagai akibat pembangunan perkebunan kelapa sawit di ekosistem tanah gambut. Konversi hutan rawa gambut menjadi perkebunan kelapa sawit berakibat pada kenaikan emisi dari gas rumah kaca ke atmosfir terutama emisi CO2. Respirasi tanah sangat penting dalam perhitungan perubahan dalam stock C atau dalam perubahan C dalam suatu ekosistem (IPCC 2006). Respirasi tanah merupakan penjumlahan dari respirasi autotrofik (akar dan rizosfir) dan respirasi heterotrofik (mikroba dan hewan tanah) (Ryan & Law, 2005, Dalun et al 2011). Akan tetapi, hanya respirasi heterotrofik yang berkontribusi terhadap peningkatan CO2 terakumulasi di atmosfir (Hergoualc’h & Verchot 2013, Murdiyarso et al. 2010). Dalam penelitian ini metode trenching digunakan untuk mengukur respirasi heterotrofik (SRh) di hutan gambut dan perkebunana kelapa sawit. Penelitian ini dilakukan di dua tipe penggunaan lahan yaitu hutan rawa gambut yang berada di dalam Taman Nasional Tanjung Puting dan dua perkebunan sawit milik masyarakat dengan perbedaan umur [1 tahun (OP1) dan 5 tahun (OP5)] dalam kawasan penyangga kawasan taman nasional. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menghitung seberapa besar kontribusi dari repirasi heterotofik dari respirasi tanah total. Mengetahui hubungan faktor yang mempengaruhi dari respirasi tanah dari hutan rawa gambut dan perkebunan kelapa sawit. Rataan respirasi tanah heterotrofik sebelum re-trenched di hutan 8.8 ± 0.3 Mg C-CO2 ha-1 yr-1), menghasilkan 57% dari respirasi tanah total (15.4 ± 0.4 Mg C-CO2 ha-1 yr-1). Setelah re-trenched rataan respirasi tanah heterotrofik di hutan meningkat menjadi 9.0 ± 0.4 Mg C-CO2 ha-1 yr-1, atau 88% dari respirasi tanah total (10.3 ± 0.4 Mg C-CO2 ha-1 yr-1). Di OP1 respirasi tanah heterotrofik berkontribusi sebesar 89% dari respirasi tanah total sebelum re-trenched dan 123% setelah re-trenched. Di OP5, kontrbusi respirasi tanah heterotrofik yang dihasilakan sebesar 87% dari respirasi tanah total.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcForestryid
dc.subject.ddcPeat swampid
dc.titleKontribusi Respirasi Heterotrofik Dari Respirasi Tanah Total Dari Hutan Rawa Gambut Dan Perkebunan Kelapa Sawit Di Kalimantan Tengah, Indonesiaid
dc.typeUndergraduate Thesisid
dc.subject.keywordEmisi CO2id
dc.subject.keywordgas rumah kacaid
dc.subject.keywordtrenchingid
dc.subject.keywordperubahan tata guna lahanid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record