Show simple item record

dc.contributor.advisorArifiantini, Raden Iis
dc.contributor.advisorYusuf, Tuty Laswardi
dc.contributor.authorFoeh, Nancy Diana Frederika Katerina
dc.date.accessioned2016-02-26T07:58:51Z
dc.date.available2016-02-26T07:58:51Z
dc.date.issued2015
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/78800
dc.description.abstractInseminasi Buatan (IB) menggunakan semen beku babi di Indonesia masih terbatas, karena penyediaan semen beku masih didatangkan dari luar negeri. Spermatozoa babi memiliki komposisi membran plasma yang mengandung sphingomyelin dan phosphatidylethanolamine yang sangat tinggi 14% dan 24%, sehingga mudah mengalami cold shock saat pembekuan. Pengencer semen cair yang mudah diperoleh di Indonesia adalah BTS® dan MIII®. Semen cair umumnya disimpan pada suhu 16-18 oC dan bertahan hanya beberapa hari saja, untuk penyimpanan yang lebih lama dibutuhkan pembekuan semen yang memerlukan krioprotektan. Krioprotektan yang umum digunakan adalah gliserol, sedangkan golongan amida seperti dimethylacetamide (DMA) menunjukkan potensi yang baik sebagai krioprotektan karena memiliki berat molekul yang lebih rendah (87.12 g/mol) jika dibandingkan dengan gliserol (92.05 g/mol). Penambahan Sodium Dodecyl Sulphate (SDS) dalam bahan pengencer semen beku dapat mempertahankan motilitas spermatozoa pada saat kriopreservasi, dengan cara melarutkan dan meningkatkan dispersi molekul kuning telur, sehingga dapat meningkatkan kontak dengan membran plasma spermatozoa yang diharapkan mengurangi efek negatif dari bahaya selama kriopreservasi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji krioprotektan terbaik dalam pengencer BTS dan MIII. Semen dikoleksi dari 4 ekor pejantan dengan menggunakan dummy sow. Semen yang menunjukkan motilitas spermatozoa >70%, konsentrasi spermatozoa >200.106 sel/ml dan abnormalitas < 20% yang digunakan dalam penelitian ini. Penelitian dilakukan dalam empat tahap yaitu 1) Pemeriksaan karakteristik semen babi meliputi pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis. 2) Penambahan gliserol, DMA, dan kombinasi gliserol-DMA dalam pengencer BTS dan MIII. 3) Penambahan SDS dalam bahan pengencer semen beku 4) Uji fertilitas semen beku. Tahap 1, pemeriksaan karakteristik semen segar dilakukan secara makroskopik meliputi volume, warna, pH, dan konsistensi sedangkan pemeriksaan mikroskopis meliputi motilitas, viabilitas, konsentrasi, dan abnormalitas spermatozoa. Tahap 2, semen ditambahkan pengencer BTS atau MIII dengan perbandingan 8:5. Selanjutnya dilakukan holding time 2 jam (20-22 oC) dan disentrifus 15 menit (2000 rpm). Supernatan dibuang dan Pellet ditambahkan pengencer semen beku yang mengandung krioprotektan gliserol, DMA dan kombinasinya. Semen hasil pengenceran dikemas dalam straw 0.5 ml dan diequilibrasi 2 jam, lalu dibekukan di atas uap N2 cair dan disimpan ke dalam kontainer berisi N2 cair. Pengujian motilitas dan viabilitas spermatozoa dilakukan 24 jam setelah pembekuan. Tahap 3, perlakuan dengan penambahan SDS terhadap pengencer terbaik Tahap 2, lalu dilakukan pembekuan semen dan evaluasi seperti di atas. Tahap 4, pengujian fertilitas semen beku, sebanyak 25 straw semen beku ditambahkan 80 ml pengencer BTS yang setara dengan 5000 juta sel/80 ml, kemudian diinseminasi pada 10 ekor betina estrus. Keberhasilan IB diukur dengan menghitung angka konsepsi dan angka kelahiran dari betina yang diinseminasi. Data Tahap 1 dianalisis secara deskriptif, Tahap 2 dan 3 menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dan RAL faktorial. Data dianalisis dengan analisis of variance (ANOVA) menggunakan program SPSS v.21. Data yang memperlihatkan perbedaan nyata diuji lanjut dengan uji Duncan. Hasil evaluasi karakteristik semen babi menunjukkan rerata volume 176±4.85 ml, dengan pH 7.40±0.066, berwarna putih keruh dengan konsistensi encer. Secara mikroskopis hasil penelitian menunjukkan motilitas spermatozoa 80.85±8.72%, dengan konsentrasi spermatozoa 429.17±7.93.106 sel/ml, viabilitas spermatozoa 88.61±0.21%, dan abnormalitas spermatozoa hanya 6.87±0.23%. Hasil pengamatan Tahap 2, krioprotektan terbaik dalam pengencer BTS adalah BTSDMA 20.92±0.91% lebih tinggi (P<0.05) jika dibandingkan dengan BTSGliserol 15.67±0.7% dan BTSGliserol-DMA 12.33±0.70%, sedangkan krioprotektan terbaik dalam pengencer MIII adalah MIIIGliserol 19.92±1.16% lebih tinggi (P<0.05) jika dibandingkan MIIIDMA 14.21±2.74% dan MIIIGliserol-DMA 9.04.17±4.23%. Penelitian Tahap 3 dengan penambahan SDS, motilitas spermatozoa setelah thawing dalam pengencer BTSDMA-SDS 40.17±0.2% lebih tinggi (P<0.05) dibandingkan 7 pengencer lainnya. Tahap 4, keberhasilan IB pada babi menggunakan semen beku cukup tinggi yaitu 5 dari 10 ekor dengan angka konsepsi 50% dan jumlah anak keseluruhan 54 ekor (7-15 ekor/induk). Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan SDS dalam bahan pengencer semen beku lebih baik jika dibandingkan tanpa penambahan SDS. Pengencer semen beku terbaik adalah pengencer BTS dengan krioptotektan DMA 5% yang disuplementasi SDS 0.05% dengan angka konsepsi 50%.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcAnimal husbandryid
dc.subject.ddcPigsid
dc.subject.ddc2015id
dc.subject.ddcSolo-Jawa Tengahid
dc.titleDengan Ini Saya Menyatakan Bahwa Tesis Berjudul Kualitas Semen Beku Babi Dalam Pengencer Bts Dan Miii Menggunakan Krioprotektan Dimethylacetamide Dan Gliserol Dengan Sodium Dedocyl Sulphate.id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordkriopreservasiid
dc.subject.keywordpengencer BTS/MIIIid
dc.subject.keywordGliserolid
dc.subject.keywordDMAid
dc.subject.keywordSDSid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record