Show simple item record

dc.contributor.advisorBaga, Lukman Mohammad
dc.contributor.advisorNurmalina, Rita
dc.contributor.authorLestari, Retna Dewi
dc.date.accessioned2016-04-27T04:49:08Z
dc.date.available2016-04-27T04:49:08Z
dc.date.issued2016
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/80137
dc.description.abstractSapi merupakan salah satu komoditas yang mempunyai potensi untuk dikembangkan di Indonesia. Populasi sapi potong skala peternakan rakyat mengalami peningkatan mulai tahun 2007 sampai tahun 2013 sebesar 3 188 juta ekor (Ditjennak 2014). Walaupun Indonesia memiliki potensi pengembangan peternakan, untuk pemenuhan konsumsi daging sapi dalam negeri masih dicukupi dengan daging sapi impor, tahun 2014 untuk konsumsi dan industri sebanyak 620 ribu ton, sedangkan produksi daging sapi sebanyak 539 ribu ton (86.93 persen), sehingga terdapat kekurangan penyediaan sebesar 81 ribu ton (13.07 persen). Dengan kondisi peternakan sapi yang belum mampu memenuhi kebutuhan daging dalam negeri pada era globalisasi ini, usaha peternakan di Indonesia dihadapkan pada perdagangan bebas, sehingga diharapkan produk-produk peternakan memiliki daya saing. Sentra populasi sapi potong terbesar berada di Provinsi Jawa Timur dengan Kabupaten Bojonegoro merupakan Kabupaten yang tingkat pertumbuhan populasi sapinya terbesar tahun 2009 sampai 2013 dibandingkan dengan Kabupaten lainnya di Provinsi Jawa Timur yaitu sebesar 13.99 persen. Tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis daya saing dan dampak kebijakan pemerintah terhadap usaha penggemukan sapi potong di Kabupaten Bojonegoro. Analisis dan pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan juga kuantitatif. Pengolahan data dengan metode kualitatif digunakan untuk menguraikan secara deskriptif gambaran umum lokasi penelitian dan usaha penggemukan sapi potong di Kabupaten Bojonegoro. Pengolahan data dengan metode kuantitatif menggunakan metode PAM (Policy Analysis Matrix). Penelitian ini dilakukan di di Desa Napis, Kecamatan Tambakrejo, Kabupaten Bojonegoro dengan responden peternak sebanyak 40 orang yang melakukan usaha penggemukan sapi potong. Data yang dikumpulkan merupakan data primer melalui teknik wawancara menggunakan kuisioner. Berdasarkan analisis keuntungan diketahui bahwa keuntungan usaha pengemukan sapi potong di Kabupaten Bojonegoro pada harga privat dan harga sosial bernilai negatif yaitu masing-masing sebesar Rp5 415.39 per kilogram dan Rp3 445.52 per kilogram, hal ini menunjukan bahwa usaha penggemukan sapi potong di Kabupaten Bojonegoro tidak menguntungkan. Analisis daya saing dihitung dengan pendekatan keunggulan komparatif (Domestic Resources Cost Ratio) dan keunggulan kompetitif (Privat Cost Ratio), berdasarkan hasil penelitian nilai DRC dan PCR masing-masing adalah 1.04 dan 1.05, hasil ini menunjukan bahwa usaha penggemukan sapi potong di Kabupaten Bojonegoro tidak memiliki daya saing. Dampak kebijakan pemerintah terhadap input sapi potong di Kabupaten Bojonegoro menunjukan transfer input bernilai negatif, hal ini berarti peternak membayar input tradable yang lebih murah dibandingkan dengan harga harga sosialnya sebesar – Rp329.18 per kilogram. Nilai transfer output usaha pengemukan sapi di Kabupaten Bojonegoro lebih besar dari pada 0, yaitu sebesar Rp9 116.00, mengindikasikan bahwa peternak menerima harga output daging sapi lebih besar dari harga sosialnya. Secara keseluruhan, dampak kebijakan input-output usaha sapi potong di Kabupaten Bojonegoro belum mampu untuk mendukung daya saing usaha penggemukan sapi potong, ditunjukan dengan nilai transfer bersih –Rp1 969.88, nilai koefisien proteksi efektif (EPC) sebesar 1.10, nilai koefisien keuntungan (PC) sebesar 0.64, dan nilai rasio subsidi produsen (SRP) sebesar -0.02. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas dan elastisitas diketahui bahwa kebijakan yang paling peka dalam meningkatkan daya saing adalah kebijakan peningkatan PBBH (Pertambahan Bobot Badan Harian) sapi potong. Implikasi kebijakan yang dapat diterapkan agar usaha penggemukan sapi potong di Kabupaten Bojonegoro berdaya saing adalah dengan meningkatkan PBBH sebesar 17.33 persen atau setara dengan 0.11 kg per harinya dari PBBH sebelumnya yaitu 0.55 kg per hari, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian input pakan dan konsentrat yang berkualitas. Selain itu berdasarkan karakterisitik peternak di Kabupaten Bojonegoro adalah masih rendahnya tingkat pendidikan dan pengalaman beternak maka diperlukan penyuluhan kepada peternak mengenai pentingnya pakan yang berkualitas dan untuk meningkatkan kemampuan peternak diperlukan adanya pelatihan dan pendampingan dari Pemerintah Kabupaten Bojonegoro terkait teknologi peningkatan kualitas pakan yaitu fermentasi jerami, fermentasi silase (pakan hijauan) seperti daun jagung dan daun tebu, sumplemen UMB (Urea Molasis Block) yang merupakan percampuran antara molase (tetes tebu) dengan urea, serta pemanfaatan limbah sapi untuk meningkatkan pendapatan peternak.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcEconomicsid
dc.subject.ddcAgricultural economicsid
dc.subject.ddc2015id
dc.subject.ddcBojonegoro-Jawa Timurid
dc.titleAnalisis Daya Saing Usaha Penggemukan Sapi Potong Di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timurid
dc.typeThesisid
dc.subject.keyworddaya saingid
dc.subject.keywordpolicy analysis matrixid
dc.subject.keywordusaha penggemukanid
dc.subject.keywordsapi potongid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record