Show simple item record

dc.contributor.advisorPrasetyo, Lilik Budi
dc.contributor.advisorKartono, Agus Priyono
dc.contributor.authorSuwarto
dc.date.accessioned2016-03-15T03:33:00Z
dc.date.available2016-03-15T03:33:00Z
dc.date.issued2015
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/79233
dc.description.abstractBekantan (Nasalis larvatus Wurmb, 1781) termasuk ke dalam subfamili Colobinae adalah salah satu jenis satwa primata endemik Borneo yang berada dalam kawasan konservasi Taman Nasional Kutai (TNK). Kerusakan habitat yang disebabkan aktivitas manusia berupa akses jalan, konversi lahan untuk pemukiman dan tambak, serta penebangan liar merupakan bentuk ancaman terhadap populasi bekantan. Kajian terhadap habitat yang sesuai bagi bekantan dengan permasalahan yang kompleks sangat penting dilakukan dengan menggunakan Geographic Information System (GIS). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesesuian habitat bekantan di mangrove Taman Nasional Kutai melalui pemodelan spasial. Kesesuaian habitat dianalisis menggunakan Principal Component Analysis (PCA) dan regresi linear yang terintegrasi dengan sistem informasi geografis. Principal Component Analysis adalah sebuah teknik untuk membangun variabel-variabel baru yang merupakan kombinasi linear dari variabel-variabel asli dengan cara mereduksi variable yang digunakan. Kehadiran bekantan ditandai mengunakan GPS. Citra satelit dari landsat 8 path 116 row 60 diolah secara digital untuk menghasilkan data sebaran bekantan dan NDVI, data jarak dari jalan, jarak dari pemukiman, jarak dari tambak, dan jarak dari sumber air diperoleh dari analisis euclien distance peta Rupa Bumi Indonesia. Pembuatan model spasial menggunakan titik koordinat perjumpaan kelompok bekantan sebagai variabel dependent dan variabel prediktor yang digunakan dalam penyusunan model regresi adalah jarak dari jalan, jarak dari pemukiman, jarak dari tambak, jarak dari sumber air, jarak dari Avicennia, jarak dari Bruguiera, jarak dari Rhizophora, jarak dari Sonneratia, serta LAI (Leaf Area Indeks). Luas keseluruhan area studi yang digunakan untuk membangun model adalah 7 343.88 ha. Dari hasil pemodelan kesesuaian habitat bekantan di hutan mangrove TNK menunjukkan bahwa hanya ± 99.50 ha atau 1.35% memiliki kesesuaian tinggi, pada kesesuaian sedang memiliki luas areal 1 384.58 ha atau 18.85%, sedangkan areal seluas 5 859.81 ha atau 79.79% memiliki kesesuaian rendah. Hasil model menjelaskan bahwa sebaran bekantan pada kesesuaian habitat sangat dipengaruhi oleh faktor gangguan.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcPrimatesid
dc.subject.ddcNasalis larvatusid
dc.subject.ddc2014id
dc.subject.ddcBontang-Kalimantan Timurid
dc.titleKesesuaian Habitat Bekantan (Nasalis Larvatus Wurmb, 1781) Di Hutan Mangrove Taman Nasional Kutai.id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordNasalis larvatusid
dc.subject.keywordtaman nasional kutaiid
dc.subject.keywordkesesuian habitatid
dc.subject.keywordmangroveid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record