Aplikasi Bakteri Probiotik Pseudomonas Kelompok Fluorescens (P24) Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman Dan Produksi Benih Cabai Merah.
View/ Open
Date
2015Author
Permatasari, Okti Syah Isyani
Widajati, Eny
Syukur, Muhamad
Giyanto
Metadata
Show full item recordAbstract
Bakteri Pseudomonas kelompok fluorescens merupakan salah satu kelompok bakteri probiotik yang dikenal sebagai bakteri yang memberikan manfaat bagi tanaman inangnya. Bakteri ini memiliki kemampuan menghasilkan zat pengatur tumbuh yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Selain itu, bakteri ini memiliki kemampuan menghasilkan siderofor dan bersifat antagonis terhadap cendawan patogen. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui potensi bakteri Pseudomonas kelompok fluorescens (P24) sebagai agens antagonis untuk mengendalikan cendawan Colletotrichum acutatum serta mendapatkan metode aplikasi Pseudomonas kelompok fluorescens (P24) yang efektif untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman dan produksi benih cabai serta pengendalian Colletotrichum acutatum penyebab antraknosa. Penelitian ini terdiri dari tiga percobaan. Percobaan pertama dilakukan untuk mengetahui potensi antagonisme bakteri Pseudomonas kelompok fluorescens (P24) terhadap cendawan Colletotrichum acutatum. Uji antagonisme dilakukan dengan metode dual culture, yaitu bakteri Pseudomonas kelompok fluorescens (P24) dan cendawan Colletotrichum acutatum dibiakkan dalam cawan petri yang sama pada media potato dextrose agar (PDA). Hasilnya menunjukkan bahwa bakteri Pseudomonas kelompok fluorescens (P24) bersifat antagonis terhadap Colletotrichum acutatum dengan daya hambat sebesar 41.54%. Berdasarkan hasil tersebut, bakteri Pseudomonas kelompok fluorescens (P24) selanjutnya digunakan untuk aplikasi invigorasi pada benih cabai. Percobaan kedua dilakukan untuk mendapatkan metode invigorasi yang tepat dengan mengaplikasikan bakteri Pseudomonas kelompok fluorescens (P24) untuk meningkatkan perkecambahan benih. Percobaan ini terdiri dari dua metode invigorasi yang disusun menggunakan rancangan acak kelompok dua faktor. Metode pertama terdiri dari faktor tingkat vigor awal benih berdasarkan tolok ukur indeks vigor (IV) yaitu rendah, sedang, dan tinggi (14%, 34%, 53%). Faktor kedua adalah perlakuan invigorasi dengan metode perendaman yang terdiri dari empat taraf yaitu kontrol kering, perendaman dengan air, perendaman dengan media King‟s B, dan perendaman dengan bakteri Pseudomonas kelompok fluorescens (P24). Metode kedua adalah tingkat viabilitas awal benih berdasarkan tolok ukur daya berkecambah (rendah 77%, sedang 87.9%, dan tinggi 95.8%) sebagai faktor pertama, sedangkan faktor kedua adalah perlakuan matriconditioning yang terdiri dari tujuh taraf yaitu kontrol kering, matriconditioning dengan gambut, matriconditioning dengan arang sekam, matriconditioning media King‟s B dengan gambut, matriconditioning media King‟s B dengan arang sekam, matriconditioning bakteri Pseudomonas kelompok fluorescens (P24) dengan gambut, matriconditioning bakteri Pseudomonas kelompok fluorescens (P24) dengan arang sekam. Hasilnya menunjukkan bahwa perlakuan invigorasi metode perendaman pada benih dengan vigor awal rendah 6 (14%) dapat meningkatkan daya berkecambah, bobot kering kecambah normal, keserempakan tumbuh, kecepatan tumbuh sama dengan vigor awal tinggi. Perlakuan matriconditioning dengan bahan matrik arang sekam yang diinkorporasikan dengan Pseudomonas kelompok fluorescens (P24) merupakan perlakuan terbaik dibandingkan dengan metode perendaman. Perlakuan tersebut meningkatkan bobot kering kecambah normal (BKKN) sebesar 0.0862 g, laju pertumbuhan kecambah (LPK) 4.49 mg, indeks vigor (IV) 66.8%, dan kecepatan tumbuh (KCT) 12.8% etmal-1 secara nyata dibandingkan kontrol sebesar 0.0698 g, 3.86 mg, 24.7%, dan 10.77% etmal-1. Hasil terbaik dari percobaan kedua digunakan sebagai perlakuan invigorasi benih sebelum penanaman di lapang pada percobaan ketiga. Percobaan ketiga dilakukan untuk mendapatkan metode aplikasi Pseudomonas kelompok fluorescens (P24) yang efektif sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan produksi cabai di lapang serta dapat menekan serangan antraknosa yang disebabkan oleh Colletotrichum acutatum. Rancangan yang digunakan pada percobaan ketiga ini adalah rancangan petak terbagi (Split-plot). Perlakuan inokulasi Colletotrichum acutatum dan tanpa inokulasi sebagai petak utama, dan sebagai anak petak adalah perlakuan aplikasi Pseudomonas kelompok fluorescens (P24) yang terdiri dari enam taraf. Hasil dari percobaan ketiga menunjukkan bahwa pengaruh interaksi dari dua faktor yang diujikan hanya terdapat pada tolok ukur bobot total benih per tanaman. Pengaruh interaksi dari dua faktor yang diujikan menunjukkan bahwa perlakuan fungisida dan aplikasi Pseudomonas kelompok fluorescens (P24) pada tanaman yang tidak diinokulasi C. acutatum secara nyata menghasilkan bobot total benih lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Pada tolok ukur lainnya menunjukkan tidak terdapat pengaruh interaksi dari kedua faktor sehingga pembahasan berdasarkan pengaruh dari masing-masing faktor tunggal. Perlakuan inokulasi C. acutatum secara nyata menurunkan jumlah buah sehat dan bobot total buah sehat per tanaman. Aplikasi Pseudomonas kelompok fluorescens (P24) secara nyata meningkatkan jumlah perkecambahan di persemaian, meningkatkan pertumbuhan tanaman, menekan insidensi penyakit antraknosa di lapang pada 7-10 MST, meningkatkan jumlah buah sehat dan produksi benih. Perlakuan matriconditioning dan penyemprotan Pseudomonas kelompok fluorescens (P24) pada fase bibit secara nyata menurunkan insidensi penyakit antraknosa pada 10 MST hingga 61.35%. Perlakuan matriconditioning dan penyemprotan Pseudomonas kelompok fluorescens (P24) pada fase bibit dan berbunga secara nyata meningkatkan mutu fisiologis benih berdasarkan tolok ukur daya berkecambah (DB), kecepatan tumbuh (KCT), dan indeks vigor (IV) sebesar 77.04%, 9.72% etmal-1, dan 29.74%. Aplikasi tersebut juga meningkatkan mutu kesehatan benih dengan menekan persen infeksi C. acutatum hingga 12.25%.
Collections
- MT - Agriculture [3784]