Show simple item record

dc.contributor.advisorRifin, Amzul
dc.contributor.advisorJahroh, Siti
dc.contributor.authorKhandari, Sabila Mumtaz
dc.date.accessioned2016-03-01T04:10:02Z
dc.date.available2016-03-01T04:10:02Z
dc.date.issued2015
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/78874
dc.description.abstractPembangunan pertanian di wilayah dengan skala usaha yang relatif kecil perlu memperhatikan teknologi yang tepat. Mekanisasi belum bisa diterapkan pada wilayah dengan karakteristik seperti itu, integrasi usahatani merupakan salah satu solusi yang dapat diterapkan. Konsep integrasi usahatani sendiri adalah dengan melakukan dua atau beberapa cabang usahatani dan ada keterkaitan antar cabang usahatani yang terlibat. Output dari salah satu cabang usahatani yang satu menjadi input bagi cabang usahatani lainnya, begitu pun sebaliknya. Desa Petir merupakan salah satu desa yang terdapat keberagaman jenis usahatani yang diterapkan. Terdapat petani yang melakukan satu jenis usahatani ataupun melibatkan dua atau lebih cabang usahatani. Di antara keragaman yang ada, terdapat beberapa petani yang sudah melibatkan dua cabang usahatani terutama tanaman dan ternak ruminansia kecil. Selain itu, Desa Petir telah menjadi salah satu desa sebagai lokasi pengembangan kerjasama antara Tokyo University of Agriculture (TUA) dan Institut Pertanian Bogor (IPB) sejak tahun 2010. Adanya pengusahaan dua cabang usahatani tanaman dan ternak di lokasi penelitian dapat melibatkan keduanya sesuai dengan konsep integrasi usahatani. Pada dasarnya, penerapan integrasi usahatani harus melibatkan cabang usahatani yang satu sebagai input cabang usahatani lainnya, dan melakukan pengolahan limbah. Aktivitas produksi tanaman akan menghasilkan limbah berupa dedaunan atau jerami, sedangkan aktivitas produksi ternak akan menghasilkan limbah berupa kotoran ternak. Limbah dari tanaman dapat difermentasi dan digunakan sebagai alternatif pakan sebagai persediaan pakan di musim kemarau. Sedangkan limbah kotoran ternak dapat digunakan sebagai pupuk organik yang dapat mengurangi dampak degradasi lahan. Keberhasilan integrasi usahatani tanaman-ternak sangat tergantung pada ketersediaan sumberdaya yang dimiliki. Karakteristik skala usahatani yang relatif kecil mengindikasikan adanya keterbatasan sumberdaya yang dimiliki petani. Umumnya petani di Desa Petir hanya memiliki lahan di bawah 0.5 hektar. Kemudian, tenaga kerja yang bekerja di pertanian merupakan kepala keluarga dengan sesekali memperoleh bantuan dari anggota keluarganya. Selain itu, pendapatan dari pertanian cenderung tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarga. Hal ini tentunya akan berdampak pada keberlanjutan usahatani di Desa Petir. Keputusan penerapan integrasi usahatani tanaman-ternak sangat tergantung terhadap pendapatan yang diperoleh. Keterbatasan sumberdaya yang dimiliki petani akan membatasi alokasi sumberdaya guna memperoleh pendapatan yang optimal. Pendekatan model dilakukan terkait keputusan petani dalam pengalokasian sumberdaya secara optimal. Dalam penelitian ini dibangun dua buah model untuk membandingkan kondisi yang tidak terintegrasi dengan kondisi terintegrasi. Berdasarkan analisis model yang dibangun, untuk memperoleh hasil yang optimal pada kondisi integrasi (M2) maka jenis tanaman yang diusahakan di antaranya tanaman padi, bengkuang, kacang panjang, dan singkong. Pada model integrasi (M2) pemanfaatan lahan yang dianjurkan bulan Januari digunakan untuk menanam bengkuang seluas 1 541 m2, singkong seluas 806 m2, dan padi hanya seluas 113 m2. Selanjutnya sejak bulan Mei hingga Agustus, dianjurkan untuk menanam padi pada 1 654 m2 yang dapat dipanen pada bulan Agustus. Kemudian, sejak bulan September hingga Desember dianjurkan menanam bengkuang pada 2 406 m2. Sementara sisa lahannya seluas 54 m2 dapat dimanfaatkan untuk menanam kacang panjang sejak Oktober yang dapat dipanen sekitar pertengahan bulan November hingga Desember. Selain itu, jenis ternak yang dianjurkan untuk diusahakan adalah domba pada setiap musim sesuai dengan kapasitas kandang. Penerapan model integrasi (M2) di lokasi penelitian memberikan pendapatan yang lebih tinggi sebesar 12.73 persen dibandingkan dengan model tidak integrasi (M1). Kondisi ini disebabkan adanya kombinasi jenis usahatani yang diusahakan, serta pengaruh penggunaan silase pada ternak di musim kemarau yang berdampak positif terhadap penerimaan usahaternak petani. Dalam penelitian ini, diasumsikan penggunaan silase pada ternak dapat berdampak pada peningkatan bobot jual domba yang dihasilkan. Ditinjau dari sisi sensitivitas, model tanpa integrasi lebih sensitif terhadap perubahan harga jual produk tanaman. Sedangkan pada model integrasi lebih sensitif terhadap harga jual produk ternak. Di samping itu, berdasarkan analisis sensitivitas dengan meninjau perubahan dari sisi sumberdaya, terhadap perbedaan nilai peningkatan maksimal dari kapasitas kandang yang dimiliki pada model integrasi. Pada musim penggemukan pertama (dominasi musim kemarau) sebesar 1.31 ekor, dan pada musim penggemukan kedua (dominasi musim hujan) sebesar 6.59 ekor. Nilai tersebut lebih sensitif dibandingkan model tidak integrasi, yaitu sebesar 8.69 ekor pada kedua musim. Di lokasi terdapat beberapa jenis tanaman yang rutin ditanam, maka dibangun dua skenario untuk mengakomodir kondisi tersebut, khususnya pada model integrasi. Pada skenario pertama (Skenario 1), tanpa adanya keterlibatan padi dan singkong dalam model integrasi, maka jenis tanaman yang diusahakan adalah diverisifikasi antara bengkuang seluas 2 362 m2 dan kacang panjang seluas 98 m2, serta mengusahakan domba pada setiap musim sesuai kapasitas kandang yang dimiliki. Penerapan Skenario 1 memperoleh pendapatan lebih tinggi sebesar 10.81 persen dibandingkan model tanpa integrasi. Sedangkan skenario kedua (Skenario 2) dengan keharusan ubi jalar ditanam pada musim pertama dan tanpa melibatkan padi dan singkong, diperoleh bahwa jenis usaha yang diusahakan adalah ubi jalar dan bengkuang dengan pola tanam ubi jalar-bengkuang-bengkuang, serta mengusahakan domba pada setiap musim sesuai kapasitas kandang yang dimiliki. Penerapan skenario kedua (S2) memperoleh pendapatan lebih tinggi sebesar 8.04 persen dibandingkan model tanpa integrasi.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcEconomicsid
dc.subject.ddcAgricultural economyid
dc.subject.ddc2015id
dc.subject.ddcBogor-Jawa Baratid
dc.titleOptimalisasi Integrasi Usahatani Tanaman-Ternak Di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogorid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordintegrasi tanaman-ternakid
dc.subject.keywordmodel optimalisasiid
dc.subject.keywordpendapatan petaniid
dc.subject.keywordprogram linearid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record