Show simple item record

dc.contributor.advisorMugnisjah, Wahju Qamara
dc.contributor.advisorMunandar, Aris
dc.contributor.authorAndriamasari, Herwita
dc.date.accessioned2016-03-15T03:43:09Z
dc.date.available2016-03-15T03:43:09Z
dc.date.issued2015
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/79264
dc.description.abstractKabupaten Bogor merupakan bagian dari kesatuan wilayah mega-city Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi) yang terkena dampak perkembangan kota secara langsung. Dampak ini ditandai dengan perubahan lahan, salah satunya pertanian. Terdapat trend baru dalam pengembangan pertanian di dunia, dengan menganalisis potensi produksi pangan di kota-kota besar dengan mengintegrasikan kebijakan dan program penggunaan lahan serta mengelola sumber daya alam dan perubahan lanskap pedesaan di area metropolitan. Pertanian yang dilakukan secara konvensional menyebabkan pertanian tidak difungsikan secara optimal sehingga dapat dengan mudah dikalahkan oleh sektor lain dan terkonversi. Pertanian multifungsi menjadi suatu paradigma baru yang muncul saat ini sebagai cara yang cocok untuk mempertahankan lahan pertanian yang tersisa dan mengembangkan pertanian tersebut. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi tipologi wilayah yang mengalami urbanisasi, menganalisis dinamika perubahan lahan pertanian di Kabupaten Bogor dan kesesuaiannya terhadap RTRW Kabupaten Bogor tahun 2005—2025, dan menganalisis potensi pengembangan pertanian perkotaan dengan penerapan multifungsi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan penginderaan jauh, GIS, dan AHP. Hasil analisis menunjukan bahwa Kabupaten Bogor secara umum memiliki tipologi wilayah periurban, dari 40 kecamatan yang dimilikinya, 34 kecamatan termasuk ke tipologi PU_1 dan 5 kecamatan termasuk ke tipologi PU_2. Dinamika perubahan lahan pertanian dominan terjadi pada tipe PU_1 yang pada awalnya (tahun 1999) berupa hutan kemudian berubah menjadi lahan pertanian kebun pada tahun 2006, lalu pada tahun 2014 sebagian berubah menjadi lahan kosong dan lahan terbangun, sebagian lagi tetap menjadi lahan pertanian kebun. Ketidaksesuaian penutupan lahan pertanian aktual tahun 2014 dengan RTRW 2005—2025 adalah rata-rata < 30 persen, di antaranya, berupa badan air, lahan terbangun, lahan kosong, dan hutan. Rekomendasi utama dari alternatif pengembangan pertanian multifungsi adalah dengan pengembangan pertanian ramah lingkungan dengan strategi utama sebagai penyediaan lapangan pekerjaan dan pangan. Implementasinya dengan cara peningkatan pengetahuan sumber daya petani melalui peningkatan pendidikan, pelatihan, demplot, dan kegiatan-kegiatan lapang yang bersifat meningkatkan keterampilan petani dalam memahami pertanian ramah lingkungan dan menguasai teknologi-teknologi di dalam sistem pertanian yang ramah lingkungan.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcRegional planningid
dc.subject.ddcPeri-urban Agricultureid
dc.subject.ddc2015id
dc.subject.ddcBogor-Jawa Baratid
dc.titlePotensi Dan Strategi Pengembangan Pertanian Periurban Di Kabupaten Bogor.id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordKabupaten Bogorid
dc.subject.keywordpertanian periurbanid
dc.subject.keywordpertanian multifungsiid
dc.subject.keywordpenginderaan jauhid
dc.subject.keywordgeographical information systemid
dc.subject.keywordanalysis hierarchy processid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record