dc.description.abstract | Seperti kebanyakan negara berkembang, sektor pertanian memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Di pasar Indonesia,
sektor sayur sangat penting. Secara global, Indonesia merupakan Negara kelima
penghasil cabai di dunia, bersama dengan China, Meksiko, Turki dan Spanyol.
Cabai merupakan rempah-rempah penting dalam diet orang Indonesia. Orang
Indonesia mengkonsumsi cabai pada tingkat 1,5 kg per kapita per tahun. Produksi
cabai telah menerima banyak perhatian di Indonesia karena fluktuasi harga yang
luas dan efeknya pada inflasi.
Studi ini membahas kointegrasi harga cabai antara pelaku pasar di
Indonesia pada tiga tingkatan: petani kepada pedagang, petani kepada konsumen,
dan pedagang kepada konsumen. Model koreksi kesalahan digunakan untuk
mengukur transmisi harga antara aktor yang berbeda di pasar vertikal. Hasil
empiris menunjukkan bahwa hubungan jangka panjang ada di petani-pedagang,
petani-konsumen, dan tingkat pedagang-konsumen. Selain itu, dalam jangka
pendek, transmisi harga antara tingkat pasar di kota yang sama lebih cepat, dan
transmisi harga antara tingkat pasar langsung lebih cepat daripada tingkat pasar
tidak langsung.
Harga cabai di tingkat petani sangat dipengaruhi oleh produksi cabai
musiman. Produksi yang tinggi pada musim hujan dan produksi rendah di musim
kemarau membuat volatilitas tinggi pada harga ditingkat petani. Tidak ada
pengaturan pola tanam, sehingga sebagian besar petani menanam cabai bersamasama
secara bersamaan selama musim hujan. Sementara itu di musim kemarau,
tidak semua petani menanam cabai karena keterbatasan air. Belum ada teknologi
baru untuk menanam cabai pada musim kemarau atau di lahan kering yang dapat
menghasilkan cabai sebaik di musim hujan dan dapat diterapkan secara besarbesaran.
Petani harus membeli air atau membangun irigasi dengan membangun
sumur bor (air tanah) sehingga mereka dapat menanam cabai mereka di musim
kemarau.
Kelebihan pasokan cabai (over supply) akan menurunkan harga cabai di
tingkat petani, tapi kemudian pada saat kurang pasokan harga cabai akan lebih
tinggi. Beberapa perusahaan manufaktur yang besar (produsen sambal) mencoba
untuk menstabilkan harga ini dengan menggunakan harga kontrak. Mereka
memiliki kemampuan untuk menyimpan cabai untuk stok untuk persediaan
pasokan yang stabil untuk membuat produk mereka (output). Volatilitas harga
yang tinggi pada harga produsen menghambat transmisi harga sepanjang rantai
pasar (market chain). Oleh karena itu, implikasi kebijakan berdasarkan faktor ini
adalah bahwa pemerintah harus mengelola stabilisasi harga untuk harga produsen
dengan mengelola pasokan agar stabil sepanjang tahun. | id |