Show simple item record

dc.contributor.advisorNotodiputro, Khairil Anwar
dc.contributor.advisorSartono, Bagus
dc.contributor.authorHidayat, Firman
dc.date.accessioned2016-03-15T03:37:39Z
dc.date.available2016-03-15T03:37:39Z
dc.date.issued2015
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/79252
dc.description.abstractSistem Pemilihan Umum (Pemilu) saat ini di Indonesia merupakan sistem pemilihan langsung yang memberikan kebebasan sepenuhnya bagi masyarakat pemilih untuk menentukan partai, calon anggota legislatif, dan calon presiden yang akan mereka pilih. Hasil sebuah survei yang dilakukan Lembaga Survei Indonesia pada tahun 2011 (LSI 2011) menemukan bahwa instabilitas pemilihan legislatif (pileg) dan pemilihan presiden (pilpres) kemungkinan terkait dengan rasionalitas dari pemilih. Rasionalitas pemilih tersebut di setiap kabupaten/kota di Indonesia berbeda-beda. Faktor rasionalitas tercermin dari nilai komponen Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yaitu Angka Melek Huruf (AMH) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS). Irvani (2012) dalam penelitiannya pada kasus pilpres 2009, menunjukkan bahwa Kondisi ekonomi-politik, identitas partai dan kualitas calon yang bersaing merupakan faktor-faktor yang dapat mendorong keputusan memilih calon presiden. Pada penelitian ini akan dibahas faktor rasionalitas dan faktor ideologis yang tercermin pada pilihan partai pada saat pemilu legislatif terhadap keputusan memilih calon presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa atau Joko Widodo-Jusuf Kalla Regresi logistik merupakan regresi yang digunakan ketika peubah responnya berupa biner. Akan tetapi pada regresi logistik seringkali terjadi masalah ketika ragam dari peubah respons tidak mengikuti ragam dari sebaran binom, yaitu n (1 ) . Jika ragam dari peubah respons lebih besar dari ragam sebaran binom maka masalah ini di dalam literatur dikenal sebagai masalah lajak ragam. Metode yang digunakan untuk menangani lajak-ragam pada penelitian ini adalah dengan metode Williams dan Beta-Binom. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data hasil perolehan suara pilpres 2014 menurut kab/kotadan data perolehan suara partai politik pada pileg 2014 serta data nilai komponen IPM yaitu Angka Harapan Hidup (AHH), AMH, RLS, dan Pengeluaran per kapita yang disesuaikan. Berdasarkan analisis regresi logistik terdapat masalah lajak ragam, sehingga dapat ditangani dengan metode Williams dan Beta-Binom. Metode Williams merupakan metode yang lebih baik dibandingkan metode Beta-Binom dalam mengatasi masalah lajak ragam. Hal itu dikarenakan pada metode Williams mempunyai nilai Akaike Information Criterion (AIC) lebih kecil daripada metode Beta-Binom yaitu 8210.747 untuk metode Williams dan 11380.200 untuk metode Beta-Binom. Peubah-peubah yang berpengaruh secara nyata dalam mempengaruhi keputusan pemilih pada pilpres 2014 adalah AHH, AMH, RLS, dan KIH. Nilai rasio odds (Odds Ratio) untuk peubah AHH sebesar 1.079 yang berarti setiap kenaikan 1 tahun AHH, maka akan menaikkan perolehan suara pasangan presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla sebesar 1.079 kali dibandingkan pasangan presiden Prabowo Subianto-Hatta. Nilai rasio odds AMH sebesar 0.985 berarti bahwa setiap kenaikan 1 persen AMH akan menurunkan perolehan suara pasangan presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla sebesar 0.985 kali dibandingkan pasangan presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Nilai rasio odds RLS sebesar 0.911 berarti bahwa setiap kenaikan 1 tahun RLS, maka akan menurunkan perolehan suara pasangan presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla sebesar 0.911 kali dibandingkan memilih pasangan presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Nilai rasio odds KIH sebesar 6.162 berarti bahwa setiap kenaikan 1 persen KIH, maka akan menaikkan perolehan suara pasangan presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla sebesar 6.162 kali dibandingkan memilih pasangan presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Faktor rasionalitas pemilih yang memilih Joko Widodo-Jusuf Kalla mempunyai rasionalitas yang lebih rendah dibandingkan pemilih yang memilih Prabowo-Hatta. Hal itu disebabkan nilai AMH dan RLS kab/kota dari domisili pemilih yang memilih Joko Widodo-Jusuf Kalla mempunyai nilai yang lebih rendah dibandingkan kab/kota dari domisili pemilih yang memilih Prabowo-Hatta. Faktor ideologis partai dari pemilih yang memilih Joko Widodo-Jusuf Kalla mayoritas berasal dari pemilih yang memilih partai yang tergabung dalam KMP pada saat pileg berlangsung. Hal ini menunjukkan faktor ideologis partai pada hasil pemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla tidak berpengaruh nyataid
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcStatisticsid
dc.subject.ddcStatistical modelsid
dc.subject.ddc2015id
dc.titlePerbandingan Metode Williams Dan Beta-Binom Dalam Regresi Logistik Bermasalah Lajak-Ragam (Overdispersion) : Kasus Pemilu Indonesia 2014.id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordlajak-ragamid
dc.subject.keywordmetode Williamsid
dc.subject.keywordpemiluid
dc.subject.keywordregresi Beta-Binomid
dc.subject.keywordregresi logistikid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record