Strategi Pengembangan Agribisnis Dan Agroindustri Kelapa Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Padang Pariaman
View/ Open
Date
2016Author
Anifriza
Hadi, Setia
Baskoro, Dwi Putro Tejo
Metadata
Show full item recordAbstract
Kelapa merupakan komoditas unggulan sub sektor perkebunan di Kabupaten Padang Pariaman yang tersebar hampir diseluruh kecamatan dengan luas areal perkebunan 40.891 ha terdiri dari 23.768 ha Tanaman Menghasilkan, 5.005 ha Tanaman Belum Menghasilkan, 12.118 ha Tanaman Tidak Menghasilkan, produksi 32.410 ton setara kopra yang diusahakan oleh 97.094 KK Petani. Potensi kelapa yang ada seharusnya menjadi peluang Kabupaten Padang Pariaman untuk meningkatkan produksi dan industri hilir melalui pengembangan agribisnis dan agroindustri di pedesaan. Tumbuhnya industri pedesaan akan menciptakan lapangan kerja baru di wilayah pedesaan, dan keinginan rakyat untuk mencari pekerjaan ke kota semakin berkurang sehingga perekonomian pedesaanpun akan meningkat dan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan perekonomian wilayah. Tujuan penelitian ini adalah: (1). Menganalisis potensi pengembangan kelapa dan kawasan yang representatif sebagai lokasi pengembangan industri hilir kelapa (agroindustri) di Kabupaten Padang Pariaman; (2). Menganalisis tata niaga dalam tiap tingkat produksi dan analisis kelayakan usaha pengolahan kelapa (3). Mengetahui kelembagaan yang berperan dalam pengembangan agroindustri kelapa dan (4). Merumuskan strategi pengembangan agroindustri kelapa dalam pengembangan wilayah di Kabupaten Padang Pariaman.
Analisis potensi pengembangan kelapa dilakukan dengan menentukan ketersediaan lahan yang bisa mendukung pengembangan luas areal kelapa yang pada akhirnya akan mencukupi kebutuhan bahan baku untuk kegiatan agroindustri yang ada. Potensi lahan untuk ketersediaan lahan dilakukan dengan cara mencari wilayah yang sesuai dan tersedia untuk perkebunan kelapa yaitu melalui evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa berdasarkan metode FAO (1976). Ketersediaan lahan dilakukan dengan mengoverlay peta tutupan lahan, peta kawasan hutan, dan peta pola ruang RTRW. Setelah itu dilakukan overlay dengan peta kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa untuk mendapatkan lahan yang sesusi dan berpotensi untuk pengembangan kelapa. Dari analisis diketahui lahan yang sesui dan berpotensi untuk pengembangan kelapa adalah 19,13% dari total lahan yang ada dan dapat meningkatkan kontribusi terhadap PDRB dari sub sektor perkebunan sebanyak 46,44%.
Setelah didapatkan lahan sesuai dan berpotensi untuk pengembangan kelapa, kemudian dilakukan penentuan hirarki wilayah. Prioritas lokasi untuk pengembangan agroindustri didasarkan hirarki terbaik. Berdasarkan analisis hirarki daerah yang tergolong hirarki terbaik ada 7 kecamatan yang diprioritaskan menjadi lokasi pengembangan kegiatan agroindustri kelapa yaitu Kecamatan Sungai Geringging, Kecamatan 2 x 11 Enam Lingkung, Kecamatan V Koto Timur, Kecamatan IV Koto Aur Malintang, Kecamatan Sungai Limau, Kecamatan V Koto Kampung Dalam, Kecamatan Padang Sago. Selanjutnya dilakukan analisis tata niaga kelapa dalam tiap tingkat produksi dan analisis usaha kegiatan agroindustri.
Berdasarkan margin tata niaga, semakin panjang rantai pemasaran suatu barang maka margin yang diterima petani juga akan semakin besar. Hasil finansial pengolahan VCO menunjukkan bahwa pengolahan kelapa menjadi VCO memberikan keuntungan yang sangat nyata dengan hasil NPV sebesar Rp.220.648.813,92,-; IRR 82,60%; Net B/C Ratio sebesar 32,75 dan Payback Period usaha 2 tahun 7 bulan, sedangkan analisis finansial pengolahan sabut kelapa menunjukan bahwa NPV sebesar RP. 1.399.277.447,30,-; IRR sebesar 50,38%; Net B/C Ratio sebesar 3,29 dan Payback Period usaha 3 tahun 1 bulan. Dari analisis finansial yang dilakukan diketahui pengolahan kelapa menjadi produk turunannya sangat menguntungkan secara ekonomi.
Analisis terhadap kelembagaan yang cocok dalam pengelolaan agroindustri kelapa dilakukan dengan metode AHP. Hasil yang didapatkan kelembagaan yang cocok dalam pengelolaan kegiatan agro adalah Koperasi/Usaha Kecil Menengah (UKM) milik masyarakat/petani kelapa. Kriteria yang sangat penting dalam pengelolaan kelembagaan adalah sumberdaya manusia. Strategi pengembangan agroindustri kelapa yang menjadi prioritas adalah mendirikan pabrik pengolahan kelapa terpadu dengan skor 0.74.
Collections
- MT - Agriculture [3683]