Show simple item record

dc.contributor.advisorHikmat, Agus
dc.contributor.advisorKartono, Agus Priyono
dc.contributor.authorWidya, Y Agung
dc.date.accessioned2016-03-14T02:36:16Z
dc.date.available2016-03-14T02:36:16Z
dc.date.issued2015
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/79183
dc.description.abstractKetimunan/Timonius timon (Spreng.) Merr. merupakan salah satu spesies tumbuhan pada famili Rubiaceae yang sangat berguna bagi masyarakat lokal Suku Kanume sebagai tumbuhan obat tradisional. Data dan informasi tentang bioekologi, etnobotani maupun konservasinya ketimunan belum tersedia dan terdokumentasi. Habitatnya pada kawasan hutan jarang Melaleuca mengalami gangguan sebagai akibat adanya kegiatan perambahan kawasan, pengambilan kayu bakar dan pembakaran yang berdampak pada ketersediaannya di alam, mengingat tumbuhan ini termasuk dalam katagori langka dan pohon yang dilindungi. Pemanfaatan bahan baku tumbuhan ini masih diambil dari alam dan sampai saat ini belum ada kegiatan pembudidayaan dan konservasi oleh masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi bioekologi tumbuhan ketimunan, meliputi kondisi struktur dan komposisi vegetasi habitat ketimunan, tingkat keanekaragaman spesies tumbuhan, asosiasi ketimunan dengan jenis yang lain, menyajikan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi keberadaan ketimunan. Mengidentifikasi pengetahuan dan pemanfaatan ketimunan pada masyarakat lokal Suku Kanume serta merumuskan upaya-upaya konservasi yang dilakukan pada tumbuhan ini. Pengumpulan data dilakukan dari bulan Desember 2014 s/d Pebruari 2015 di Kampung Yanggandur Resort Sota SPTN Wilayah III Wasur TN Wasur. Metode pengukuran vegetasi dilakukan dengan metode kombinasi antara jalur dan garis berpetak. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat lokal Suku Kanume, dengan jumlah responden 40 orang, dibedakan atas perbedaan jenis kelamin dan kelas umur. Metode pengumpulan data responden dilakukan dengan wawancara dengan kuisioner. Analisis struktur dan komposisi vegetasi dilakukan perhitungan Indeks Nilai Penting (INP) masing-masing tingkat pertumbuhan vegetasi. Indeks keanekaragaman spesies digunakan pendekatan indeks keragaman (Shannon-Wiener), indeks kekayaan jenis (Margalef) dan indeks kemerataan (Pielou). Asosiasi antara spesies tumbuhan menggunakan tabel kontigensi dengan uji persamaan uji Chi-Square dan indeks Jaccard. Analisis data persepsi masyarakat menggunakan distribusi frekuensi dan uji Chi-Square. Ketimunan merupakan spesies tumbuhan yang hidup pada dataran rendah dan menyukai tempat-tempat terbuka. Hasil menunjukkan bahwa struktur dan komposisi vegetasi habitat ketimunan teridentifikasi sebanyak 27 spesies dengan 13 famili pada tingkat pertumbuhan semai, pancang teridentifikasi sebanyak 24 spesies dan 11 famili, tiang teridentifikasi sebanyak 30 spesies dan 14 famili serta pohon teridentifikasi sebanyak 34 spesies dan 16 famili. Spesies bush putih (Melaleuca cajuputi) dan famili Myrtaceae mendominasi sebagian besar tingkat pertumbuhan pada habitat hutan jarang Melaleuca di TN Wasur. Identifikasi tingkat keragaman spesies pada hutan jarang Melaleuca termasuk dalam kategori sedang untuk semua tingkat pertumbuhan dengan nilai indeks berkisar antara 3 2.3503–2.4730. Identifikasi nilai indeks kekayaan spesies termasuk katagori sedang pada tingkat pertumbuhan tiang sejumlah 3.8146 dan pohon sejumlah 4.1011 dan nilai indeks kekayaan rendah terdapat pada tingkat pertumbuhan semai sejumlah 3.1919 dan pancang sejumlah 3.0076. Identifikasi nilai indeks kemerataan termasuk tertinggi pada semua tingkat pertumbuhan dengan nilai kisaran indeks sejumlah 0.6871–0.7631. Hasil identifikasi menunjukkan adanya asosiasi ketimunan dengan beberapa spesies lain pada semua tingkat pertumbuhan, dengan kekuatan asosiasinya sangat rendah (<0.22). Adanya beberapa faktor lingkungan yang termuat dalam komponen utama pertama (KU1) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kerapatan ketimunan di TN Wasur, seperti kelembaban udara, ketersediaan unsur hara Natrium (N) dan Posfor (P). Ketimunan digunakan oleh masyarakat lokal suku Kanume sebagai tumbuhan obat (sakit perut, demam, menghentikan pendarahan) dan kegunaan lain (bahan pengganti pinang, bahan minuman). Pengetahuan dan pemanfaatan ketimunan lebih banyak dilakukan pada kelas umur 25-69 tahun dan pada kelompok laki-laki. Pendokumentasian potensi dan manfaat ketimunan, pembudidayaan, perlindungan potensi dan budaya lokal masyarakat serta kebijakan pengelolaan yang berpihak kepada masyarakat lokal merupakan salah satu upaya-upaya konservasi yang dilakukan untuk menjaga keberlangsung ketimunan.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcHorticultureid
dc.subject.ddcCucumberid
dc.subject.ddc2015id
dc.titleBioekologi, Etnobotani Dan Konservasi Ketimunan/Timonius Timon (Spreng.) Merr. Pada Masyarakat Lokal Suku Kanume Di Taman Nasional Wasur Papua.id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordetnobotaniid
dc.subject.keywordmelaleucaid
dc.subject.keywordmyrtaceaeid
dc.subject.keywordkonservasiid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record