Rekayasa Pengolahan Air Asam Tambang Secara Pasif Menggunakan Biomassa Serbuk Gergaji, Kotoran Ayam Dan Bakteri Pereduksi Sulfat
View/ Open
Date
2016Author
Prianto, Firmansyah Adi
Fauzi, Anas Miftah
Mansur, Irdika
Metadata
Show full item recordAbstract
Industri pertambangan dikenal sebagai industri pionir karena investasi
pertambangan memerlukan pembangunan infrastruktur yang mampu membuka
suatu wilayah dari isolasi geografis. Walau demikian kegiatan usaha
pertambangan yang mengekploitasi serta membuka bentang alam, kegiatan
utamanya adalah menggali bahan tambang dari dalam tanah dapat menyebabkan
dampak bagi lingkungan. Salah satu dampak lingkungan yang terjadi akibat
aktifitas pertambangan adalah terbentuknya air asam tambang (AAT). AAT
terjadi karena adanya proses oksidasi bahan mineral pirit (FeS2) dan bahan
mineral sulfida lainnya. Bahan mineral tersebut tersingkap ke permukaan tanah
dalam proses pengambilan bahan mineral tambang. Proses oksidasi tersebut
terjadi dengan adanya mineral pirit, air dan oksigen.
Salah satu teknologi dalam penanganan AAT adalah pengolahan AAT
secara pasif (passive treatment), yaitu dengan sistem constructed wetland atau
lahan basah buatan. Penggunaan lahan basah di dunia pertambangan telah banyak
dilakukan tetapi masih perlu penelitian lebih lanjut agar penggunaan lahan basah
ini dapat efisien diterapkan. Penelitian ini menggunakan pendekatan secara
bioteknologi untuk pengelolaan AAT, yaitu dengan penggunaan bakteri pereduksi
sulfat (BPS), bahan organik berupa biomassa serbuk gergaji dan kotoran ayam.
Tujuan dari penelitian ini adalah: (i) Menganalisis kinerja pengolahan
AAT secara pasif menggunakan lahan basah yang diperkaya dengan biomassa
serbuk gergaji, kotoran ayam dan bakteri pereduksi sulfat dan (ii) Merancang
sistem pengolahan AAT yang optimal berbasis biologis menggunakan lahan basah
yang diperkaya dengan biomassa serbuk gergaji, kotoran ayam dan bakteri
pereduksi sulfat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai
Maret 2015 di PT. Bukit Asam (Persero) Muara Enim, Sumatera Selatan.
Penelitian ini terdiri dari 3 tahap yaitu : (i) Tahap seleksi isolat bakteri pereduksi
sulfat (BPS) dan analisa bahan organik, (ii) Penelitian skala pilot project, (iii)
Pembuatan rancangan lahan basah.
Isolat BPS yang digunakan berasal dari Indonesian Center For
Biodiversity and Biotechnology (ICBB), Bogor. Terdapat 6 isolat BPS yaitu ICBB
8813, ICBB 8815, ICBB 8816, ICBB 8818, ICBB 8819, dan ICBB 8825.
Sebelum digunakan pada lahan basah, isolat BPS terlebih dahulu di seleksi
dengan 3 tahapan yaitu: seleksi berdasarkan waktu tumbuh, variasi lingkungan
pH, dan seleksi berdasarkan berbagai konsentrasi BPS. Bahan organik yang
digunakan untuk memperkaya lahan basah adalah serbuk gergaji. Terdapat 2
perlakuan serbuk gergaji, yaitu Serbuk Gergaji Segar (BSGS) dan Serbuk Gergaji
Segar dicampur dengan kotoran ayam (BSGS+KA). Pada penelitian skala pilot
project, sampel AAT diambil dari kolam penampungan Stockpile-1 yang terlebih
dahulu dianalisis Fe, Mn, Sulfat, TSS, dan pH, kemudian ditambahkan pada
kolam percobaan dengan tinggi muka air ±30 cm. Ketinggian matrik lahan basah
yang terdiri dari gravel dan bahan organik masing- masing secara berurutan 30 cm
dan 10 cm. Pengambilan sampel air dilakukan setiap 3 hari sampai hari ke 21.
Sampel tersebut kemudian dianalisa pH, kadar Fe, Mn dan TSS dilaboratorium.
Dari hasil seleksi BPS, bakteri yang terpilih untuk digunakan dalam
penelitian ini adalah ICBB 8818. Hasil penelitian skala pilot project menunjukkan
bahwa perlakuan matriks serbuk gergaji dengan kotoran ayam (tanpa BPS) (Tsk0)
dapat mempengaruhi penurunan Fe dan Mn pada air asam tambang, sehingga
secara sinergis dapat meningkatkan nilai pH dalam 3 hari. Matriks tersebut
memberikan pengaruh terhadap penurunan kadar Fe dan Mn, dengan persentase
efektifitas sebesar 98.08% pada Fe dan 99.39% pada Mn dalam waktu 13 hari.
Pada parameter TSS, perlakuan yang dapat menurunkan kadar TSS adalah pada
perlakuan matriks serbuk gergaji dan BPS (Tsg1). Hal ini disebabkan kemampuan
serbuk gergaji dalam adsorbsi kandungan padatan yang terlarut. Dari hasil
penelitian diatas, didapatkan rancangan lahan basah yaitu dengan 1 bak
pengendap dan 6 settling pond. Dimensi bak pengendap yaitu 49.12 x 12.28 x 2.5
m, sedangkan dimensi settling pond yaitu 54.93 x 109.80 x 1 m. Setelah dilakukan
perhitungan persentase kemampuan penyisihan zat pencemar pada rancangan
lahan basah buatan diharapkan hasil kandungan logam Fe, Mn, TSS dan nilai pH
diakhir unit rancangan lahan basah masing-masing sebesar 0,007 mg/L, 0,014
mg/l, 0,008 mg/L, 6,10 dan sesuai baku mutu lingkungan
Collections
- MT - Agriculture [3772]