dc.description.abstract | Kabupaten Langkat memiliki potensi yang besar di bidang pertanian
khususnya sub sektor perkebunan dan peternakan. Besarmya kontribusi sektor
pertanian terhadap PDRB Kabupaten Langkat adalah sebesar 54,04 %, yaitu sub
sektor perkebunan (30,90%) dan peternakan (5,75%). Komoditas perkebunan
yang paling dominan di Kabupaten Langkat adalah kelapa sawit dengan luas
perkebunan sebesar 112 323.9 Ha pada tahun 2013. Luas perkebunan kelapa sawit
rakyatnya mencapai 45.407 Ha (40%) dari total luas perkebunan sawit dan
termasuk 3 terbesar di Provinsi Sumatera Utara. Adapun komoditas peternakan
utama di Kabupaten Langkat adalah peternakan sapi potong yang menyumbang
sekitar 25 – 30 % dari populasi ternak sapi potong di Provinsi Sumatera Utara.
Kedua kondisi sub sektor tersebut memberikan peluang untuk melaksanakan
integrasi sawit-sapi di Kabupaten langkat. Integrasi sawit-sapi diharapkan dapat
berperan untuk meningkatkan populasi ternak sapi potong dalam mendukung
program swasembada daging sapi.
Tujuan dari penelitian ini adalah : 1) menentukan potensi lahan perkebunan
kelapa sawit eksisting sebagai sumber pakan ternak sapi potong, 2) menganalisis
keuntungan ekonomi program integrasi sawit-sapi, 3) mengidentifikasi faktorfaktor
yang mempengaruhi pendapatan petani-peternak, 4) menentukan tingkat
preferensi anggota terhadap kelompok tani dan 5) menentukan prioritas, strategi
dan arahan pengembangan integrasi sawit-sapi dalam peningkatan ekonomi
wilayah di Kabupaten Langkat.
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara/kuesioner di lapangan,
sedangkan data sekunder diperoleh dari beberapa instansi pemerintah. Penentuan
responden petani, para pakar, dan stakeholders lainnya menggunakan metode
purposive sampling. Adapun metode analisis yang digunakan diantaranya analisis
deskriptif, analisis Location Quotient (LQ), Shift Share Analyzed (SSA), analisis
usaha tani, analisis regresi, analisis Multiple Criteria Decision Making (MCDM)
dengan pendekatan Technidue For Others Reference by Similarity to Ideal
Solution (TOPSIS), Analytical Hierarchy Process (AHP) dan analisis Strengths,
Weaknesses, Opportunities dan Threats (SWOT).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemeliharaan secara ekstensif ternak
sapi potong hanya pada lahan perkebunan kelapa sawit rakyat di empat kecamatan
penelitian mampu menampung 22 402 ekor, sedangkan pemeliharaan secara
intensif menampung 17 068 ekor. Nilai tersebut hampir mendekati nilai populasi
ternak sapi potong pada tahun 2013 di 4 kecamatan, yaitu sebesar 27 956 ekor,
yang menggunakan semua lahan baik lahan sawit maupun non sawit. Keempat
kecamatan memiliki nilai LQ > 1 sehingga berpeluang untuk menjadi pusat
peternakan sapi potong dan nilai SSA positif yang menunjukan tren pertumbuhan
yang baik. Nilai R/C rata-rata keuntungan usaha tani dari para peternak sapi
potong sebesar 1.284. Nilai tersebut menunjukkan bahwa usaha ternak sapi
potong layak untuk dikembangkan dengan pendapatan usaha tani rata-rata Rp. 14
829 570,- per tahun dengan pendapatan per ST sebesar Rp. 3 707 392. Faktor
yang berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani peternak adalah biaya
pakan dan skala pemeliharaan. Adapun nilai respon positif rata-rata dari tingkat
preferensi anggota terhadap keberadaan kelompok tani sebesar 64.4% yang
menunjukkan bahwa perlu adanya pembenahan manajemen kelompok tani.
Prioritas daerah pengembangan integrasi sawit-sapi berturut-turut adalah
Kecamatan Secanggang, Wampu, Babalan dan Kuala. Strategi utama yang
dilakukan untuk pengembangan integrasi sawit sapi melalui peningkatan efisiensi
model pemeliharaan dari ekstensif menjadi intensif dengan dukungan akademisi
dan kebijakan pemerintah. Arahan pengembangan berdasarkan strategi yang telah
disusun untuk diimplementasikan pada empat kecamatan penelitian.
Pengembangan integrasi sawit-sapi memberikan dampak positif terhadap
peningkatan ekonomi wilayah di Kabupaten Langkat karena dapat menciptakan
lapangan kerja sebanyak 114 447 orang atau 22.66% (12.16% menjadi 34.82%)
dari total angkatan kerja dan meningkatkan kontribusi sub sektor peternakan
sebesar 177.81 milyar atau 3.85% (5.75% menjadi 9.60%) terhadap PDRB sektor
pertanian. | id |