Ekologi Dan Etnobotani Rotan Pada Masyarakat Suku Anak Dalam Di Taman Nasional Bukit Duabelas, Jambi
Abstract
Rotan merupakan jenis tumbuhan suku Arecaceae yang memanjat dan merambat, serta memiliki duri di setiap ruas. Masyarakat Suku Anak Dalam (SAD) bermukim di dalam hutan Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD) memanfaatkan rotan sebagai bahan kerajinan, obat, makanan tambahan, pewarna kerajinan, ritual, pengawet, tali temali dan sumber penghasilan. TNBD merupakan kawasan pelestarian hutan berkaitan kearifan lokal SAD. Informasi pemanfaatan rotan dan kearifan lokal SAD belum banyak diketahui masyarakat umum, sehingga penelitian ini bertujuan mengkaji komposisi jenis rotan, pohon inang, karakter edafik habitat rotan, dan strategi konservasi, menginventarisasi jenis rotan serta mengkaji kearifan lokal SAD memanfaatkan rotan.
Penelitian dilakukan di kawasan zona pemanfaatan TNBD Sarolangun Jambi bulan April-Juni 2014. Analisis vegetasi rotan dan inang menggunakan metode nested sampling. Pengumpulan data etnobotani dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi partisipasi aktif dan dokumentasi menggunakan teknik snowball sampling. Identifikasi rotan di Herbarium Bogoriense Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong. Identifikasi tanah di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian IPB Dramaga Bogor. Analisis data dengan indeks nilai penting, indeks asosiasi, dan indeks kepentingan budaya. Karakteristik edafik mencirikan keberadaan rotan ditentukan dengan metode Analisis Komponen Utama dan kemiripan karakteristik edafik antar habitat rotan dengan analisis Hirarki Gabungan Klaster (HGK) menggunakan software XLSTAT 2014.
Hasil penelitian menyatakan terdapat 22 jenis rotan dimanfaatkan masyarakat SAD yaitu Calamus ornatus (Blume), C. caesius (Blume), C. flabellatus (Becc.), C. manan (Miq.), C. trachycoleus (Becc.), C. diepenhorstii (Miq.), C. csipionum (Lour.), C. hispidulus (Becc.), C. javensis (Blume), C. retrophyllus (Becc.), C. cf. Ciliaris (Blume), C. zonatus (Becc.), C. axilliaris (Becc.), Calamus sp. 1, Calamus sp. 2, Daemonorops geniculata (Griff.) Mart., D. draco (Willd.) Blume, D. brachytachys (Furt.), D. verticiliaris (Griff.) Mart., Korthalsia echinometra (Becc.) dan K. Rosrata (Blume). Jenis yang mendominasi zona pemanfaatan adalah D. geniculata (INP=21,49%), C. ornatus (INP=17,45%), C. caesius (INP=16,51%).
Analisis komponen utama menunjukkan keberadaan K. echinometra lebih dicirikan rasio C/N (14,19%) dan KTK (22 me/100g). Keberadaan C. manan kuat dicirikan oleh C-org (4,94%), dan D. draco serta C. ornatus dicirikan oleh pasir (63,34% dan 63,22%). Analisis hirarki gabungan klaster menunjukkan kemiripan karakteristik edafik C. caesius dan C. trachycoleus pada kandungan K (0,10-0,18 me/100g) dan persentase debu (26-30%). C. ornatus dan D. draco memiliki kemiripan karakteristik edafik pada persentase KB (7-8%), KTK (11-12%), Mg (0,20-0,22 me/100g), K (0,14-0,15 me/100g), Na (0,1-0,11 me/100g), S (71-72%), dan tekstur tanah lempung liat berpasir. Pertumbuhan rotan didukung oleh keberadaan inang sebagai penunjang. Jenis inang mendominasi di zona
pemanfaatan adalah Litsea tomentosa (INP=13,31%), Artocarpus elasticus (INP=11,73%) dan Palaquium gutta (INP=10,75%).
Jenis D. draco sangat berguna bagi masyarakat SAD karena getah buahnya digunakan untuk pewarna kerajinan, obat sakit kepala, demam, diare dan luka, sehingga jenis tersebut memiliki ICS berkategori tinggi (60). Selanjutnya untuk pelestarian rotan, masyarakat SAD menetapkan dua kebijakan adat yaitu kebijakan pemanfaatan rotan dan pengelolaan habitat rotan.
Strategi konservasi Calamus sp.2, C. ornatus, C. caesius D. geniculata dan K. echinometra yaitu dengan mempertahankan habitat dan meningkatkan intensitas pemanfaatan, karena jenis tersebut memiliki INP tinggi dan ICS rendah. C. flabellatus, C. manan, C. javensis, C. scipionum dan D. draco perlu strategi konservasi dengan mempertahankan habitat dan intensitas pemanfaatan, karena INP dan ICS mereka tinggi. C. axillaris dan D. vericiliarias perlu dilakukan budidaya dan mempertahankan intensitas pemanfaatan karena INP dan ICS-nya rendah.